Minggu, 25 Juli 2010

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Sabtu, 24 Juli 2010

Between Two Maknaes

(Sooyoung’s POV)
“Yah, Maknae!” suaraku yang sangat keras mengalahkan segala hiruk pikuk di ruang tunggu yang luas itu─termasuk jeritan Sulli yang memarahi Jonghyun yang terus mencolek-colek pipinya dan suara Junsu-oppa yang menyanyikan I Will Survive-nya Cake dengan (sangat mengherankan untuk seorang Junsu-oppa) fals dan suara gitar Sungmin-oppa yang sedang memamerkan lagu ciptaan barunya pada Sunny.
“Ya?” kata Changmin-oppa sambil berdiri dari sisi lain ruangan.
Kyuhyun-oppa yang sedang mengobrol dengan Hankyung-oppa langsung menoleh padaku.
“Ada apa Noona?” teriak Taemin dari seberang ruangan yang terjauh dariku.
“Yow! What’s up Sis?” teriak Stephanie-unni yang hanya berjarak dua meter dariku, yang tadi sibuk mengajarkan popping pada Key.
Sementara itu Krystal berusaha menyingkarkan Onew dari depan wajahnya untuk bisa melihatku lebih jelas.
“Ah, Sooyoungie. Kau memanggilku?” kata Ryeowook-oppa sambil tersenyum.
Dan mereka berenam melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan. Luar biasa!
“Umm, Unni, sepertinya mereka mengira Unni memanggil mereka...” kata Seohyun hampir berbisik.
Aku memandang para Maknae lain dengan tampang meminta maaf.
“Mianeyo! Aku berteriak padanya,” kataku sambil menunjuk Seohyun yang duduk di sebelahku.
Bukan salahku kalau mereka mengira mereka yang dipanggil. Maksudku, yang berteriak kan aku, SNSD, bukan Jaejoong-oppa, Sunday-oneechan, Heechul-oppa, Jonghyun atau Vick-unni. Seharusnya mereka tahu aku berteriak pada Seohyun, maknaeku sendiri.
“Yah, Shiksin! Kau jangan memanggil ‘Maknae’ di sini!” Stephanie-unni berteriak.
“Iya Noona! Kau membuat bingung saja!” kata Taemin.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Tadi aku berteriak pada Seohyun karena dia terus-terusan meledekku suka pada Kyuhyun sepanjang hari ini. Dan itu sangat mengganggu. Apalagi karena orangnya, Kyuhyun-oppa, ada di ruangan ini bersama kami.
Oke, aku memang suka pada Kyuhyun-oppa. Dan Seohyun memang benar, aku memang sering meliriknya. Tapi dia tidak tahu aku baru saja ditolak Kyuhyun-oppa seminggu yang lalu. Dan mendengar gosip Kau menyukai orang yang memang Kau sukai, yang baru saja menolakmu seminggu yang lalu, jelas bukan hal yang diinginkan seorang gadis 20 tahun sepertiku.
“Unni, Kyuhyun-oppa tadi melihat ke arahmu!” bisik Seohyun.
Aku memukul lengannya pelan. Sebal sekali. Sejak kapan maknae ini menjadi iseng begini? Biasanya dia tidak mau mencari masalah, apalagi untuk orang yang tergolong kejam seperti aku. Tidak, jangan bandingkan aku dengan Tiffany atau Sunday-oneechan. Mereka berdua jelas sangat lembut. Bandingkan aku dengan Kangin-oppa. Kekejaman kami cuma berbeda tipis.
Aku memutuskan sudah saatnya meninggalkan Seohyun. Jadi aku bangkit dan menuju ke tempat Luna, Dana-unni dan Lina-unni sedang bergosip. Setidaknya tidak satupun dari mereka yang tahu tentang gosip itu.
*****
“Maknae! Aku akan membunuhmu!” aku berteriak di koridor.
Aku melihat punggung Seohyun menghilang ke dalam ruang ganti SNSD. Pasti dia mencari perlindungan pada Hyoyeon dan Taeyeon yang selalu membelanya. Tidak adil! Maksudku, aku memang tidak mau dianggap kecil meskipun aku maknae ke-3 di SNSD. Tapi bukan berarti harus SELALU Seohyun yang dibela dan aku dimarahi kan? Apalagi kali ini jelas-jelas dia yang salah.
Aku tidak peduli akan ada yang marah atau protes dengan keberisikanku. Aku hanya ingin menangkap maknae jelek itu, mengikatnya dan membuangnya ke Sungai Han. Dia sudah keterlaluan sekali. Bayangkan, tadi saat sarapan dia berkata pada Kyuhyun-oppa begini: “Oppa, Sooyoung-unni ingin membicarakan sesuatu dengan Oppa.”
Aku yakin tadi wajahku langsung merah saat mendengarnya. Dan Kyuhyun-oppa memandangku dengan tatapan terganggu, sebal, marah, jijik dan entahlah apalagi. Oke, aku tahu dia tidak menyukaiku, dan aku masih ingat dia berkata, “Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu” dan aku juga sadar bahwa memang aku dan dia tidak cocok, dan aku juga sedang berada dalam masa-masa berusaha melupakan bahwa aku menyukainya seperti yang disuruhnya. Tapi TIDAK PERLU BERTAMPANG SEPERTI AKU ADALAH PEMBUNUH begitu!
Aku memutuskan untuk tidak jadi memburu Seohyun ke dalam ruang ganti SNSD karena itu hanya akan membuat yang lain bertanya, “Kenapa Kau mengejar Seobaby?”. Dan jelas aku tidak bisa menjawab, “Karena dia baru saja mengatakan pada Kyuhyun-oppa bahwa aku ingin berbicara padanya” karena kalau aku mengatakannya yang lain pasti akan bertanya lagi “Kenapa Seohyun-ah mengatakan itu?”. Dan aku tahu Seohyun akan menjawab dengan tampang polosnya, “Karena Sooyoung-unni menyukainya”, dan aku tahu setelah itu aku akan menjadi bulan-bulanan ledekan member-member yang lain.
Aku membalikkan badan, memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan di ruang SHINee. Mereka satu-satunya idol-grup SM yang SEMUA membernya tidak mencemaskan berat badan dan makanan. Ayolah, aku paham bagaimana CSJH, f(x) dan member-memberku yang lain berusaha menjaga pola makan dan memperhatikan semua yang masuk ke mulut mereka. Tapi aku tidak paham dengan DBSK dan Super Junior. Maksudku, MEREKA KAN LAKI-LAKI! Kenapa mereka harus memperhatikan berat badan dan segala macamnya itu? Menurutku Shindong-oppa saja sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa cowok gendut disukai juga oleh para gadis. Ohya, dan tidak hanya cowok gendut. Cewek gendut juga. Buktinya Shinyoung-unni yang fansnya hampir menyamai fans Kangin-oppa.
“Noona!” teriak Key saat melihatku. “Lihat jaket baruku? Bagus, kan?”
Dia berdiri di hadapanku sambil bergaya seolah-olah sedang pemotretan dengan jaket berumbai-rumbainya. Aku mengangkat alis.
“Tidak bagus ya?” katanya dengan bibir mencebik.
Aku tertawa dan mengacak-acak rambutnya. “Bagus kok! Tapi Kau tidak perlu berpose seperti itu.”
Key tersenyum dan memelukku.
“Gomawoyo, Noona!”
Aku berjalan ke tempat Onew duduk sambil makan ramen.
“Jinki-ah...” aku berusaha membuatnya sadar bahwa aku mau mencicipi ramennya.
Mencicipi? Oke. Aku juga mau satu tub besar ramen seperti itu.
“Ne?” dia bertanya sambil menyedot ramennya yang masih mengepulkan asap itu. Wah, sepertinya enak sekali!
“Aku mau itu,” kataku memohon.
“Katakan baik-baik!”
Aku mendengus sebal. Itu adalah salah satu hal yang aku sebali dari member-member SHINee. Mereka selalu mencari kesempatan untuk membalas semua kesemena-menaan kami (para sunbae) pada mereka saat kami membutuhkan mereka.
“Onew yang ganteng, aku mau ramen!” kataku se-aegyo mungkin. Yah, memang tidak seperti Sunny tentu saja. Tapi menurutku lebih baik daripada aegyo Kibum-oppa yang aku lihat di TV minggu lalu.
“Kau harus memangilku ‘Oppa’ dulu,” kata Onew sambil tersenyum licik.
“Yah! Kenapa aku harus memanggilmu ‘Oppa’?!” kataku galak.
“Sooyoungie,” Onew menolehkan kepalanya padaku, wajahnya berkeringat karena ramen yang panas dan terlihat sangat sedap itu. “... kalau Kau lupa, aku akan mengingatkanmu. Aku lebih tua daripadamu.”
Hal itu lagi! Apa aku tidak bisa menikmati menjadi Noona? Maksudku, sebelum ada SHINee dan f(x), aku adalah salah satu artis SM termuda dan karena itu sering ‘dikecilkan’ oleh yang lain. Dan saat muncul SHINee dan f(x) untuk pertama kalinya aku menjadi sunbae dan dipanggil ‘Noona’ oleh member-member SHINee. Tapi si Onew ini selalu minta dipanggil ‘Oppa’. Aku merasa menjadi terlalu muda kalau harus memanggil ‘Oppa’ pada hobbaeku sendiri.
“Kau cuma lebih tua dua bulan daripadaku!”
“Tapi tahun lahir kita sudah berbeda, Sooyoungie...”
Aku mendecakkan bibir.
“Tapi itu cuma dua bulan. Paling tidak Kau harus lebih tua enam bulan daripadaku agar aku bisa memanggilmu ‘Oppa’!”
“Yah! Sooyoung-ah!” seseorang menepuk bahuku dari sisi lainku. Aku menoleh dan melihat Jonghyun tersenyum padaku. Dan aku tahu itu adalah jenis senyuman yang tidak terlalu baik.
“Kenapa Kau memanggilku ‘Sooyoung-ah. Panggil aku ‘Noona’!” kataku galak.
Jonghyun menyeringai. “Kau hanya lebih muda dua bulan daripadaku. Setidaknya Kau harus lebih....” dia mengulang kata-kataku dengan sama persis.
Dengan kesal aku meninggalkan mereka dan keluar dari ruangan ini.
Keluar dari sana aku bingung mau kemana. Bingung dan kesal. Satu-satunya alasan aku menjauhi ruangan SHINee hanyalah Jonghyun. Onew, yah dia memang menyebalkan kalau sedang sok tua, tapi dia selalu baik dan seru kalau bercanda. Dan ketiga maknae selalu dengan manjanya memanggilku ‘Noona’. Sementara Jonghyun, dia selalu punya seribu satu macam tingkah yang bisa membuatku ingin mengikatnya dengan Seohyun berdua, lalu melemparkan mereka ke Sungai Han. Oh tidak, kalau perlu ke Sungai Yang Tse Kiang saja yang lebih jauh agar mereka tidak tahu jalan pulang.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Jonghyun ‘menawar’ untuk tidak memanggilku ‘Noona’. Tapi jelas aku tetap tidak mau. Oke, Onew memang lebih tua sehingga aku tidak bisa memaksanya memanggilku ‘Noona’. Aku tahu Shinee World tidak kejam, tapi siapa tahu mereka mau memutilasi kalau aku ketahuan memaksa leader idola mereka memanggilku ‘Noona’. Dan, ohya, aku tidak suka dipanggil ‘Sunbaenim’. Aku tidak keberatan memanggil sunbaeku ‘Sunbaenim’, tapi aku tidak suka kalau aku yang dipanggil begitu.
“Sooyoungie! Kau mau kemana?” Jaejoong-oppa berjalan dari arah sebalikku.
“Mmm, mencari sesuatu yang bisa dimakan,” kataku agak malu. Tentu saja. Karena aku tahu Jaejoong-oppa menghitung berapa kimchi dan menimbang setiap nasi yang akan dimakannya.
Dia tertawa.
“Ke ruang DBSK saja. Tadi aku lihat Changmin-ah membawa banyak sekali coklat dan aku tidak mau dia kekenyangan dan tidak bisa tampil nanti malam.”
Kami mengucapkan “See you” dan aku berjalan dengan penuh suka cita ke lift, menuju lantai tiga, ke ruangan DBSK.
Tapi, saat pintu lift terbuka, aku ternganga melihat siapa yang ada di sana. KYUHYUN-OPPA!
Lebih daripada Jonghyun, lebih daripada Onew yang sedang sok tua, lebih daripada si kecil Seohyun, bahkan lebih daripada mereka bertiga dijadikan satu, aku BENAR-BENAR tidak ingin bertemu denganNYA. Tidak saat suasana hatiku sedang bahagia karena akan makan (banyak) coklat. Sepertinya... rasanya... menurutku bertemu Kyuhyun-oppa bagiku sekarang hampir sama seperti mimpi buruk.
“Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu.” Aku masih ingat setiap kata yang diucapkannya dengan dingin, tanpa emosi, padaku sepuluh hari yang lalu.
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku suka padanya...
Sekeras apapun aku berusaha melupakan Kyuhyun-oppa. Sekeras apapun aku berusaha bersikap seolah-olah aku tidak menyukainya. Dan seberapa pedihnyapun hatiku saat dia menolakku, aku tetap belum bisa BENAR-BENAR tidak menyukainya. Tidak, saat aku harus melihatnya dengan kaus polo biru muda dan celana jins hitam keren seperti ini. Maksudku, dia benar-benar keren! Bahkan saat diam seperti ini! Apalagi saat dia menyanyi. Suaranya benar-benar membuatku meleleh.
“Ah, sunbaenim! Anyonghaseyoo!” kataku sambil membungkuk sedikit saat masuk. Dia menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah lain.
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku memanggil member Super Junior ‘sunbaenim’. Itu hanya terjadi di awal debut SNSD. Bahkan sebelumnya, saat kami masih training, aku sudah memanggil mereka ‘Oppa’. Tapi, menurutku ‘Oppa’ agak terlalu pribadi untuk Kyuhyun-oppa pada saat ini. Paling tidak untuk diucapkan langsung pada orangnya.
Aku sangat bersyukur saat lift berhenti di lantai tiga. Aku cepat-cepat keluar tanpa mengucapkan apapun.
Dan aku langsung berbelok masuk ke ruangan DBSK. Ada Junsu-oppa, Yoochun-oppa dan Changmin-oppa (dan coklat-coklatnya) di dalam.
“Hai Sooyong-ie!” sapa Junsu-oppa ceria. Yoochun-oppa melambai dengan masih memegang stick PS3-nya.
Dan Changmin-oppa, tebak dia bilang apa!
“Sooyoungie, tadi Cassie memberiku coklat banyak sekali. Ayo sini! Kau mau kan?”
Hehehe. Changmin-oppa jjang!!!


Bersambung...

Minggu, 23 Mei 2010

One Shoot "ETUDE"

Sooyoung tidak pernah benar-benar suka Super Junior. Tidak sebesar rasa sukanya pada DBSK dan SHINee. Dia memang ikut berteriak bersama member lainnya saat melihat penampilan Sorry-sorry dan ikut bersorak saat nama mereka disebutkan MC pada konser-konser yang mereka hadiri bersama. Tapi dia hanya terbawa teman-temannya. Dia tidak pernah benar-benar meneriakkan “Super Junior!” atas keinginan sendiri.
Sooyoung tidak pernah benar-benar dekat dengan member Super Junior manapun. Bahkan saat orang-orang mengatakan dia dekat dengan Sungmin dan istilah ‘Minyoung’ muncul, sebenarnya dia berada di urutan kesekian di antara member SNSD yang dekat dengan Sungmin.
Sooyoung tidak pernah benar-benar mendapat dukungan dari member Super Junior. Dia bukan Jessica yang menjadi favorit Heechul dan kesayangan Donghae. Dia bukan Hyoyeon yang sering diajak bekerja sama oleh Eunhyuk. Dia bukan Taeyeon yang suaranya membuat Ryeowook ingin membuatkan lagu untuknya. Dia bukan maknae Seohyun yang membuat Shindong sangat sayang padanya. Dia tidak secantik Yoona yang membuat Leeteuk mengatakan bahwa dia adalah tipe idealnya. Dia tidak seperti Sunny yang sangat aegyo dan membuat Sungmin mau melakukan apa saja untuknya. Dia bukan Tiffany yang bisa sangat ramah dan membuat Kangin pun bersikap sangat lembut padanya. Dia bahkan sangat berbeda dengan Yuri yang sering disebut sebagai kembarannya, hanya karena Yuri bisa bersikap sangat manis di depan Kibum dan membuat Kibum selalu tersenyum manis juga padanya.
Dia masih ingat saat mereka baru debut kedelapan member lainnya mendapat dukungan dari pendukung maisng-masing. Heechul terus-terusan meyakinkan Jessica bahwa dia adalah Heechul versi perempuan dan akan bisa menghadiri variety show lebih banyak daripada yang lain. Eunhyuk menghabiskan banyak waktu untuk ber-popping bersama Hyoyeon. Dan member lainnya juga punya paling tidak satu pendukung yang akan mengatakan, “Kau pasti bisa! Hwaiting! Oppa mendukungmu!”
Tapi tidak untuknya. Tidak pernah ada. Bahkan sampai sekarang.
Dan Sooyoung tidak pernah benar-benar menyukai saat-saat seperti ini. Saat semua member Super Junior dan SNSD berkumpul. Karena itu artinya sekali lagi dia harus duduk di sudut sendiri sementara membernya yang lain mengobrol dengan pendukung mereka masing-masing.
Saat itu masih siang dan mereka berada di MBC untuk persiapan konser malamnya. Hampir semua idol group K-Pop hadir malam itu sehingga MBC kekurangan ruang tunggu. Akhirnya Super Junior dan SNSD mendapat ruang rias yang sama. Ruang rias yang sangat luas yang mungkin dulunya adalah sejenis ruang latihan atau sejenisnya. Jadi, meskipun kedua kelompok ini adalah dua kelompok dengan member paling banyak di Korea, sama sekali tidak masalah menempatkan mereka di satu ruangan saja.
Masalahnya hanyalah: gara-gara ini Sooyoung tidak punya teman mengobrol. Dan sekarang dia sangat berharap mereka segera harus dimake up atau latihan lagi atau semacamnya agar dia tidak harus duduk diam tidak jelas seperti sekarang. Tapi sepertinya tidak ada satu pun membernya yang berharap hal yang sama. Semuanya sedang sibuk dengan pendukung mereka masing-masing.
Taeyeon sedang bernyanyi bersama Kyuhyun, Yesung dan Ryeowook dan mereka membuat lelucon dengan rencana mengeluarkan album bernama Super Generation K.R.Y.T sebagai singkatan nama mereka. Sooyoung selalu suka dengan suara SuJu K.R.Y dan suara Taeyeon. Tapi melihat mereka berempat menyanyi tanpa memedulikannya seperti ini bukanlah hal yang disukainya.
Jessica duduk di sudut bersama Heechul. Sepertinya sekali lagi Heechul mencoba memberi Jessica saran-saran untuk tampil mengesankan di variety show. Sementara itu Donghae duduk bersama Yuri dan Hankyung. Ikut tertawa-tawa mendengar joke yang diceritakan Yuri meskipun Sooyoung lihat matanya berkali-kali melirik Jessica dan Heechul.
Shindong, Yoona, Kibum dan Seohyun sudah dari tadi keluar untuk makan-makan. Makan-makan! Dan mereka tidak mengajak Sooyoung. Padahal Sooyoung sangat terkenal sebagai Shiksin.
Hyoyeon dan Eunhyuk sedang menarikan gerakan yang sepertinya perpaduan antara balet dan popping di sekeliling ruangan. Berkali-kali hampir menabrak Tiffany, Kangin dan Siwon yang mengobrol di tengah ruangan. Sedangkan Sunny dan Sungmin sedang sibuk bertanding game portable yang dibawa Kyuhyun ke sana.
Sooyoung menghela nafas lelah sebelum kembali menghadapi layar laptopnya. Dia tidak pernah lupa membawa laptop setiap kali harus berkumpul dengan member-member Super Junior. Toh dia tidak bisa berharap para sunbaenimnya menyadari kehadirannya. Ini hanyalah satu hari yang lain dimana dia harus berpura-pura tidak ada dan baru ada lagi saat SNSD tampil dan fansnya meneriakkan namanya. Dia memutuskan untuk kembali pada Cooking Academynya dan bertekad mendapat skor maksimal di ronde ini.
Hampir setengah jam Sooyoung tenggelam dalam gamenya ketika dia merasa ponselnya bergetar. Dia mengambilnya dan melihat di layarnya tertera: DBSK Yunho-oppa calling.
Sooyoung tersenyum sebelum menjawabnya.
“Ne Oppa?”
“Su-chan! Kau dimana? Kami sudah sampai di MBC!” suara Yunho terdengar penuh semangat seperti biasa.
“Aku sudah di ruang rias,” jawab Sooyoung.
“Kau bisa ke lobi sekarang? Lina dan Dana akan mentraktir kita makan di Oishii!”
“Ha! Tentu saja bisa! Tunggu aku!”
Sooyoung menutup ponselnya dan memasukkan laptopnya ke dalam tasnya, lalu keluar dari ruangan itu tanpa merasa perlu meminta izin. Mereka semua sedang sibuk dan kelihatannya tidak ingin diganggu.
“Suuuuu-chan!!!” Sunday menjerit gembira melihat Sooyoung. Dia memeluk Sooyoung erat sekali meskipun kepalanya hanya mencapai leher Sooyoung.
Segera saja Lina, Dana dan Stephanie memeluknya juga. Sooyoung selalu lupa bahwa member-member CSJH selalu memeluknya sangat erat, bahkan kadang pelukan Stephanie membuatnya tidak bisa bernafas. Tapi dia selalu suka pada Oneechan-oneechannya ini. Sama seperti dia menyukai Oppa-oppanya dari DBSK.
“Jadi,” kata Sooyoung setelah lepas dari pelukan Lina, Dana dan Stephanie, “kenapa tiba-tiba Lina-oneechan dan Dana-oneechan berniat mentraktir?”
“Butikku surplus,” kata Lina sederhana.
“Dan aku baru membuka butik kuku baru di Ilsan,” kata Dana.
“Wah! Chukkaeyo!” kata Sooyoung, lalu memeluk mereka berdua.
“Su-chan! Kau tidak mau memeluk Oppa?” tanya Yuchun.
“Mau! Tapi Oppa harus menjamin aku tidak terluka sedikitpun setelah itu,” kata Sooyoung sambil tersenyum meledek.
Mereka tertawa karena mengerti maksud Sooyoung.
“Hehehe, sini Oppa sayang!” kata Sooyoung manja lalu memeluk Yoochun erat.
“Aku juga mau!” kata Yunho, lalu memeluk mereka berdua.
Lalu Junsu, Jaejoong dan Changmin juga ikut memeluk mereka. Sooyoung terjebak di tengah. Dan berada di antara lima laki-laki yang jauh lebih besar daripadanya jauh lebih buruk daripada berada di antara tiga gadis langsing.
Setelah rasanya lama sekali, baru mereka melepaskan Sooyoung. Dia merasa aneh dengan apa yang baru mereka lakukan karena mereka sedang berada di lobi kantor MBC dengan banyak orang berlalu-lalang. Sooyoung selalu agak sebal karena selalu diperlakukan seperti anak kecil oleh member-member DBSK dan CSJH.
“Ayo berangkat sekarang! Aku sudah lapar!” kata Sooyoung sambil menarik tangan Dana dan Yuchoon ke tempat parkir.
“Kau belum makan? Super Junior tidak mentraktirmu?” tanya Jaejoong.
Sooyoung mencibir.
“Oppa tidak perlu bertanya hal itu lagi kan?”
“Hahaha, Su-chan Kecil, Kau tidak perlu takut kelaparan selama ada kami,” kata Junsu sambil mengacak rambutnya.
“Tapi aku takut porsiku juga dimakan Changmin-oppa,” kata Sooyoung cemberut.
“Yah! Shiksin! Jangan berkata seperti itu!” kata Changmin sambil menarik Sooyoung ke dekatnya. Tangannya melingkar di bahu Sooyoung. “Kau juga sering mengambil porsiku, kan?”
“Sudahlah! Sesama Shiksin tidak boleh bertengkar gara-gara makanan!” kata Lina.
Mereka bersepuluh tertawa.
Mereka masuk ke van. Yoochun yang menyetir.
“Lalu, kita ke Oishii?” tanya Sooyoung saat mobil sudah mulai berjalan.
“Iya,” jawab Sunday.
“Kenapa Oishii?” tanya Sooyoung lagi.
“Kenapa? Kau tidak suka? Kita bisa pindah ke restoran yang Kau inginkan. Kami memutuskan ke Oishii karena kata Sunday-ah Kau suka di sana,” kata Junsu.
Sooyoung tersenyum. “Tidak. Aku suka sekali di Oishii. Aku cuma heran kenapa Kalian memilih restoran yang agak jauh.”
Sooyoung merasa terharu karena mereka memilih restoran favoritnya. Bukan restoran favorit Lina dan Dana yang mentraktir, atau yang lainnya. Mereka memutuskan akan makan di restoran favorit Sooyoung. Rasanya itu sangat berharga.
******
Sooyoung kembali duduk di ruang rias. Tapi kali ini sudah dengan kostum performancenya. Dia kembali sibuk dengan laptopnya. Satu jam lagi mereka akan tampil.
Sebagian member SNSD dan Super Junior masih dimake up. Sisanya, yang sudah dimake up, kembali mengobrol atau melakukan hal-hal lain bersama-sama.
Tiba-tiba pintu ruang rias mereka terbuka dan Luna berlari ke dalam, di belakangnya ada Taemin dan Key.
“Unni! Mereka mengejekku pendek!” adu Luna langsung pada Sooyoung sementara Taemin dan Key nyengir di belakangnya.
“Yah! Kalian jangan bandingkan Luna-yah dengan Kalian! Tentu saja Kalian lebih tinggi daripadanya!” kata Sooyoung sambil memeluk Luna yang duduk dan menyandarkan kepalanya ke bahu Sooyoung.
Luna menjulurkan lidahnya pada Taemin dan Key.
“Dia memang pendek, Noona! Coba Kalian berdua berdiri! Bandingkan tinggi Kalian!” kata Key.
Sooyoung memberinya tatapan memperingatkan. Key nyengir lagi.
“Aku tahu Kau tinggi Noona. Kepalaku sudah pernah berada di....” ucapan Key terhenti saat Sooyoung membekap mulutnya.
“Kau tidak boleh membicarakan itu lagi Kibum-i! Kau sudah janji!”
Key nyengir. “Aku kan cuma memberi tahu...”
“Tidak ada yang perlu diberitahu, oke? Sekarang Luna-yah, kembali ke ruanganmu dan cepat berdandan. F(x) lebih dulu tampil daripada SNSD kan? Kenapa Kau belum siap-siap?”
“Ne Unni,” kata Luna sambil berdiri dan berjalan keluar.
“Kalian berdua!” kata Sooyoung gemas sambil memeluk Key dan Taemin di masing-masing lengannya. “Jangan pernah membicarakan hal-hal seperti itu di depan para gadis. Itu hal yang sensitif.”
“Bagaimana Noona bisa tahu kalau Noona tidak pernah jadi pendek? Noona selalu menjadi gadis paling tinggi di manapun,” kata Taemin protes.
“Iya Noona! Noona jangan selalu membela f(x)! Bela kami juga!” kata Key.
“Aih! Kalian cerewet sekali. Kalian kembali ke ruangan Kalian saja. Nanti Onew mencari Kalian!”
“Aku mau kembali kalau Noona mengantarkan,” kata Taemin manis.
Sooyoung mengangkat alis. Kadang-kadang dia berpikir member-member SHINee dan f(x) bersikap manja padanya sebagai karma karena dia juga selalu bermanja-manja pada DBSK dan CSJH.
“Ya sudah! Sini!” Sooyoung menarik tangan mereka berdua keluar ruangan.
Tak ada satu pun member Super Junior yang memperhatikannya.
“Noona nemu yeoppo!” teriak Jonghyun saat Sooyoung melemparkan Key dan Taemin ke sofa di ruang rias mereka.
“Apa?” kata Sooyoung galak.
“Setelah konser nanti mau makan malam denganku?” kata Jonghyun sambil mengedip-ngedip.
“Maaf ya, aku tidak suka cowok oedipus,” kata Sooyoung sambil membalikkan badannya dan berniat meninggalkan ruangan itu.
“Sooyoung-i!” kata Jonghyun, melompat dari kursinya dan menahan tangan Sooyoung.
“Panggil aku ‘Noona’, anak kecil!” kata Sooyoung sambil mencubit pipinya gemas.
“Noona benar-benar tidak mau makan malam denganku?” tanya Jonghyun dengan tampang terpukul.
“Anniyo. Nanti SNSD akan makan malam dengan Super Junior...”
“Memangnya Noona diajak siapa?” tanya Minho.
“Eh? Maksudmu?” tanya Sooyoung bingung.
“Memangnya ada member Super Junior yang mengajak Noona? Bukannya mereka selalu melupakan Noona?”
Sooyoung menelan ludah. Bahkan SHINee pun sudah tahu keadaan yang sebenarnya. Dia tidak sadar bahwa sikap Super Junior padanya terlalu jelas. Dulu, saat DBSK masih di SM, Yunho dan Jaejoong sering mengajaknya ikut dengan DBSK saat member SNSD yang lain sudah sibuk dengan member Super Junior. Awalnya Sooyoung mengira itu hanya karena Yunho dan Jaejoong memang ingin mengajaknya saja. Tapi ternyata mereka melakukan itu karena ingin melindungi Sooyoung. Dan selamanya itu menjadi rahasia mereka berenam, dan bersepuluh akhirnya setelah CSJH pun akhirnya tahu. Dan sekarang SHINee?
Dia berusaha tersenyum.
“Aku tinggal pura-pura diajak Hyoyeon-i atau Tiffany-ah saja kan? Mereka juga tidak akan sadar.”
Setelah itu Sooyoung keluar dari ruang rias SHINee. Matanya terasa panas.
Dia tidak pernah mempermasalahkan perlakuan Super Junior padanya. Selama mereka tidak menyakitinya dia tidak akan pernah protes. Toh dulu dia selalu dilindungi DBSK dan CSJH. Dan sekarang, setelah DBSK tidak di SM lagi dan CSJH jarang bertemu dengan mereka di kantor, SHINee dan f(x) juga selalu ada untuknya. Tapi, melihat hampir semua orang menyadari hal ini dia mulai mencemaskan imej para member Super Junior sendiri. Bagaimana penilaian orang pada mereka nanti?
Sooyoung kembali ke ruang riasnya. Dan yang lain masih saja sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Semuanya sudah selesai di make up sekarang.
Sooyoung duduk kembali di sudutnya sambil mencoba mengalihkan pikiran dengan membaca Chicken Soup for Lonely Girl yang baru dibelinya.
“Sooyoung-unni!” jerit Sulli sambil berlari ke arahnya.
“Ada apa?” tanya Sooyoung heran.
“Aku tidak bisa memakai heel ini untuk menari Chu nanti,” kata Sulli sambil mengangsurkan high heel 7 cm ke Sooyoung.
“Kalau begitu Kau pakai seperti yang Kau pakai biasanya saja.”
Sulli hampir menangis.
“Tadi dipatahkan Jinki-oppa waktu dia melempar Jonghyun-oppa pakai heelku yang itu.”
Sooyoung memeluknya sambil berusaha menahan tawa.
“Kalau begitu Kau pakai punya Unni saja ya?”
Sooyoung mengambil heel cadangannya dari kotak di atas meja.
“Kau bilang Kau bisa memakai apapun yang Unni pakai kan?”
Sulli mengangguk.
“Ssttt, jangan menangis. Kau sudah mau tampil,” bisik Sooyoung.
“Khamsamidha Unni! Aku harus segera ke backstage!” Sulli pergi sambil melambai padanya.
*******
Penampilan SNSD sangat memuaskan malam itu. Dan Sooyoung sangat bersyukur penampilannya pribadi juga bagus. Mereka bersembilan kembali ke belakang panggung.
“Sooyoung-unni!” panggil seseorang saat Sooyoung melewati backstage.
Nicole dan Hara melambai padanya.
“Anyong!” Sooyoung berjalan ke arah mereka. “Kalian tampil setelah ini?”
Mereka mengangguk.
“Sooyoung-i, Kau mau coklat?” kata Gyuri sambil melambai-lambaikan kotak coklatnya di hadapan Sooyoung.
Sooyoung menyeringai. Para member Kara selalu tahu apa favoritnya.
“Sooyoung-i! Jangan makan coklat terlalu banyak! Nanti pipimu bisa membengkak!” jerit Jessica saat melihat Sooyoung mengambil segenggam besar bola-bola coklat dari kotak yang diberikan Gyuri.
“Tapi aku sudah lama tidak makan coklat,” kata Sooyoung cuek sambil mengambil beberapa lagi sampai kedua tangannya penuh.
“Tapi Kau...” Jessica masih berusaha mencegahnya, tapi tiba-tiba Heechul datang dari belakangnya.
“Ayo kembali ke ruang rias. Semua member berkumpul di sana,” kata Heechul sambi menarik tangan Jessica.
Jessica menurut. Tapi dia kembali menoleh pada Sooyoung.
“Yah! Sooyoung-i, Kau dengar apa kata Heechul-oppa? Semua member berkumpul di ruang rias! Ayo ke sana sekarang!”
“Biarkan saja dia. Ayo!” kata Heechul, cukup keras untuk didengar Sooyoung. Dan Jessica tidak bisa membantah kalau Heechul yang bicara.
Sooyoung membatalkan rencananya kembali ke ruang rias dan memilih untuk duduk di backstage bersama member-member Kara dan Big Bang.
“Sooyoung-ssi, aku heran kenapa Kau tidak pernah gemuk meskipun makan sebanyak ini,” kata Daesung sambil duduk di sebelahnya.
Sooyoung tertawa. “Aku sampai sekarang juga masih heran.”
“Sooyoung-ssi!” seseorang muncul dari panggung.
“Ah! Leejoon-ssi! Apa kabar?” Sooyoung melambai pada member-member MBLAQ yang baru selesai tampil.
“Kau belum menjawab tantanganku,” kata Leejoon sambil mendekatinya.
“Tantangan apa?” tanya Sooyoung bingung.
“Yang waktu itu. Siapa yang berani mencubit pipi Rain-hyung.”
“Wuaaa!!! Kau serius? Kukira Kau cuma bercanda!” jerit Sooyoung, teringat beberapa bulan yang lalu dia dan Leejoon sempat taruhan siapa yang bisa mencubit pipi Bi Rain akan mendapat tiket jalan-jalan ke Pulau Jeju.
“Itu adalah obsesinya seumur hidup. Dia pasti sangat serius,” kata Mir tertawa.
“Bagaimana? Kau mau?” tanya Leejoon semangat.
Sooyoung menelan ludah. Itu bukan ide yang baik.
“Jangan mau, Sooyoung-ssi!” teriak Taeyang yang duduk di sebelah Daesung. “Lebih baik Kau mencubit pipi Seungri-ah saja!”
“Hyung!” kata Seungri yang bersemu merah.
“Leejoon-ssi, menurutku aku tidak bisa...” kata Sooyoung putus asa.
“Yah! Berarti Kau kalah! Kau harus menemaniku liburan ke Jeju!”
Sooyoung mengangkat alis.
“Kan janjinya yang kalah harus membelikan tiket ke Jeju. Kenapa aku malah harus menemanimu ke Jeju?”
“Hahaha. Aku mengganti peraturannya. Kan aku yang menang,” kata Leejoon tertawa.
Sooyoung mencibir. Seenaknya saja!
Dan untunglah, dia diselamatkan dari keharusan menjawab saat member-member 2PM datang.
“Sooyoung-ah, sini!” kata Wooyoung sambil menarik tangannya.
“Ada apa?” tanya Sooyoung bingung.
Wooyoung menyeringai.
“Ikut kami saja. Ini kejutan!”
Wooyoung dan Taecyon mengajak Sooyoung ke sudut backstage.
“Kami dapat tiket makan gratis di Century. Hottest yang membelikan. Tapi Nickhun-hyung tidak bisa ikut. Jadi Kau gantikan dia ya?” bisik Wooyoung cepat.
Mata Sooyoung melebar. Century? Itu kan restoran paling mahal di Seoul. Dia baru sekali ke sana saat ditraktir appanya.
“Tenang saja. Nanti kami akan mengantarkanmu sampai dorm SNSD lagi,” kata Chansung saat melihat Sooyoung ragu-ragu.
Sooyoung agak bingung. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia diajak makan malam bersama oleh member-member 2PM. Tapi akan agak aneh kalau nanti dia tidak ikut membernya yang lain. Meskipun mungkin kata Minho benar, tidak ada Super Junior yang mengajaknya.
Dan ini adalah Century.
“Oke,” jawab Sooyoung akhirnya.
“Yes!” teriak Wooyoung, Taecyon dan Junho.
“Nanti selesai konser kami jemput ke ruang tunggumu ya!”
Sooyoung mengangguk, lalu kembali ke sofa di tengah backstage.
“Soo!” Narsha memekik melihatnya dan memeluknya dengan heboh.
“Penampilanmu hot sekali tadi!” katanya, cukup keras untuk didengar seluruh isi ruangan.
“Unni!” bisik Sooyoung tidak enak saat member-member Brown Eyes Girls yang lain, member-member MBLAQ dan member-member 4 Minutes meliriknya.
Hyuna berlari ke tempat mereka sambil nyengir bersekongkol dengan Narsha.
“Iya, Soo! Penampilanmu hot sekali! Hahaha, aku yakin Kau akan bisa membuat member-member male-idol bertekuk lutut padamu.”
“Yah!” kata Sooyoung gemas sambil mencubit lengan Hyuna. Mereka berdua selalu membuatnya merasa malu dengan kata-kata ‘hot’ dan ‘sexy’ mereka.
“You got it, Sooyoung-ie!” teriak Hyomin saat dia dan member T-Ara yang lain berjalan menuju panggung.
“Yah! Hyomin-ah!” Sooyoung merasa wajahnya mulai merah. Ketiga orang inilah yang selalu meledeknya.
“Hahaha. Miane,” kata Narsha sambil menepuk punggungnya.
“Sudahlah,” kata Sooyoung ikut tertawa. “Aku ke ruanganku dulu ya!” dia mengucapkan kalimat terakhir pada seluruh ruangan.
Semuanya melambaikan tangan padanya dan Hyuna memberinya pelukan sebelum dia berjalan ke koridor menuju ruang riasnya.
Sooyoung tahu member-member Super Junior tidak terlalu menyukainya. Tapi itu tidak masalah. Member-member SNSD masih menyayanginya. Dan, oh ya, member-member idol-group yang lain sangat ramah padanya. Itu lebih dari cukup untuk menggantikan member-member Super Junior.


*****
a/n: judulnya kaga nyambung.
Dan maaf kalo garing.
Komennya ditunggu ya...

Kamis, 13 Mei 2010

Kwartet Part1

(Sooyoung’s POV)
“Sooyoung-ah! Bangun!”
Aku pura-pura tidak mendengar suara Seohyun.
“Sooyoung-ah! Aku tahu Kau sudah bangun! Cepatlah mandi! Yang lain sudah siap dari tadi.”
Aku menarik bantal dari bawah kepalaku dan menutupkannya ke kedua telingaku.
“Yah! Go Sooyoung! Cepat bangun!” Seohyun berteriak sekarang. Dia menarik bantal yang menutup telingaku, dan mendekatkan mulutnya ke telingaku.
Aku tidak mau mengambil risiko menderita tuli di usia mudaku. Jadi aku duduk.
“Cepat mandi dan bersiap-siap. Yang lain sudah siap semua,” kata Seohyun sambil melemparkan handuk ke pangkuanku.
Aku berjalan ke kamar mandi dengan mata masih terpejam.
Setelah mandi secepat kilat─aku bukan tipe yang suka berlama-lama di kamar mandi seperti Seohyun─aku keluar dari kamar mandi dan melihat Seohyun duduk di atas kasurku. Tempat tidurku sudah rapi.
Aku tersenyum kepadanya, “Gomawoyoh! Kau membereskan tempat tidurku.”
Seohyun mencibir dan menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti memang-begini-setiap-hari dan itu-adalah-kutukan-untukku-sebagai-saudaramu.
“Cepatlah bersiap-siap. Yuri-unni dan Yoona-unni juga sudah datang,” katanya.
Aku mengangkat alis. Apa aku tidak salah dengar?
“Kau memanggil mereka ‘Unni’?” tanyaku sambil memakai gaunku.
Seohyun mengangguk dengan tampang apa-salahnya.
“Kau tidak memanggilku ‘Unni’!” tuntutku.
Dia tidak menjawab.
Aku selesai dengan gaunku. Sekarang aku berusaha mengikat rambutku. Tapi, sejak kecil aku memang tidak berbakat berdandan dan tidak suka berdandan. Karena itu selama ini aku selalu membiarkan rambutku tergerai. Menurutku itu keren, tapi menurut Seohyun itu berantakan. Aku jelas tidak suka harus repot-repot mengikat rambutku dengan rapi. Tapi kemarin Dana-unni berkali-kali mengingatkanku untuk mengikat rambutku agar penampilanku benar-benar kembar dengan Seohyun.
Seohyun bangkit dari tempat tidur dan tanpa berkata apa-apa mengambil sisir dari tanganku lalu mulai menata rambutku.
Aku memperhatikan pantulan bayanganku di depan cermin saat Seohyun sibuk dengan pita di rambutku. Dengan rambutku (jauh) lebih rapi daripada biasanya dan dengan gaun tanpa lengan ini, aku merasa sangat mirip dengan Seohyun. “Kau tidak memanggilku ‘Unni’,” ulangku.
“Iya,” jawabnya sambil lalu.
“Yah! Lalu kenapa Kau memanggil mereka ‘Unni’? Aku seusia dengan mereka! Yuri-ah cuma lebih tua setengah jam dari aku! Yoona-yah cuma lebih muda lima menit! Dan Kau cuma lebih muda lima belas menit daripada Yoona-yah!” aku berteriak lagi.
“Jangan banyak bergerak!” katanya. Jelas tidak memedulikan protesku.
Aku hanya bisa memandangnya marah dari cermin. Dan dia tampak tenang memberikan sentuhan terakhir pada rambutku.
“Kau lebih cantik kalau begini,” katanya sambil memandang bayanganku di cermin dengan tatapan puas setelah selesai dengan pekerjaannya.
Aku membalikkan badan dan berhadapan dengan wajah saudara kembarku ini.
“Jangan panggil mereka ‘Unni’ kalau Kau tidak memanggilku ‘Unni’!” kataku galak.
Seohyun menghela nafas pendek dan jelas menganggap aku kekanak-kanakan. Tapi aku tidak peduli. Kalau dia ingin memanggil dua saudara kembar kami yang lain ‘Unni’, berarti dia juga harus memanggilku ‘Unni’.
“Kau tidak dewasa. Jadi aku tidak memanggilmu ‘Unni’,” katanya kalem sambil menyerahkan sepatu hak tinggiku ke tanganku. Sebenarnya itu bukan sepatuku. Jelas aku tidak akan pernah sengaja membeli sepatu sejenis itu. Itu adalah sepatu Tiffany, sepupu kami, yang dipinjamkan padaku untuk acara hari ini.
Aku memandangnya dengan sebal. “Lalu kenapa Kau memanggil mereka ‘Unni’? Kau baru kenal mereka tiga minggu yang lalu dan belum tahu mereka dewasa atau tidak!”
“Mereka terlihat dewasa. Mereka tidak suka berteriak sepertimu. Dan mereka berbicara dengan tenang. Dan mereka memperlakukanku seperti adik mereka,” kata Seohyun tenang. Dia membuka pintu kamar dan keluar. ”Cepat turun. Yang lain sudah menunggu.”
Aku menghela nafas putus asa.
Bukan keinginanku lahir dengan tiga orang saudara kembar. Aku adalah saudari kedua. Yang paling tua adalah Yuri, lalu aku, lalu Yoona dan terakhir Seohyun. Kami lahir prematur seperti kebanyakan kembar lebih dari dua yang lain. Tapi, berbeda dari kembar banyak lainnya, berbeda dengan orang yang lahir prematur lainnya dan berbeda dari orang Korea kebanyakan, kami berempat memiliki tinggi di atas rata-rata. Tinggi kami seperti Appa. Appa sangat tinggi. Tapi wajah kami sangat mirip dengan Umma.
Pernikahan orang tua kami tidak diizinkan keluarga besar masing-masing. Alasannya menurutku sangat konyol: karena orangtua Appa tidak ingin Appa menikah dengan seorang artis seperti Umma dan karena orang tua Umma tidak ingin Umma menikah dengan seorang pengacara seperti Appa. Menurut keluarga Appa artis adalah pekerjaan orang bodoh yang tidak pintar secara akademis. Dan menurut keluarga Umma pengacara adalah profesi yang paling penuh dengan kebohongan dan tipu daya. Sangat konyol kan? Maksudku, kenapa mereka tidak membiarkan saja anak mereka menikah dan hidup bahagia meskipun dengan orang yang tidak pintar secara akademis atau dengan orang yang penuh tipu daya? Yang penting mereka bahagia kan?
Appa dan Umma menikah secara diam-diam di Prancis. Di sana kami berempat lahir. Tapi saat kami berumur empat bulan keluarga Appa menemukan kedua orang tua kami. Lalu mereka melakukan sesuatu yang membuat mereka bercerai. Aku tidak terlalu mengerti apa itu. Tentu saja Appa tidak mau menjelek-jelekkan keluarganya sendiri. Tapi, yang aku tangkap dari penjelasan grogi Appa, keluarga Appa menyebarkan kabar bahwa Umma punya hubungan dengan laki-laki lain setelah menikah dengan Appa. Atau sesuatu semacam itu. Aku tidak begitu mengerti dan juga tidak ingin mengerti. Yang jelas, Appa kembali ke Korea Selatan dan tinggal kembali dengan keluarganya, membawaku dan Seohyun dan meninggalkan Umma, Yuri dan Yoona.
Sampai umurku 18 tahun tahun ini, aku percaya bahwa ibuku meninggal saat melahirkan aku dan Seohyun. Bahwa Seohyun adalah satu-satunya saudara kembarku. Dan bahwa hidupku sudah sempurna.
Sampai tiga minggu yang lalu ketika Appa membawa aku dan Seohyun ke sebuah restoran. Dia memperkenalkan kami pada seorang wanita cantik bernama Park Yoobin. Dan melihat bagaimana Appa memandangnya, aku yakin Appa jatuh cinya paadanya. Aku tidak mau itu terjadi. Meskipun Umma sudah meninggal dan bahkan aku tidak tahu bagaimana wajahnya karena kata nenek Appa membuang semua foto Umma waktu Umma meninggal, aku tidak mau Appa mencintai wanita lain.
“Ini adalah anak-anakmu, Sooyoung-ah dan Seohyun-ah,” kata Appa pada wanita itu.
Aku meradang pada saat itu. Oke, kalau memang Appa ingin menikah dengan wanita itu aku tahu itu haknya. Tapi kalau mengatakan aku dan Seohyun adalah anak wanita itu aku tidak terima. Waktu itu aku sudah akan berteriak marah pada Appa saat wanita itu meraih aku dan Seohyun ke dalam pelukannya dan berkata, “Umma sangat merindukan Kalian.”
Dan setelah dia melepaskan pelukannya yang sangat lama─sekitar tiga menit─ aku baru menyadari bahwa wajahnya sangat mirip denganku dan Seohyun. Sejak kecil aku dan Seohyun sering menerka-nerka bagaimana bentuk wajah Umma. Dan kami sudah sepakat bahwa wajah Umma mirip dengan wajah kami karena tidak seorang pun anggota keluarga Appa yang wajahnya mirip dengan kami.
Setelah kami berempat duduk, dan setelah Seohyun menggenggam erat tanganku seperti setiap kali aku akan meledak marah, ayah berkata pada kami,
“Park Yoobin adalah ibu kandung Kalian.”
Aku bisa melihat Seohyun ternganga. Sangat jarang dia berekspresi seperti itu. Dia adalah salah satu orang paling kalem, tenang dan cerdas yang pernah aku temui. Tapi, ya, malam itu dia ternganga. Dan sepertinya aku juga ternganga karena aku tiba-tiba sadar bahwa mulutku terbuka.
“Ap-appa bercanda, kan?” kataku terbata-bata.
Ulang tahunku dan Seohyun masih tiga bulan lagi dan saat itu bulan November (jadi bukan April Mop), dan juga bukan ulang tahun Appa, tapi kenapa Appa membuat lelucon tidak lucu begini?
“Appa tidak bercanda. Dia memang ibu Kalian. Yang melahirkan Kalian,” kata Appa dengan agak grogi.
Dan aku mulai percaya. Appa, salah satu pengacara paling hebat di Korea Selatan, gugup saat berusaha meyakinkan kami, berarti itu memang benar. Fakta bahwa Appa tidak bersikap santai dan tenang seperti biasa meyakinkan aku bahwa Appa sedang tidak bercanda. Appa pasti merasa grogi menjelaskan hal ini.
Aku memandang lagi wajah wanita itu dan menemukan bahwa matanya besar, persis mataku dan Seohyun. Bahwa hidungnya kecil. Bahwa rambutnya hitam dan lurus. Sangat mirip dengan aku dan Seohyun.
“Ta-tapi... kenapa?” tanya Seohyun tergagap.
Pertanyaan bagus. Kenapa Appa baru mempertemukan kami sekarang? Kenapa keluarga Appa─dan Appa sendiri─membohongi kami? Kenapa Umma tidak pernah mengunjungi selama ini? Kemana saja Umma selama ini?
Dan setelah itu Appa dan Umma menceritakan semuanya. Dan aku tidak bisa untuk tidak percaya pada mereka, meskipun sangat sulit dipercaya dan, yah, agak menyakitkan.
Tapi, ternyata masih ada satu kejutan lagi untukku dan Seohyun.
“Besok malam kita akan bertemu dengan Yuri-ah dan Yoona-yah,” kata Umma sambil memandangku dan Seohyun lembut.
“Siapa mereka?” tanyaku heran. Aku belum pernah mendengar nama mereka sebelumnya.
“Yuri-ah adalah kakak Kalian. Sedangkan Yoona-yah adalah adikmu Sooyoung-ah,” Umma tersenyum lembut padaku, “dan kakakmu, Seohyun-ah.”
Aku ternganga lagi.
“Bagaimana mungkin? Aku dan Seohyun-ah cuma beda umur dua puluh menit! Bagaimana mungkin ada orang di antara kami!”
Umma melirik Appa sambil tersenyum.
“Yah, sebenarnya Kalian kembar empat,” katanya lembut.
(End Sooyoung’s POV)
*******
(Yuri’s POV)
Aku menggenggam tangan Yoona yang berkeringat. Kami sampai di rumah keluarga Appa lima belas menit yang lalu. Cuma berdua. Kami dijemput oleh supir Appa. Sementara Umma langsung berangkat ke gedung tempat acara resepsi pernikahan Umma dan Appa akan dilaksanakan.
Kami duduk di ruang depan seperti orang hilang sementara orang-orang berjalan lalu-lalang keluar masuk untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk acara hari ini.
“Akhirnya Umma menikah,” kataku pada Yoona sambil nyengir.
Yoona membalas senyumanku dengan senyuman grogi.
“Mana Sooyoung-ah dan Seohyun-ah, ya?” tanya Yoona. Dia sudah menanyakan hal itu paling tidak empat kali dari tadi.
Aku tadi sudah menelepon Sooyoung, yang tidak diangkat. Lalu aku menelepon Seohyun dan mengatakan bahwa dia akan segera menemui kami. Tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang berusia sekitar 70 tahun muncul dari dalam. Dia tersenyum melihat kami.
“Yang mana Yuri dan yang mana Yoona?” tanyanya.
“Aku Yuri dan ini Yoona,” kataku sambil berdiri dan membungkuk. Di sebelahku Yoona buru-buru berdiri juga.
Laki-laki itu mendekati kami.
“Aku Go Dongwok. Sabong-ah sudah menceritakanku pada Kalian? Atau Yoobin-ah?”
“Iya...”
Bagaimana aku bisa lupa saat Umma menceritakan seorang laki-laki bernama Go Dongwok yang membuat Umma harus bercerai dengan Appa. Umma sudah menceritakan hal itu sejak aku dan Yoona masih kelas satu sekolah dasar.
Bertahun-tahun aku dan Yoona merasa benci pada laki-laki ini meskipun kami tidak pernah bertemu dengannya. Meskipun Umma berkali-kali meyakinkan kami bahwa tidak ada gunanya membencinya. Tapi kami benci pada orang yang membuat kami tidak mengenal ayah kami sendiri. Meskipun dia adalah ayah dari ayah kami sendiri.
Tapi, tiga minggu yang lalu Umma berhasil meyakinkan kami bahwa kami harus berhenti membenci kakek kami itu.
Waktu itu hari Minggu pagi. Dan kami baru sebulan berada di Seoul setelah pindah dari Paris. Umma memanggilku dan Yoona ke ruang makan saat kami menonton kartun pagi di TV. Aku ingat saat itu Yoona masih mengantuk dan dia hampir tertidur saat Umma baru memulai kata-katanya.
Umma berkata, “Nanti malam kita akan bertemu Appa.”
Dan Yoona, yang sebelumnya menyandarkan kepalanya di atas meja makan dengan mengantuk, langsung mengangkat kepalanya dengan cepat sekali.
Aku memang heran saat Umma tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke Korea sebulan sebelumnya. Bukan berarti aku tidak suka berada di Korea. Aku selalu menyukai Korea karena sejak kecil Umma sudah mengajariku dan Yoona bahasa dan semua kebudayaan Korea meskipun kami belum pernah ke Korea. Tapi keputusan Umma sangat mendadak.
“Ini alasan Umma kembali ke Korea?” tanyaku.
Tapi sebelum Umma sempat menjawab Yoona sudah berteriak penuh semangat.
“Umma sudah bertemu dengan Appa? Di mana? Bagaimana wajahnya? Bagaimana laki-laki Go Dongwok itu?”
Umma tersenyum pada Yoona. Umma adalah salah satu orang paling lembut dan penyayang yang pernah aku kenal.
“Yuri-ah, Umma kembali ke sini bukan karena Appa. Umma baru bertemu Appa kembali dua hari yang lalu. Dan itu tidak sengaja saat Umma sedang berbelanja di supermarket dan Appa sedang di sana juga. Dan Yoona-yah, Kau lihat saja nanti bagaimana Appa Kalian itu.”
Aku merasa agak aneh kami membicarakan Appa seperti itu. Seolah-olah kami hanya berpisah sebulan dengan Appa karena Appa ada tugas keluar kota atau apa. Bukan karena orang tua Appa memisahkan kami dari Appa 18 tahun yang lalu. Yah, memang dari dulu kami sering mengobrol ringan tentang Appa. Dan kami tahu bagaimana bentuk fisik Appa dari foto-foto yang disimpan Umma. Tapi, membicarakan rencana pertemuan dengan Appa setelah 18 tahun terpisah menurutku harus lebih dramatis daripada itu.
Aku melihat pada Yoona dan dia terlihat sangat bahagia. Saat kami masih kecil dulu Yoona sering menangis saat diejek oleh teman-temannya karena kami tidak memiliki ayah. Umma tidak mau kencan dengan laki-laki manapun karena dia bilang dia masih mencintai Appa, meskipun menurut aku dan Yoona itu bodoh. Dan sekarang Umma bertemu dengan Appa, dan kami akan bertemu nanti malam, dan Yoona sangat senang. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain ikut bahagia. Apalagi aku melihat wajah Umma dan Yoona sangat cerah dan bahagia.
Yoona sedang mengoceh tentang baju apa yang akan dipakainya nanti saat tiba-tiba Umma berkata, “Kalian juga akan bertemu dengan saudara Kalian nanti.”
“Saudara? Maksud Umma sepupu?” tanyaku.
Umma tersenyum. “Bukan. Saudara kandung Kalian.”
Aku dan Yoona bertukar pandang. Setahu kami aku adalah anak sulung dan Yoona adalah anak bungsu. Tidak ada anak Umma dan Appa yang lain. Lagipula, berdasarkan cerita Umma, Umma dan Appa bertemu tiga bulan sebelum mereka menikah di Paris. Dan kami lahir setahun setelah mereka menikah. Kalau diandaikan Umma sudah hamil sebelum menikah, tetap saja waktu 15 bulan tidak cukup untuk melahirkan tiga kali. Kecuali...
“Maksud Umma saudara kandung kami itu juga kembar dan juga lahir prematur tujuh bulan seperti kami?” kejarku.
Umma mengangguk.
Aku mengerang. “Aku tidak pernah tahu bahwa aku punya kakak.”
“Bukan kakak. Sooyoung-ah dan Seohyun-ah adalah adikmu.”
“Umma jangan bercanda!” kata Yoona. “Bagaimana mungkin kami punya adik? Appa kan kembali ke Seoul waktu kami baru empat bulan. Dan kami akan tahu kalau Umma melahirkan lagi!”
Ini aneh. Tapi... Tiba-tiba ada kemungkinan lain yang muncul di kepalaku.
“Umma... Jangan bilang Sooyun dan Seohyong itu saudara kembar kami!”
Umma terkikik.
“Bukan Sooyun dan Seohyong, tapi Sooyoung dan Seohyun. Dan iya, mereka memang saudara kembar Kalian. Sooyoung-ah lebih muda lima belas menit daripada Yuri-ah dan Seohyun-ah lebih muda dua puluh menit daripada Yoona-yah. Dan Sooyoung-ah adalah kembar satu telur dengan Yoona-yah,” Umma menjelaskan dengan tenang seperti sedang menerangkan bagaimana cara naik bis dari rumah kami menuju Seoul University tempat kami akan mulai kuliah bulan depan.
Siang itu aku dan Yoona berbaring di kasur Yoona di kamar kami sambil membicarakan kira-kira seperti apa Appa, Sooyoung dan Seohyun itu. Kami masih shock dengan fakta bahwa kami punya dua orang saudara kembar lagi. Kami kembar empat! Kembar empat! Kembar empat bukanlah hal normal yang ada dalam setiap keluarga.
Dan malam itu aku menyetir KIA Elisabeth keluarga kami yang dibeli ibu dari teman SMA-nya ke sebuah restoran mahal di dekat Menara 101. Jujur saja, saat itu aku agak merasa minder karena semua mobil di tempat parkir itu paling tidak berharga lima kali lipat daripada mobil kami.
Saat kami mengikuti Umma ke lantai dua, tempat kami akan bertemu Appa dan dua saudara kembarku aku dan Yoona sejenak melupakan rasa grogi kami karena terpesona dengan interior restoran. Dan saat itu aku sadar, Sooyoung dan Seohyun akan berbeda dengan kami.
Aku dan Yoona tidak pernah benar-benar hidup sejahtera sejak kecil. Memang Umma tidak pernah membiarkan kami kelaparan dan selalu membelikan baju baru setiap tahun baru dan memasak kalkun panggang yang mahal setiap Natal. Tapi hanya begitu. Di Paris kami tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggir kota. Kami banyak makan pasta dan spagethi instan dan Umma juga jarang memasak untuk kami karena harus bekerja sebagai guru di sebuah sekolah mode kecil dan menulis karya fiksi untuk sebuah tabloid lokal. Kami tidak kaya tapi kami bahagia.
Tapi aku tahu. Appa adalah salah satu pengacara paling terkenal di negara ini. Mau tidak mau Sooyoung dan Seohyun pasti akan menjadi anak yang selalu sejahtera. Mungkin mereka membeli baju baru beberapa kali sebulan dan memakan kalkun panggang tidak hanya saat Natal, tapi juga saat Paskah, Thanksgiving, Hari Ayah, Hari Bumi Internasional dan Hari Anti Korupsi Seluruh Dunia. Kami kembar, ya. Tapi kami sangat berbeda.
Dan aku mulai takut kalau mereka berdua akan bersikap tidak baik pada Yoona. Meskipun sulit membayangkan saudara kembarmu sendiri akan menghinamu, tapi siapa tahu karena selalu hidup sejahtera Sooyoung dan Seohyun tumbuh menjadi gadis yang sombong, manja dan egois?
“Yoobin-ah! Yuri-ah! Yoona-yah!” aku mendengar suara berat seorang laki-laki dari meja yang di pinggir, di dekat jendela.
Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan memakai kaos bergambar Simpson Family berdiri dan melambai pada kami. Appa! Aku ingat, itu adalah wajah yang sejak bertahun-tahun yang lalu sering masuk ke dalam mimpiku meskipun aku tidak pernah menceritakannya pada siapapun, bahkan Yoona sekalipun, dengan wajah sedikit lebih tua tentunya. Di sebelahnya ada dua orang gadis yang juga berdiri. Mereka berdua, pasti Sooyoung dan Seohyun, agak tetutup tubuh Appa yang melambai dengan penuh semangat. Mau tidak mau aku tersenyum melihatnya.
Kami sampai di meja itu dan Appa langsung memelukku dan Yoona. Umma mencium Sooyoung dan Seohyun. Dan akhirnya Appa mencium Umma. Di bibir! Aku bisa melihat wajah Yoona memerah saat melihatnya.
Dan setelah itu, kami diperkenalkan. Aku dan Yoona dengan Appa, Sooyoung dan Seohyun.
Pertama kali melihat Appa dengan kaus Simpson Family-nya aku tidak bisa berpikir selain betapa lucunya Appa. Dia bukan tipe seperti yang aku pikirkan selama ini. Yah, Umma memang sering bercerita bahwa Appa adalah orang yang humoris dan baik. Tapi, hampir semua pengacara yang kuketahui─rata-rata adalah pengacara para artis di Prancis dan Hollywood─adalah orang yang selalu serius dengan kening berkerut. Tapi aku senang mengatakan bahwa kening Appa tidak berkerut, bahwa dia sangat periang seperti Umma (aku pikir sekarang aku tahu kenapa mereka berdua saling jatuh cinta), dan bahwa sebentar saja mengenalnya aku langsung merasa dekat dengannya. Aku langsung merasakan feel memiliki seorang ayah yang baik dan penyayang.
Dan Sooyoung dan Seohyun. Yah, aku harus mengakui bahwa perkiraanku salah. Mereka sama sekali bukan gadis manja dan egois.
Pertama, aku tertukar antara Sooyoung dan Seohyun. Aku melihat wajah mereka berdua memang sangat mirip, kalau tidak bisa dikatakan persis, dengan wajahku dan Yoona (dan itu menolong sekali untuk menghilangkan kecanggungan-awal-perkenalan kami). Salah satu dari mereka memakai tube dress selutut berwarna biru muda. Rambutnya diikat rapi ke belakang. Dan yang satu lagi memakai kaus polo dan celana jeans gombrong sebetis. Rambutnya digerai dan berantakan.
Dan karena aku tahu Sooyoung kembar satu telur dengan Yoona, dan karena Yoona adalah tipe yang suka memakai dress, aku langsung berkata, “Sooyoung-ah...” saat memeluk yang memakai mini dress.
Yang memakai kaus polo langsung tertawa, “Hahaha, tujuh bulan bersama di perut Umma tidak membuat Kau bisa membedakan kami, ya? Aku Sooyoung dan dia Seohyun.”
Aku agak terkejut karena setahuku kembar satu telur sangat mirip dan tidak jarang mereka tidak mau berpisah rumah bahkan setelah masing-masing menikah. Tapi, terpisah 18 tahun bisa membuat kembar satu telurpun berbeda sekali.
Sooyoung adalah gadis yang sangat ceria. Sepanjang makan malam kami dia sering mendominasi pembicaraan. Dia juga sering mengeluarkan lelucon-lelucon lucu. Dan dia agak cablak untuk ukuran seorang gadis seperti kami. Aku tahu dari cara berbicaranya dan cara dia mengomentari gaya pelayan restoran yang mengantarkan makanan kami. Dan dia juga agak cuek jika dilihat dari pakaiannya yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah putri dari salah satu pengacara paling sukses di Korea Selatan.
Sebaliknya, Seohyun agak pendiam. Dia makan dengan tenang dan banyak tersenyum mendengar pembicaraan kami.
-bersambung-

One Shot SooHyun (Sooyoung-Jonghyun)

Jonghyun baru keluar dari toilet di MBC saat melihat dua sosok yang sangat dikenalnya berjalan beriringan. Dia memperhatikan mereka dan melihat mereka berhenti di belakang sebuah pot besar.

Jonghyun mengendap-endap dan melihat Kyuhyun berdiri bersandar ke dinding. Di depannya berdiri seorang gadis tinggi. Sooyoung! Mata Jonghyun melebar melihat mereka berdua berdiri berhadap-hadapan dengan jarak sangat dekat.

“Oppa pasti bisa!” dia bisa mendengar Sooyoung berkata lembut.

“Aku tidak tahu, Sooyoungie. Kau tahu, aku maknae dan selalu menjadi bulan-bulanan member yang lain. Dan yang akan aku gantikan adalah Hankyung-hyung,” dia mendengar Kyuhyun berkata pelan. Suaranya terdengar putus asa.

“Tapi aku percaya Oppa pasti bisa. Cho Kyuhyun pasti bisa menjadi leader Suju-M. Oppa kan salah satu member Super Junior yang terbaik...” Sooyoung berkata lagi, masih dengan suara lembut yang belum pernah Jonghyun dengar.

“Mmm, yah, aku pikir aku akan berusaha...”

Jonghyun melihat Sooyoung memegang pipi Kyuhyun dengan kedua tangannya. Dadanya berdebar. Ini bukan tindakan yang biasa dilakukan Sooyoung pada member male-idol manapun.

“Mmm... Sooyoungie, bisakah Kau memelukku? Aku ingin mendapat kekuatan darimu...” Jonghyun bisa melihat Kyuhyun agak grogi saat mengatakannya.

Tapi Sooyoung langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Kyuhyun dan menyandarkan badannya ke badan Kyuhyun. Jonghyun menelan ludah.

Sooyoung melepaskan pelukannya, “Merasa lebih baik?”

“Jauh lebih baik,” Kyuhyun menjawab sambil tersenyum.

Tiba-tiba, tanpa peringatan apapun, Sooyoung mengecup bibir Kyuhyun. Jonghyun membelalak. Apa ini?

Dia bisa melihat awalnya Kyuhyun terkejut. Tapi setelah itu Kyuhyun melingkarkan tangannya di pinggang kecil Sooyoung dengan erat, mendorong Sooyoung agar lebih rapat ke tubuhnya, dan membalas ciumannya.

Setelah rasanya berjam-jam bagi Jonghyun, Sooyoung dan Kyuhyun memisahkan diri. Jonghyun bisa melihat senyuman di wajah Kyuhyun. Dan dia tahu dia tidak suka dengan senyuman itu.

“Kita ke depan sekarang?” kata Sooyoung manis. Terlalu manis. Dan Jonghyun belum pernah mendengar Sooyoung berkata seperti itu padanya.

Jonghyun buru-buru bersembunyi di balik pot besar di sebelahnya. Dia mendengar langkah mereka melewatinya dan dia mengintip lagi. Dia melihat Kyuhyun dan Sooyoung berjalan ke depan. Tangan kanan Kyuhyun melingkar di pinggang Sooyoung.

Jonghyun merasa matanya panas. Dia teringat lagi apa yang terjadi dua minggu yang lalu, ketika Sooyoung menyatakan perasaan sukanya pada Jonghyun.

“Noona, Kau harus cari laki-laki yang lebih tua darimu! Aku TIDAK SUKA perempuan electra-complex!” Jonghyun berteriak pada Sooyoung.

Sooyoung memandangnya dengan mata berkaca-kaca.

“Apa kata orang-orang kalau aku pacaran denganMU? Apa kata orang-orang kalau aku pacaran dengan gadis yang lebih tua dariku?”

“Tapi... Jonghyun-ah, aku hanya lebih tua dua bulan...”

“Tetap saja lebih tua, BODOH!” Jonghyun memotong ucapan Sooyoung dengan kasar. “Dan yang paling penting, aku tidak dan tidak akan pernah menyukaimu. Jadi lupakan saja bahwa Kau menyukaiku.”

Sooyoung menghapus air matanya.

“Oke. Maafkan aku.”

Setelah itu Sooyoung pergi dan mereka belum pernah bertemu lagi sampai hari ini.

Yang membuat Jonghyun sangat merana adalah fakta bahwa dia tidak bisa melupakan Sooyoung sejak malam pada hari dia menolaknya itu. Dia terus memikirkan Sooyoung dan membeku setiap kali Key atau Taemin menyebut-nyebut ‘Sooyoung-noona’. Dan hari ini dia berniat akan meminta maaf dan mengatakan bahwa dia juga suka pada Sooyoung, bahwa tidak masalah bahwa Sooyoung lebih tua dari padanya. Toh hanya dua bulan.

Tapi, ternyata... Dia sama sekali tidak menyangka Sooyoung akan secepat ini menemukan laki-laki lain. Menemukan orang yang bisa dipanggil “Oppa” dan memanggilnya “Sooyoungie” dan bukannya “Sooyoung-noona.”

Jonghyun merasa dadanya sakit. Dia jelas telah kalah. Dan salah. Dia salah karena selama ini tidak mengakui perasaannya pada Sooyoung.

-TAMAT-