tag:blogger.com,1999:blog-39419879641414170542024-02-21T07:39:28.353+07:00I Love SNSDBlog (agak) geje ini sengaja dibikin buat menyalurkan uneg-uneg di otakku. Sebagian besar merupakan fanfic tentang SNSD dan Super Junior.
Aku adalah Sone dan Elf. Tapi aku juga suka SHINee, DBSK, f(x dan 2PM.
Ohya, buat yang ngopy jangan lupa ngasi kredit ya. Terus juga jangan jadi silent reader. Kasih komentar!
Selamat membaca!!!Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-67799117256715600532010-07-25T23:33:00.001+07:002010-07-25T23:36:32.419+07:00Between Two Maknaes part 2(Sooyoung’s POV)<br />Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.<br />Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.<br />Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.<br />Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.<br />Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.<br />“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.<br />Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.<br />Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.<br />“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”<br />Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.<br />“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”<br />“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.<br />Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.<br />“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”<br />“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.<br />“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”<br />“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.<br />“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.<br />“Tentu saja.”<br />“Siapa?” tanya Seohyun.<br />“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.<br />“Taeyang-ssi?”<br />Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.<br />Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.<br />Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.<br />Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.<br />Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.<br />“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”<br />“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.<br />(End of Sooyoung’s POV)<br />(Changmin’s PO)<br />Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.<br />Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.<br />Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.<br />Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,<br />“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”<br />“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.<br />Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!<br />Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.<br />Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?<br />“Mmm, Sooyoungie?!”<br />Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.<br />Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”<br />Aku menarik nafas, berusaha tenang.<br />“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”<br />Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.<br />“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”<br />“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.<br />“Kau akan berpasangan dengan siapa?”<br />“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”<br />Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!<br />“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”<br />Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.<br />“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.<br />“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”<br />Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.<br />Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.<br />“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.<br />(End of Changmin’s POV)<br />**********<br />(Sooyoung’s POV)<br />Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.<br />Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.<br />Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?<br />Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.<br />“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.<br />“Bagaimana show tadi?”<br />Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.<br />“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.<br />“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.<br />Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”<br />Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”<br />Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.<br />Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.<br />Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.<br />“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”<br />Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.<br />Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.<br />Aku meliriknya. Apa yang lucu?<br />“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?<br />“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.<br />“Oppa!” teriakku.<br />Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.<br />“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.<br />(End of Sooyoung’s POV)Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-54143530051076058922010-07-25T23:33:00.000+07:002010-07-25T23:36:10.407+07:00Between Two Maknaes part 2(Sooyoung’s POV)<br />Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.<br />Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.<br />Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.<br />Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.<br />Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.<br />“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.<br />Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.<br />Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.<br />“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”<br />Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.<br />“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”<br />“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.<br />Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.<br />“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”<br />“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.<br />“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”<br />“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.<br />“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.<br />“Tentu saja.”<br />“Siapa?” tanya Seohyun.<br />“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.<br />“Taeyang-ssi?”<br />Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.<br />Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.<br />Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.<br />Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.<br />Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.<br />“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”<br />“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.<br />(End of Sooyoung’s POV)<br />(Changmin’s PO)<br />Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.<br />Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.<br />Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.<br />Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,<br />“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”<br />“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.<br />Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!<br />Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.<br />Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?<br />“Mmm, Sooyoungie?!”<br />Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.<br />Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”<br />Aku menarik nafas, berusaha tenang.<br />“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”<br />Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.<br />“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”<br />“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.<br />“Kau akan berpasangan dengan siapa?”<br />“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”<br />Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!<br />“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”<br />Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.<br />“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.<br />“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”<br />Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.<br />Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.<br />“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.<br />(End of Changmin’s POV)<br />**********<br />(Sooyoung’s POV)<br />Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.<br />Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.<br />Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?<br />Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.<br />“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.<br />“Bagaimana show tadi?”<br />Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.<br />“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.<br />“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.<br />Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”<br />Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”<br />Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.<br />Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.<br />Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.<br />“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”<br />Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.<br />Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.<br />Aku meliriknya. Apa yang lucu?<br />“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?<br />“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.<br />“Oppa!” teriakku.<br />Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.<br />“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.<br />(End of Sooyoung’s POV)Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-7948753060196902602010-07-25T23:19:00.001+07:002010-07-25T23:24:29.488+07:00Between Two Maknaes part 2(Sooyoung’s POV)<br />Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.<br />Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.<br />Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.<br />Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.<br />Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.<br />“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.<br />Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.<br />Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.<br />“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”<br />Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.<br />“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”<br />“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.<br />Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.<br />“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.<br />“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”<br />“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.<br />“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”<br />“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.<br />“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.<br />“Tentu saja.”<br />“Siapa?” tanya Seohyun.<br />“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.<br />“Taeyang-ssi?”<br />Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.<br />Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.<br />Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.<br />Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.<br />Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.<br />“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”<br />“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.<br />(End of Sooyoung’s POV)<br />(Changmin’s PO)<br />Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.<br />Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.<br />Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.<br />Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,<br />“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”<br />“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.<br />Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!<br />Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.<br />Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?<br />“Mmm, Sooyoungie?!”<br />Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.<br />Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”<br />Aku menarik nafas, berusaha tenang.<br />“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”<br />Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.<br />“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”<br />“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.<br />“Kau akan berpasangan dengan siapa?”<br />“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”<br />Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!<br />“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”<br />Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.<br />“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.<br />“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”<br />Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.<br />Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.<br />“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.<br />(End of Changmin’s POV)<br />**********<br />(Sooyoung’s POV)<br />Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.<br />Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.<br />Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?<br />Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.<br />“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.<br />“Bagaimana show tadi?”<br />Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.<br />“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.<br />“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.<br />Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”<br />Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”<br />Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.<br />Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.<br />Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.<br />“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”<br />Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.<br />Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.<br />Aku meliriknya. Apa yang lucu?<br />“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?<br />“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.<br />“Oppa!” teriakku.<br />Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.<br />“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.<br />(End of Sooyoung’s POV)Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-40192137720812724002010-07-24T22:25:00.002+07:002010-07-24T22:46:46.721+07:00Between Two Maknaes<div align="justify"><font face="arial" color="#ffffcc" size="4">(Sooyoung’s POV)<br />“Yah, Maknae!” suaraku yang sangat keras mengalahkan segala hiruk pikuk di ruang tunggu yang luas itu─termasuk jeritan Sulli yang memarahi Jonghyun yang terus mencolek-colek pipinya dan suara Junsu-oppa yang menyanyikan I Will Survive-nya Cake dengan (sangat mengherankan untuk seorang Junsu-oppa) fals dan suara gitar Sungmin-oppa yang sedang memamerkan lagu ciptaan barunya pada Sunny.<br />“Ya?” kata Changmin-oppa sambil berdiri dari sisi lain ruangan.<br />Kyuhyun-oppa yang sedang mengobrol dengan Hankyung-oppa langsung menoleh padaku.<br />“Ada apa Noona?” teriak Taemin dari seberang ruangan yang terjauh dariku.<br />“Yow! What’s up Sis?” teriak Stephanie-unni yang hanya berjarak dua meter dariku, yang tadi sibuk mengajarkan popping pada Key.<br />Sementara itu Krystal berusaha menyingkarkan Onew dari depan wajahnya untuk bisa melihatku lebih jelas.<br />“Ah, Sooyoungie. Kau memanggilku?” kata Ryeowook-oppa sambil tersenyum.<br />Dan mereka berenam melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan. Luar biasa!<br />“Umm, Unni, sepertinya mereka mengira Unni memanggil mereka...” kata Seohyun hampir berbisik.<br />Aku memandang para Maknae lain dengan tampang meminta maaf.<br />“Mianeyo! Aku berteriak padanya,” kataku sambil menunjuk Seohyun yang duduk di sebelahku.<br />Bukan salahku kalau mereka mengira mereka yang dipanggil. Maksudku, yang berteriak kan aku, SNSD, bukan Jaejoong-oppa, Sunday-oneechan, Heechul-oppa, Jonghyun atau Vick-unni. Seharusnya mereka tahu aku berteriak pada Seohyun, maknaeku sendiri.<br />“Yah, Shiksin! Kau jangan memanggil ‘Maknae’ di sini!” Stephanie-unni berteriak.<br />“Iya Noona! Kau membuat bingung saja!” kata Taemin.<br />Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.<br />Tadi aku berteriak pada Seohyun karena dia terus-terusan meledekku suka pada Kyuhyun sepanjang hari ini. Dan itu sangat mengganggu. Apalagi karena orangnya, Kyuhyun-oppa, ada di ruangan ini bersama kami.<br />Oke, aku memang suka pada Kyuhyun-oppa. Dan Seohyun memang benar, aku memang sering meliriknya. Tapi dia tidak tahu aku baru saja ditolak Kyuhyun-oppa seminggu yang lalu. Dan mendengar gosip Kau menyukai orang yang memang Kau sukai, yang baru saja menolakmu seminggu yang lalu, jelas bukan hal yang diinginkan seorang gadis 20 tahun sepertiku.<br />“Unni, Kyuhyun-oppa tadi melihat ke arahmu!” bisik Seohyun.<br />Aku memukul lengannya pelan. Sebal sekali. Sejak kapan maknae ini menjadi iseng begini? Biasanya dia tidak mau mencari masalah, apalagi untuk orang yang tergolong kejam seperti aku. Tidak, jangan bandingkan aku dengan Tiffany atau Sunday-oneechan. Mereka berdua jelas sangat lembut. Bandingkan aku dengan Kangin-oppa. Kekejaman kami cuma berbeda tipis.<br />Aku memutuskan sudah saatnya meninggalkan Seohyun. Jadi aku bangkit dan menuju ke tempat Luna, Dana-unni dan Lina-unni sedang bergosip. Setidaknya tidak satupun dari mereka yang tahu tentang gosip itu.<br />*****<br />“Maknae! Aku akan membunuhmu!” aku berteriak di koridor.<br />Aku melihat punggung Seohyun menghilang ke dalam ruang ganti SNSD. Pasti dia mencari perlindungan pada Hyoyeon dan Taeyeon yang selalu membelanya. Tidak adil! Maksudku, aku memang tidak mau dianggap kecil meskipun aku maknae ke-3 di SNSD. Tapi bukan berarti harus SELALU Seohyun yang dibela dan aku dimarahi kan? Apalagi kali ini jelas-jelas dia yang salah.<br />Aku tidak peduli akan ada yang marah atau protes dengan keberisikanku. Aku hanya ingin menangkap maknae jelek itu, mengikatnya dan membuangnya ke Sungai Han. Dia sudah keterlaluan sekali. Bayangkan, tadi saat sarapan dia berkata pada Kyuhyun-oppa begini: “Oppa, Sooyoung-unni ingin membicarakan sesuatu dengan Oppa.”<br />Aku yakin tadi wajahku langsung merah saat mendengarnya. Dan Kyuhyun-oppa memandangku dengan tatapan terganggu, sebal, marah, jijik dan entahlah apalagi. Oke, aku tahu dia tidak menyukaiku, dan aku masih ingat dia berkata, “Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu” dan aku juga sadar bahwa memang aku dan dia tidak cocok, dan aku juga sedang berada dalam masa-masa berusaha melupakan bahwa aku menyukainya seperti yang disuruhnya. Tapi TIDAK PERLU BERTAMPANG SEPERTI AKU ADALAH PEMBUNUH begitu!<br />Aku memutuskan untuk tidak jadi memburu Seohyun ke dalam ruang ganti SNSD karena itu hanya akan membuat yang lain bertanya, “Kenapa Kau mengejar Seobaby?”. Dan jelas aku tidak bisa menjawab, “Karena dia baru saja mengatakan pada Kyuhyun-oppa bahwa aku ingin berbicara padanya” karena kalau aku mengatakannya yang lain pasti akan bertanya lagi “Kenapa Seohyun-ah mengatakan itu?”. Dan aku tahu Seohyun akan menjawab dengan tampang polosnya, “Karena Sooyoung-unni menyukainya”, dan aku tahu setelah itu aku akan menjadi bulan-bulanan ledekan member-member yang lain.<br />Aku membalikkan badan, memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan di ruang SHINee. Mereka satu-satunya idol-grup SM yang SEMUA membernya tidak mencemaskan berat badan dan makanan. Ayolah, aku paham bagaimana CSJH, f(x) dan member-memberku yang lain berusaha menjaga pola makan dan memperhatikan semua yang masuk ke mulut mereka. Tapi aku tidak paham dengan DBSK dan Super Junior. Maksudku, MEREKA KAN LAKI-LAKI! Kenapa mereka harus memperhatikan berat badan dan segala macamnya itu? Menurutku Shindong-oppa saja sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa cowok gendut disukai juga oleh para gadis. Ohya, dan tidak hanya cowok gendut. Cewek gendut juga. Buktinya Shinyoung-unni yang fansnya hampir menyamai fans Kangin-oppa.<br />“Noona!” teriak Key saat melihatku. “Lihat jaket baruku? Bagus, kan?”<br />Dia berdiri di hadapanku sambil bergaya seolah-olah sedang pemotretan dengan jaket berumbai-rumbainya. Aku mengangkat alis.<br />“Tidak bagus ya?” katanya dengan bibir mencebik.<br />Aku tertawa dan mengacak-acak rambutnya. “Bagus kok! Tapi Kau tidak perlu berpose seperti itu.”<br />Key tersenyum dan memelukku.<br />“Gomawoyo, Noona!”<br />Aku berjalan ke tempat Onew duduk sambil makan ramen.<br />“Jinki-ah...” aku berusaha membuatnya sadar bahwa aku mau mencicipi ramennya.<br />Mencicipi? Oke. Aku juga mau satu tub besar ramen seperti itu.<br />“Ne?” dia bertanya sambil menyedot ramennya yang masih mengepulkan asap itu. Wah, sepertinya enak sekali!<br />“Aku mau itu,” kataku memohon.<br />“Katakan baik-baik!”<br />Aku mendengus sebal. Itu adalah salah satu hal yang aku sebali dari member-member SHINee. Mereka selalu mencari kesempatan untuk membalas semua kesemena-menaan kami (para sunbae) pada mereka saat kami membutuhkan mereka.<br />“Onew yang ganteng, aku mau ramen!” kataku se-aegyo mungkin. Yah, memang tidak seperti Sunny tentu saja. Tapi menurutku lebih baik daripada aegyo Kibum-oppa yang aku lihat di TV minggu lalu.<br />“Kau harus memangilku ‘Oppa’ dulu,” kata Onew sambil tersenyum licik.<br />“Yah! Kenapa aku harus memanggilmu ‘Oppa’?!” kataku galak.<br />“Sooyoungie,” Onew menolehkan kepalanya padaku, wajahnya berkeringat karena ramen yang panas dan terlihat sangat sedap itu. “... kalau Kau lupa, aku akan mengingatkanmu. Aku lebih tua daripadamu.”<br />Hal itu lagi! Apa aku tidak bisa menikmati menjadi Noona? Maksudku, sebelum ada SHINee dan f(x), aku adalah salah satu artis SM termuda dan karena itu sering ‘dikecilkan’ oleh yang lain. Dan saat muncul SHINee dan f(x) untuk pertama kalinya aku menjadi sunbae dan dipanggil ‘Noona’ oleh member-member SHINee. Tapi si Onew ini selalu minta dipanggil ‘Oppa’. Aku merasa menjadi terlalu muda kalau harus memanggil ‘Oppa’ pada hobbaeku sendiri.<br />“Kau cuma lebih tua dua bulan daripadaku!”<br />“Tapi tahun lahir kita sudah berbeda, Sooyoungie...”<br />Aku mendecakkan bibir.<br />“Tapi itu cuma dua bulan. Paling tidak Kau harus lebih tua enam bulan daripadaku agar aku bisa memanggilmu ‘Oppa’!”<br />“Yah! Sooyoung-ah!” seseorang menepuk bahuku dari sisi lainku. Aku menoleh dan melihat Jonghyun tersenyum padaku. Dan aku tahu itu adalah jenis senyuman yang tidak terlalu baik.<br />“Kenapa Kau memanggilku ‘Sooyoung-ah. Panggil aku ‘Noona’!” kataku galak.<br />Jonghyun menyeringai. “Kau hanya lebih muda dua bulan daripadaku. Setidaknya Kau harus lebih....” dia mengulang kata-kataku dengan sama persis.<br />Dengan kesal aku meninggalkan mereka dan keluar dari ruangan ini.<br />Keluar dari sana aku bingung mau kemana. Bingung dan kesal. Satu-satunya alasan aku menjauhi ruangan SHINee hanyalah Jonghyun. Onew, yah dia memang menyebalkan kalau sedang sok tua, tapi dia selalu baik dan seru kalau bercanda. Dan ketiga maknae selalu dengan manjanya memanggilku ‘Noona’. Sementara Jonghyun, dia selalu punya seribu satu macam tingkah yang bisa membuatku ingin mengikatnya dengan Seohyun berdua, lalu melemparkan mereka ke Sungai Han. Oh tidak, kalau perlu ke Sungai Yang Tse Kiang saja yang lebih jauh agar mereka tidak tahu jalan pulang.<br />Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Jonghyun ‘menawar’ untuk tidak memanggilku ‘Noona’. Tapi jelas aku tetap tidak mau. Oke, Onew memang lebih tua sehingga aku tidak bisa memaksanya memanggilku ‘Noona’. Aku tahu Shinee World tidak kejam, tapi siapa tahu mereka mau memutilasi kalau aku ketahuan memaksa leader idola mereka memanggilku ‘Noona’. Dan, ohya, aku tidak suka dipanggil ‘Sunbaenim’. Aku tidak keberatan memanggil sunbaeku ‘Sunbaenim’, tapi aku tidak suka kalau aku yang dipanggil begitu.<br />“Sooyoungie! Kau mau kemana?” Jaejoong-oppa berjalan dari arah sebalikku.<br />“Mmm, mencari sesuatu yang bisa dimakan,” kataku agak malu. Tentu saja. Karena aku tahu Jaejoong-oppa menghitung berapa kimchi dan menimbang setiap nasi yang akan dimakannya.<br />Dia tertawa.<br />“Ke ruang DBSK saja. Tadi aku lihat Changmin-ah membawa banyak sekali coklat dan aku tidak mau dia kekenyangan dan tidak bisa tampil nanti malam.”<br />Kami mengucapkan “See you” dan aku berjalan dengan penuh suka cita ke lift, menuju lantai tiga, ke ruangan DBSK.<br />Tapi, saat pintu lift terbuka, aku ternganga melihat siapa yang ada di sana. KYUHYUN-OPPA!<br />Lebih daripada Jonghyun, lebih daripada Onew yang sedang sok tua, lebih daripada si kecil Seohyun, bahkan lebih daripada mereka bertiga dijadikan satu, aku BENAR-BENAR tidak ingin bertemu denganNYA. Tidak saat suasana hatiku sedang bahagia karena akan makan (banyak) coklat. Sepertinya... rasanya... menurutku bertemu Kyuhyun-oppa bagiku sekarang hampir sama seperti mimpi buruk.<br />“Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu.” Aku masih ingat setiap kata yang diucapkannya dengan dingin, tanpa emosi, padaku sepuluh hari yang lalu.<br />Aku tidak suka padanya...<br />Aku tidak suka padanya...<br />Aku tidak suka padanya...<br />Aku tidak suka padanya...<br />Aku suka padanya...<br />Sekeras apapun aku berusaha melupakan Kyuhyun-oppa. Sekeras apapun aku berusaha bersikap seolah-olah aku tidak menyukainya. Dan seberapa pedihnyapun hatiku saat dia menolakku, aku tetap belum bisa BENAR-BENAR tidak menyukainya. Tidak, saat aku harus melihatnya dengan kaus polo biru muda dan celana jins hitam keren seperti ini. Maksudku, dia benar-benar keren! Bahkan saat diam seperti ini! Apalagi saat dia menyanyi. Suaranya benar-benar membuatku meleleh.<br />“Ah, sunbaenim! Anyonghaseyoo!” kataku sambil membungkuk sedikit saat masuk. Dia menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah lain.<br />Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku memanggil member Super Junior ‘sunbaenim’. Itu hanya terjadi di awal debut SNSD. Bahkan sebelumnya, saat kami masih training, aku sudah memanggil mereka ‘Oppa’. Tapi, menurutku ‘Oppa’ agak terlalu pribadi untuk Kyuhyun-oppa pada saat ini. Paling tidak untuk diucapkan langsung pada orangnya.<br />Aku sangat bersyukur saat lift berhenti di lantai tiga. Aku cepat-cepat keluar tanpa mengucapkan apapun.<br />Dan aku langsung berbelok masuk ke ruangan DBSK. Ada Junsu-oppa, Yoochun-oppa dan Changmin-oppa (dan coklat-coklatnya) di dalam.<br />“Hai Sooyong-ie!” sapa Junsu-oppa ceria. Yoochun-oppa melambai dengan masih memegang stick PS3-nya.<br />Dan Changmin-oppa, tebak dia bilang apa!<br />“Sooyoungie, tadi Cassie memberiku coklat banyak sekali. Ayo sini! Kau mau kan?”<br />Hehehe. Changmin-oppa jjang!!!</font></div><br /><br />Bersambung...Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-87722348363317074062010-05-23T23:11:00.002+07:002010-05-23T23:18:39.293+07:00One Shoot "ETUDE"Sooyoung tidak pernah benar-benar suka Super Junior. Tidak sebesar rasa sukanya pada DBSK dan SHINee. Dia memang ikut berteriak bersama member lainnya saat melihat penampilan Sorry-sorry dan ikut bersorak saat nama mereka disebutkan MC pada konser-konser yang mereka hadiri bersama. Tapi dia hanya terbawa teman-temannya. Dia tidak pernah benar-benar meneriakkan “Super Junior!” atas keinginan sendiri.<br />Sooyoung tidak pernah benar-benar dekat dengan member Super Junior manapun. Bahkan saat orang-orang mengatakan dia dekat dengan Sungmin dan istilah ‘Minyoung’ muncul, sebenarnya dia berada di urutan kesekian di antara member SNSD yang dekat dengan Sungmin.<br />Sooyoung tidak pernah benar-benar mendapat dukungan dari member Super Junior. Dia bukan Jessica yang menjadi favorit Heechul dan kesayangan Donghae. Dia bukan Hyoyeon yang sering diajak bekerja sama oleh Eunhyuk. Dia bukan Taeyeon yang suaranya membuat Ryeowook ingin membuatkan lagu untuknya. Dia bukan maknae Seohyun yang membuat Shindong sangat sayang padanya. Dia tidak secantik Yoona yang membuat Leeteuk mengatakan bahwa dia adalah tipe idealnya. Dia tidak seperti Sunny yang sangat aegyo dan membuat Sungmin mau melakukan apa saja untuknya. Dia bukan Tiffany yang bisa sangat ramah dan membuat Kangin pun bersikap sangat lembut padanya. Dia bahkan sangat berbeda dengan Yuri yang sering disebut sebagai kembarannya, hanya karena Yuri bisa bersikap sangat manis di depan Kibum dan membuat Kibum selalu tersenyum manis juga padanya.<br />Dia masih ingat saat mereka baru debut kedelapan member lainnya mendapat dukungan dari pendukung maisng-masing. Heechul terus-terusan meyakinkan Jessica bahwa dia adalah Heechul versi perempuan dan akan bisa menghadiri variety show lebih banyak daripada yang lain. Eunhyuk menghabiskan banyak waktu untuk ber-popping bersama Hyoyeon. Dan member lainnya juga punya paling tidak satu pendukung yang akan mengatakan, “Kau pasti bisa! Hwaiting! Oppa mendukungmu!”<br />Tapi tidak untuknya. Tidak pernah ada. Bahkan sampai sekarang. <br />Dan Sooyoung tidak pernah benar-benar menyukai saat-saat seperti ini. Saat semua member Super Junior dan SNSD berkumpul. Karena itu artinya sekali lagi dia harus duduk di sudut sendiri sementara membernya yang lain mengobrol dengan pendukung mereka masing-masing.<br />Saat itu masih siang dan mereka berada di MBC untuk persiapan konser malamnya. Hampir semua idol group K-Pop hadir malam itu sehingga MBC kekurangan ruang tunggu. Akhirnya Super Junior dan SNSD mendapat ruang rias yang sama. Ruang rias yang sangat luas yang mungkin dulunya adalah sejenis ruang latihan atau sejenisnya. Jadi, meskipun kedua kelompok ini adalah dua kelompok dengan member paling banyak di Korea, sama sekali tidak masalah menempatkan mereka di satu ruangan saja.<br />Masalahnya hanyalah: gara-gara ini Sooyoung tidak punya teman mengobrol. Dan sekarang dia sangat berharap mereka segera harus dimake up atau latihan lagi atau semacamnya agar dia tidak harus duduk diam tidak jelas seperti sekarang. Tapi sepertinya tidak ada satu pun membernya yang berharap hal yang sama. Semuanya sedang sibuk dengan pendukung mereka masing-masing.<br />Taeyeon sedang bernyanyi bersama Kyuhyun, Yesung dan Ryeowook dan mereka membuat lelucon dengan rencana mengeluarkan album bernama Super Generation K.R.Y.T sebagai singkatan nama mereka. Sooyoung selalu suka dengan suara SuJu K.R.Y dan suara Taeyeon. Tapi melihat mereka berempat menyanyi tanpa memedulikannya seperti ini bukanlah hal yang disukainya.<br />Jessica duduk di sudut bersama Heechul. Sepertinya sekali lagi Heechul mencoba memberi Jessica saran-saran untuk tampil mengesankan di variety show. Sementara itu Donghae duduk bersama Yuri dan Hankyung. Ikut tertawa-tawa mendengar joke yang diceritakan Yuri meskipun Sooyoung lihat matanya berkali-kali melirik Jessica dan Heechul.<br />Shindong, Yoona, Kibum dan Seohyun sudah dari tadi keluar untuk makan-makan. Makan-makan! Dan mereka tidak mengajak Sooyoung. Padahal Sooyoung sangat terkenal sebagai Shiksin.<br />Hyoyeon dan Eunhyuk sedang menarikan gerakan yang sepertinya perpaduan antara balet dan popping di sekeliling ruangan. Berkali-kali hampir menabrak Tiffany, Kangin dan Siwon yang mengobrol di tengah ruangan. Sedangkan Sunny dan Sungmin sedang sibuk bertanding game portable yang dibawa Kyuhyun ke sana.<br />Sooyoung menghela nafas lelah sebelum kembali menghadapi layar laptopnya. Dia tidak pernah lupa membawa laptop setiap kali harus berkumpul dengan member-member Super Junior. Toh dia tidak bisa berharap para sunbaenimnya menyadari kehadirannya. Ini hanyalah satu hari yang lain dimana dia harus berpura-pura tidak ada dan baru ada lagi saat SNSD tampil dan fansnya meneriakkan namanya. Dia memutuskan untuk kembali pada Cooking Academynya dan bertekad mendapat skor maksimal di ronde ini.<br />Hampir setengah jam Sooyoung tenggelam dalam gamenya ketika dia merasa ponselnya bergetar. Dia mengambilnya dan melihat di layarnya tertera: DBSK Yunho-oppa calling.<br />Sooyoung tersenyum sebelum menjawabnya.<br />“Ne Oppa?”<br />“Su-chan! Kau dimana? Kami sudah sampai di MBC!” suara Yunho terdengar penuh semangat seperti biasa.<br />“Aku sudah di ruang rias,” jawab Sooyoung.<br />“Kau bisa ke lobi sekarang? Lina dan Dana akan mentraktir kita makan di Oishii!”<br />“Ha! Tentu saja bisa! Tunggu aku!”<br />Sooyoung menutup ponselnya dan memasukkan laptopnya ke dalam tasnya, lalu keluar dari ruangan itu tanpa merasa perlu meminta izin. Mereka semua sedang sibuk dan kelihatannya tidak ingin diganggu.<br />“Suuuuu-chan!!!” Sunday menjerit gembira melihat Sooyoung. Dia memeluk Sooyoung erat sekali meskipun kepalanya hanya mencapai leher Sooyoung.<br />Segera saja Lina, Dana dan Stephanie memeluknya juga. Sooyoung selalu lupa bahwa member-member CSJH selalu memeluknya sangat erat, bahkan kadang pelukan Stephanie membuatnya tidak bisa bernafas. Tapi dia selalu suka pada Oneechan-oneechannya ini. Sama seperti dia menyukai Oppa-oppanya dari DBSK.<br />“Jadi,” kata Sooyoung setelah lepas dari pelukan Lina, Dana dan Stephanie, “kenapa tiba-tiba Lina-oneechan dan Dana-oneechan berniat mentraktir?”<br />“Butikku surplus,” kata Lina sederhana.<br />“Dan aku baru membuka butik kuku baru di Ilsan,” kata Dana.<br />“Wah! Chukkaeyo!” kata Sooyoung, lalu memeluk mereka berdua.<br />“Su-chan! Kau tidak mau memeluk Oppa?” tanya Yuchun.<br />“Mau! Tapi Oppa harus menjamin aku tidak terluka sedikitpun setelah itu,” kata Sooyoung sambil tersenyum meledek.<br />Mereka tertawa karena mengerti maksud Sooyoung.<br />“Hehehe, sini Oppa sayang!” kata Sooyoung manja lalu memeluk Yoochun erat.<br />“Aku juga mau!” kata Yunho, lalu memeluk mereka berdua. <br />Lalu Junsu, Jaejoong dan Changmin juga ikut memeluk mereka. Sooyoung terjebak di tengah. Dan berada di antara lima laki-laki yang jauh lebih besar daripadanya jauh lebih buruk daripada berada di antara tiga gadis langsing.<br />Setelah rasanya lama sekali, baru mereka melepaskan Sooyoung. Dia merasa aneh dengan apa yang baru mereka lakukan karena mereka sedang berada di lobi kantor MBC dengan banyak orang berlalu-lalang. Sooyoung selalu agak sebal karena selalu diperlakukan seperti anak kecil oleh member-member DBSK dan CSJH.<br />“Ayo berangkat sekarang! Aku sudah lapar!” kata Sooyoung sambil menarik tangan Dana dan Yuchoon ke tempat parkir.<br />“Kau belum makan? Super Junior tidak mentraktirmu?” tanya Jaejoong.<br />Sooyoung mencibir.<br />“Oppa tidak perlu bertanya hal itu lagi kan?”<br />“Hahaha, Su-chan Kecil, Kau tidak perlu takut kelaparan selama ada kami,” kata Junsu sambil mengacak rambutnya.<br />“Tapi aku takut porsiku juga dimakan Changmin-oppa,” kata Sooyoung cemberut.<br />“Yah! Shiksin! Jangan berkata seperti itu!” kata Changmin sambil menarik Sooyoung ke dekatnya. Tangannya melingkar di bahu Sooyoung. “Kau juga sering mengambil porsiku, kan?”<br />“Sudahlah! Sesama Shiksin tidak boleh bertengkar gara-gara makanan!” kata Lina. <br />Mereka bersepuluh tertawa.<br />Mereka masuk ke van. Yoochun yang menyetir.<br />“Lalu, kita ke Oishii?” tanya Sooyoung saat mobil sudah mulai berjalan.<br />“Iya,” jawab Sunday.<br />“Kenapa Oishii?” tanya Sooyoung lagi.<br />“Kenapa? Kau tidak suka? Kita bisa pindah ke restoran yang Kau inginkan. Kami memutuskan ke Oishii karena kata Sunday-ah Kau suka di sana,” kata Junsu.<br />Sooyoung tersenyum. “Tidak. Aku suka sekali di Oishii. Aku cuma heran kenapa Kalian memilih restoran yang agak jauh.”<br />Sooyoung merasa terharu karena mereka memilih restoran favoritnya. Bukan restoran favorit Lina dan Dana yang mentraktir, atau yang lainnya. Mereka memutuskan akan makan di restoran favorit Sooyoung. Rasanya itu sangat berharga.<br />******<br />Sooyoung kembali duduk di ruang rias. Tapi kali ini sudah dengan kostum performancenya. Dia kembali sibuk dengan laptopnya. Satu jam lagi mereka akan tampil.<br />Sebagian member SNSD dan Super Junior masih dimake up. Sisanya, yang sudah dimake up, kembali mengobrol atau melakukan hal-hal lain bersama-sama.<br />Tiba-tiba pintu ruang rias mereka terbuka dan Luna berlari ke dalam, di belakangnya ada Taemin dan Key.<br />“Unni! Mereka mengejekku pendek!” adu Luna langsung pada Sooyoung sementara Taemin dan Key nyengir di belakangnya.<br />“Yah! Kalian jangan bandingkan Luna-yah dengan Kalian! Tentu saja Kalian lebih tinggi daripadanya!” kata Sooyoung sambil memeluk Luna yang duduk dan menyandarkan kepalanya ke bahu Sooyoung.<br />Luna menjulurkan lidahnya pada Taemin dan Key.<br />“Dia memang pendek, Noona! Coba Kalian berdua berdiri! Bandingkan tinggi Kalian!” kata Key.<br />Sooyoung memberinya tatapan memperingatkan. Key nyengir lagi.<br />“Aku tahu Kau tinggi Noona. Kepalaku sudah pernah berada di....” ucapan Key terhenti saat Sooyoung membekap mulutnya.<br />“Kau tidak boleh membicarakan itu lagi Kibum-i! Kau sudah janji!”<br />Key nyengir. “Aku kan cuma memberi tahu...”<br />“Tidak ada yang perlu diberitahu, oke? Sekarang Luna-yah, kembali ke ruanganmu dan cepat berdandan. F(x) lebih dulu tampil daripada SNSD kan? Kenapa Kau belum siap-siap?”<br />“Ne Unni,” kata Luna sambil berdiri dan berjalan keluar.<br />“Kalian berdua!” kata Sooyoung gemas sambil memeluk Key dan Taemin di masing-masing lengannya. “Jangan pernah membicarakan hal-hal seperti itu di depan para gadis. Itu hal yang sensitif.”<br />“Bagaimana Noona bisa tahu kalau Noona tidak pernah jadi pendek? Noona selalu menjadi gadis paling tinggi di manapun,” kata Taemin protes.<br />“Iya Noona! Noona jangan selalu membela f(x)! Bela kami juga!” kata Key.<br />“Aih! Kalian cerewet sekali. Kalian kembali ke ruangan Kalian saja. Nanti Onew mencari Kalian!”<br />“Aku mau kembali kalau Noona mengantarkan,” kata Taemin manis.<br />Sooyoung mengangkat alis. Kadang-kadang dia berpikir member-member SHINee dan f(x) bersikap manja padanya sebagai karma karena dia juga selalu bermanja-manja pada DBSK dan CSJH.<br />“Ya sudah! Sini!” Sooyoung menarik tangan mereka berdua keluar ruangan.<br />Tak ada satu pun member Super Junior yang memperhatikannya.<br />“Noona nemu yeoppo!” teriak Jonghyun saat Sooyoung melemparkan Key dan Taemin ke sofa di ruang rias mereka.<br />“Apa?” kata Sooyoung galak.<br />“Setelah konser nanti mau makan malam denganku?” kata Jonghyun sambil mengedip-ngedip.<br />“Maaf ya, aku tidak suka cowok oedipus,” kata Sooyoung sambil membalikkan badannya dan berniat meninggalkan ruangan itu.<br />“Sooyoung-i!” kata Jonghyun, melompat dari kursinya dan menahan tangan Sooyoung.<br />“Panggil aku ‘Noona’, anak kecil!” kata Sooyoung sambil mencubit pipinya gemas.<br />“Noona benar-benar tidak mau makan malam denganku?” tanya Jonghyun dengan tampang terpukul.<br />“Anniyo. Nanti SNSD akan makan malam dengan Super Junior...”<br />“Memangnya Noona diajak siapa?” tanya Minho.<br />“Eh? Maksudmu?” tanya Sooyoung bingung.<br />“Memangnya ada member Super Junior yang mengajak Noona? Bukannya mereka selalu melupakan Noona?”<br />Sooyoung menelan ludah. Bahkan SHINee pun sudah tahu keadaan yang sebenarnya. Dia tidak sadar bahwa sikap Super Junior padanya terlalu jelas. Dulu, saat DBSK masih di SM, Yunho dan Jaejoong sering mengajaknya ikut dengan DBSK saat member SNSD yang lain sudah sibuk dengan member Super Junior. Awalnya Sooyoung mengira itu hanya karena Yunho dan Jaejoong memang ingin mengajaknya saja. Tapi ternyata mereka melakukan itu karena ingin melindungi Sooyoung. Dan selamanya itu menjadi rahasia mereka berenam, dan bersepuluh akhirnya setelah CSJH pun akhirnya tahu. Dan sekarang SHINee?<br />Dia berusaha tersenyum. <br />“Aku tinggal pura-pura diajak Hyoyeon-i atau Tiffany-ah saja kan? Mereka juga tidak akan sadar.”<br />Setelah itu Sooyoung keluar dari ruang rias SHINee. Matanya terasa panas.<br />Dia tidak pernah mempermasalahkan perlakuan Super Junior padanya. Selama mereka tidak menyakitinya dia tidak akan pernah protes. Toh dulu dia selalu dilindungi DBSK dan CSJH. Dan sekarang, setelah DBSK tidak di SM lagi dan CSJH jarang bertemu dengan mereka di kantor, SHINee dan f(x) juga selalu ada untuknya. Tapi, melihat hampir semua orang menyadari hal ini dia mulai mencemaskan imej para member Super Junior sendiri. Bagaimana penilaian orang pada mereka nanti?<br />Sooyoung kembali ke ruang riasnya. Dan yang lain masih saja sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Semuanya sudah selesai di make up sekarang.<br />Sooyoung duduk kembali di sudutnya sambil mencoba mengalihkan pikiran dengan membaca Chicken Soup for Lonely Girl yang baru dibelinya.<br />“Sooyoung-unni!” jerit Sulli sambil berlari ke arahnya.<br />“Ada apa?” tanya Sooyoung heran.<br />“Aku tidak bisa memakai heel ini untuk menari Chu nanti,” kata Sulli sambil mengangsurkan high heel 7 cm ke Sooyoung.<br />“Kalau begitu Kau pakai seperti yang Kau pakai biasanya saja.”<br />Sulli hampir menangis.<br />“Tadi dipatahkan Jinki-oppa waktu dia melempar Jonghyun-oppa pakai heelku yang itu.”<br />Sooyoung memeluknya sambil berusaha menahan tawa.<br />“Kalau begitu Kau pakai punya Unni saja ya?”<br />Sooyoung mengambil heel cadangannya dari kotak di atas meja.<br />“Kau bilang Kau bisa memakai apapun yang Unni pakai kan?”<br />Sulli mengangguk.<br />“Ssttt, jangan menangis. Kau sudah mau tampil,” bisik Sooyoung.<br />“Khamsamidha Unni! Aku harus segera ke backstage!” Sulli pergi sambil melambai padanya.<br />*******<br />Penampilan SNSD sangat memuaskan malam itu. Dan Sooyoung sangat bersyukur penampilannya pribadi juga bagus. Mereka bersembilan kembali ke belakang panggung.<br />“Sooyoung-unni!” panggil seseorang saat Sooyoung melewati backstage.<br />Nicole dan Hara melambai padanya.<br />“Anyong!” Sooyoung berjalan ke arah mereka. “Kalian tampil setelah ini?”<br />Mereka mengangguk.<br />“Sooyoung-i, Kau mau coklat?” kata Gyuri sambil melambai-lambaikan kotak coklatnya di hadapan Sooyoung.<br />Sooyoung menyeringai. Para member Kara selalu tahu apa favoritnya.<br />“Sooyoung-i! Jangan makan coklat terlalu banyak! Nanti pipimu bisa membengkak!” jerit Jessica saat melihat Sooyoung mengambil segenggam besar bola-bola coklat dari kotak yang diberikan Gyuri.<br />“Tapi aku sudah lama tidak makan coklat,” kata Sooyoung cuek sambil mengambil beberapa lagi sampai kedua tangannya penuh.<br />“Tapi Kau...” Jessica masih berusaha mencegahnya, tapi tiba-tiba Heechul datang dari belakangnya.<br />“Ayo kembali ke ruang rias. Semua member berkumpul di sana,” kata Heechul sambi menarik tangan Jessica.<br />Jessica menurut. Tapi dia kembali menoleh pada Sooyoung.<br />“Yah! Sooyoung-i, Kau dengar apa kata Heechul-oppa? Semua member berkumpul di ruang rias! Ayo ke sana sekarang!”<br />“Biarkan saja dia. Ayo!” kata Heechul, cukup keras untuk didengar Sooyoung. Dan Jessica tidak bisa membantah kalau Heechul yang bicara.<br />Sooyoung membatalkan rencananya kembali ke ruang rias dan memilih untuk duduk di backstage bersama member-member Kara dan Big Bang.<br />“Sooyoung-ssi, aku heran kenapa Kau tidak pernah gemuk meskipun makan sebanyak ini,” kata Daesung sambil duduk di sebelahnya.<br />Sooyoung tertawa. “Aku sampai sekarang juga masih heran.”<br />“Sooyoung-ssi!” seseorang muncul dari panggung.<br />“Ah! Leejoon-ssi! Apa kabar?” Sooyoung melambai pada member-member MBLAQ yang baru selesai tampil.<br />“Kau belum menjawab tantanganku,” kata Leejoon sambil mendekatinya. <br />“Tantangan apa?” tanya Sooyoung bingung.<br />“Yang waktu itu. Siapa yang berani mencubit pipi Rain-hyung.”<br />“Wuaaa!!! Kau serius? Kukira Kau cuma bercanda!” jerit Sooyoung, teringat beberapa bulan yang lalu dia dan Leejoon sempat taruhan siapa yang bisa mencubit pipi Bi Rain akan mendapat tiket jalan-jalan ke Pulau Jeju.<br />“Itu adalah obsesinya seumur hidup. Dia pasti sangat serius,” kata Mir tertawa.<br />“Bagaimana? Kau mau?” tanya Leejoon semangat.<br />Sooyoung menelan ludah. Itu bukan ide yang baik.<br />“Jangan mau, Sooyoung-ssi!” teriak Taeyang yang duduk di sebelah Daesung. “Lebih baik Kau mencubit pipi Seungri-ah saja!”<br />“Hyung!” kata Seungri yang bersemu merah.<br />“Leejoon-ssi, menurutku aku tidak bisa...” kata Sooyoung putus asa.<br />“Yah! Berarti Kau kalah! Kau harus menemaniku liburan ke Jeju!”<br />Sooyoung mengangkat alis.<br />“Kan janjinya yang kalah harus membelikan tiket ke Jeju. Kenapa aku malah harus menemanimu ke Jeju?”<br />“Hahaha. Aku mengganti peraturannya. Kan aku yang menang,” kata Leejoon tertawa.<br />Sooyoung mencibir. Seenaknya saja!<br />Dan untunglah, dia diselamatkan dari keharusan menjawab saat member-member 2PM datang.<br />“Sooyoung-ah, sini!” kata Wooyoung sambil menarik tangannya.<br />“Ada apa?” tanya Sooyoung bingung.<br />Wooyoung menyeringai.<br />“Ikut kami saja. Ini kejutan!”<br />Wooyoung dan Taecyon mengajak Sooyoung ke sudut backstage.<br />“Kami dapat tiket makan gratis di Century. Hottest yang membelikan. Tapi Nickhun-hyung tidak bisa ikut. Jadi Kau gantikan dia ya?” bisik Wooyoung cepat.<br />Mata Sooyoung melebar. Century? Itu kan restoran paling mahal di Seoul. Dia baru sekali ke sana saat ditraktir appanya.<br />“Tenang saja. Nanti kami akan mengantarkanmu sampai dorm SNSD lagi,” kata Chansung saat melihat Sooyoung ragu-ragu.<br />Sooyoung agak bingung. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia diajak makan malam bersama oleh member-member 2PM. Tapi akan agak aneh kalau nanti dia tidak ikut membernya yang lain. Meskipun mungkin kata Minho benar, tidak ada Super Junior yang mengajaknya.<br />Dan ini adalah Century.<br />“Oke,” jawab Sooyoung akhirnya.<br />“Yes!” teriak Wooyoung, Taecyon dan Junho.<br />“Nanti selesai konser kami jemput ke ruang tunggumu ya!”<br />Sooyoung mengangguk, lalu kembali ke sofa di tengah backstage.<br />“Soo!” Narsha memekik melihatnya dan memeluknya dengan heboh.<br />“Penampilanmu hot sekali tadi!” katanya, cukup keras untuk didengar seluruh isi ruangan.<br />“Unni!” bisik Sooyoung tidak enak saat member-member Brown Eyes Girls yang lain, member-member MBLAQ dan member-member 4 Minutes meliriknya.<br />Hyuna berlari ke tempat mereka sambil nyengir bersekongkol dengan Narsha.<br />“Iya, Soo! Penampilanmu hot sekali! Hahaha, aku yakin Kau akan bisa membuat member-member male-idol bertekuk lutut padamu.”<br />“Yah!” kata Sooyoung gemas sambil mencubit lengan Hyuna. Mereka berdua selalu membuatnya merasa malu dengan kata-kata ‘hot’ dan ‘sexy’ mereka.<br />“You got it, Sooyoung-ie!” teriak Hyomin saat dia dan member T-Ara yang lain berjalan menuju panggung.<br />“Yah! Hyomin-ah!” Sooyoung merasa wajahnya mulai merah. Ketiga orang inilah yang selalu meledeknya.<br />“Hahaha. Miane,” kata Narsha sambil menepuk punggungnya.<br />“Sudahlah,” kata Sooyoung ikut tertawa. “Aku ke ruanganku dulu ya!” dia mengucapkan kalimat terakhir pada seluruh ruangan.<br />Semuanya melambaikan tangan padanya dan Hyuna memberinya pelukan sebelum dia berjalan ke koridor menuju ruang riasnya.<br />Sooyoung tahu member-member Super Junior tidak terlalu menyukainya. Tapi itu tidak masalah. Member-member SNSD masih menyayanginya. Dan, oh ya, member-member idol-group yang lain sangat ramah padanya. Itu lebih dari cukup untuk menggantikan member-member Super Junior.<br /><br /><br />*****<br />a/n: judulnya kaga nyambung.<br />Dan maaf kalo garing.<br />Komennya ditunggu ya...Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-39831842264804078612010-05-13T23:57:00.000+07:002010-05-14T00:03:28.316+07:00Kwartet Part1(Sooyoung’s POV)<br />“Sooyoung-ah! Bangun!” <br />Aku pura-pura tidak mendengar suara Seohyun.<br />“Sooyoung-ah! Aku tahu Kau sudah bangun! Cepatlah mandi! Yang lain sudah siap dari tadi.”<br />Aku menarik bantal dari bawah kepalaku dan menutupkannya ke kedua telingaku.<br />“Yah! Go Sooyoung! Cepat bangun!” Seohyun berteriak sekarang. Dia menarik bantal yang menutup telingaku, dan mendekatkan mulutnya ke telingaku.<br />Aku tidak mau mengambil risiko menderita tuli di usia mudaku. Jadi aku duduk.<br />“Cepat mandi dan bersiap-siap. Yang lain sudah siap semua,” kata Seohyun sambil melemparkan handuk ke pangkuanku.<br />Aku berjalan ke kamar mandi dengan mata masih terpejam.<br />Setelah mandi secepat kilat─aku bukan tipe yang suka berlama-lama di kamar mandi seperti Seohyun─aku keluar dari kamar mandi dan melihat Seohyun duduk di atas kasurku. Tempat tidurku sudah rapi.<br />Aku tersenyum kepadanya, “Gomawoyoh! Kau membereskan tempat tidurku.”<br />Seohyun mencibir dan menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti memang-begini-setiap-hari dan itu-adalah-kutukan-untukku-sebagai-saudaramu.<br /> “Cepatlah bersiap-siap. Yuri-unni dan Yoona-unni juga sudah datang,” katanya.<br />Aku mengangkat alis. Apa aku tidak salah dengar?<br />“Kau memanggil mereka ‘Unni’?” tanyaku sambil memakai gaunku.<br />Seohyun mengangguk dengan tampang apa-salahnya.<br />“Kau tidak memanggilku ‘Unni’!” tuntutku.<br />Dia tidak menjawab.<br />Aku selesai dengan gaunku. Sekarang aku berusaha mengikat rambutku. Tapi, sejak kecil aku memang tidak berbakat berdandan dan tidak suka berdandan. Karena itu selama ini aku selalu membiarkan rambutku tergerai. Menurutku itu keren, tapi menurut Seohyun itu berantakan. Aku jelas tidak suka harus repot-repot mengikat rambutku dengan rapi. Tapi kemarin Dana-unni berkali-kali mengingatkanku untuk mengikat rambutku agar penampilanku benar-benar kembar dengan Seohyun.<br />Seohyun bangkit dari tempat tidur dan tanpa berkata apa-apa mengambil sisir dari tanganku lalu mulai menata rambutku.<br />Aku memperhatikan pantulan bayanganku di depan cermin saat Seohyun sibuk dengan pita di rambutku. Dengan rambutku (jauh) lebih rapi daripada biasanya dan dengan gaun tanpa lengan ini, aku merasa sangat mirip dengan Seohyun. “Kau tidak memanggilku ‘Unni’,” ulangku.<br />“Iya,” jawabnya sambil lalu.<br />“Yah! Lalu kenapa Kau memanggil mereka ‘Unni’? Aku seusia dengan mereka! Yuri-ah cuma lebih tua setengah jam dari aku! Yoona-yah cuma lebih muda lima menit! Dan Kau cuma lebih muda lima belas menit daripada Yoona-yah!” aku berteriak lagi.<br />“Jangan banyak bergerak!” katanya. Jelas tidak memedulikan protesku.<br />Aku hanya bisa memandangnya marah dari cermin. Dan dia tampak tenang memberikan sentuhan terakhir pada rambutku.<br />“Kau lebih cantik kalau begini,” katanya sambil memandang bayanganku di cermin dengan tatapan puas setelah selesai dengan pekerjaannya.<br />Aku membalikkan badan dan berhadapan dengan wajah saudara kembarku ini.<br />“Jangan panggil mereka ‘Unni’ kalau Kau tidak memanggilku ‘Unni’!” kataku galak.<br />Seohyun menghela nafas pendek dan jelas menganggap aku kekanak-kanakan. Tapi aku tidak peduli. Kalau dia ingin memanggil dua saudara kembar kami yang lain ‘Unni’, berarti dia juga harus memanggilku ‘Unni’.<br />“Kau tidak dewasa. Jadi aku tidak memanggilmu ‘Unni’,” katanya kalem sambil menyerahkan sepatu hak tinggiku ke tanganku. Sebenarnya itu bukan sepatuku. Jelas aku tidak akan pernah sengaja membeli sepatu sejenis itu. Itu adalah sepatu Tiffany, sepupu kami, yang dipinjamkan padaku untuk acara hari ini.<br />Aku memandangnya dengan sebal. “Lalu kenapa Kau memanggil mereka ‘Unni’? Kau baru kenal mereka tiga minggu yang lalu dan belum tahu mereka dewasa atau tidak!”<br />“Mereka terlihat dewasa. Mereka tidak suka berteriak sepertimu. Dan mereka berbicara dengan tenang. Dan mereka memperlakukanku seperti adik mereka,” kata Seohyun tenang. Dia membuka pintu kamar dan keluar. ”Cepat turun. Yang lain sudah menunggu.”<br />Aku menghela nafas putus asa.<br />Bukan keinginanku lahir dengan tiga orang saudara kembar. Aku adalah saudari kedua. Yang paling tua adalah Yuri, lalu aku, lalu Yoona dan terakhir Seohyun. Kami lahir prematur seperti kebanyakan kembar lebih dari dua yang lain. Tapi, berbeda dari kembar banyak lainnya, berbeda dengan orang yang lahir prematur lainnya dan berbeda dari orang Korea kebanyakan, kami berempat memiliki tinggi di atas rata-rata. Tinggi kami seperti Appa. Appa sangat tinggi. Tapi wajah kami sangat mirip dengan Umma.<br />Pernikahan orang tua kami tidak diizinkan keluarga besar masing-masing. Alasannya menurutku sangat konyol: karena orangtua Appa tidak ingin Appa menikah dengan seorang artis seperti Umma dan karena orang tua Umma tidak ingin Umma menikah dengan seorang pengacara seperti Appa. Menurut keluarga Appa artis adalah pekerjaan orang bodoh yang tidak pintar secara akademis. Dan menurut keluarga Umma pengacara adalah profesi yang paling penuh dengan kebohongan dan tipu daya. Sangat konyol kan? Maksudku, kenapa mereka tidak membiarkan saja anak mereka menikah dan hidup bahagia meskipun dengan orang yang tidak pintar secara akademis atau dengan orang yang penuh tipu daya? Yang penting mereka bahagia kan?<br />Appa dan Umma menikah secara diam-diam di Prancis. Di sana kami berempat lahir. Tapi saat kami berumur empat bulan keluarga Appa menemukan kedua orang tua kami. Lalu mereka melakukan sesuatu yang membuat mereka bercerai. Aku tidak terlalu mengerti apa itu. Tentu saja Appa tidak mau menjelek-jelekkan keluarganya sendiri. Tapi, yang aku tangkap dari penjelasan grogi Appa, keluarga Appa menyebarkan kabar bahwa Umma punya hubungan dengan laki-laki lain setelah menikah dengan Appa. Atau sesuatu semacam itu. Aku tidak begitu mengerti dan juga tidak ingin mengerti. Yang jelas, Appa kembali ke Korea Selatan dan tinggal kembali dengan keluarganya, membawaku dan Seohyun dan meninggalkan Umma, Yuri dan Yoona.<br />Sampai umurku 18 tahun tahun ini, aku percaya bahwa ibuku meninggal saat melahirkan aku dan Seohyun. Bahwa Seohyun adalah satu-satunya saudara kembarku. Dan bahwa hidupku sudah sempurna.<br />Sampai tiga minggu yang lalu ketika Appa membawa aku dan Seohyun ke sebuah restoran. Dia memperkenalkan kami pada seorang wanita cantik bernama Park Yoobin. Dan melihat bagaimana Appa memandangnya, aku yakin Appa jatuh cinya paadanya. Aku tidak mau itu terjadi. Meskipun Umma sudah meninggal dan bahkan aku tidak tahu bagaimana wajahnya karena kata nenek Appa membuang semua foto Umma waktu Umma meninggal, aku tidak mau Appa mencintai wanita lain.<br />“Ini adalah anak-anakmu, Sooyoung-ah dan Seohyun-ah,” kata Appa pada wanita itu.<br />Aku meradang pada saat itu. Oke, kalau memang Appa ingin menikah dengan wanita itu aku tahu itu haknya. Tapi kalau mengatakan aku dan Seohyun adalah anak wanita itu aku tidak terima. Waktu itu aku sudah akan berteriak marah pada Appa saat wanita itu meraih aku dan Seohyun ke dalam pelukannya dan berkata, “Umma sangat merindukan Kalian.”<br />Dan setelah dia melepaskan pelukannya yang sangat lama─sekitar tiga menit─ aku baru menyadari bahwa wajahnya sangat mirip denganku dan Seohyun. Sejak kecil aku dan Seohyun sering menerka-nerka bagaimana bentuk wajah Umma. Dan kami sudah sepakat bahwa wajah Umma mirip dengan wajah kami karena tidak seorang pun anggota keluarga Appa yang wajahnya mirip dengan kami.<br />Setelah kami berempat duduk, dan setelah Seohyun menggenggam erat tanganku seperti setiap kali aku akan meledak marah, ayah berkata pada kami,<br />“Park Yoobin adalah ibu kandung Kalian.”<br />Aku bisa melihat Seohyun ternganga. Sangat jarang dia berekspresi seperti itu. Dia adalah salah satu orang paling kalem, tenang dan cerdas yang pernah aku temui. Tapi, ya, malam itu dia ternganga. Dan sepertinya aku juga ternganga karena aku tiba-tiba sadar bahwa mulutku terbuka.<br />“Ap-appa bercanda, kan?” kataku terbata-bata.<br />Ulang tahunku dan Seohyun masih tiga bulan lagi dan saat itu bulan November (jadi bukan April Mop), dan juga bukan ulang tahun Appa, tapi kenapa Appa membuat lelucon tidak lucu begini?<br />“Appa tidak bercanda. Dia memang ibu Kalian. Yang melahirkan Kalian,” kata Appa dengan agak grogi.<br />Dan aku mulai percaya. Appa, salah satu pengacara paling hebat di Korea Selatan, gugup saat berusaha meyakinkan kami, berarti itu memang benar. Fakta bahwa Appa tidak bersikap santai dan tenang seperti biasa meyakinkan aku bahwa Appa sedang tidak bercanda. Appa pasti merasa grogi menjelaskan hal ini.<br />Aku memandang lagi wajah wanita itu dan menemukan bahwa matanya besar, persis mataku dan Seohyun. Bahwa hidungnya kecil. Bahwa rambutnya hitam dan lurus. Sangat mirip dengan aku dan Seohyun.<br />“Ta-tapi... kenapa?” tanya Seohyun tergagap.<br />Pertanyaan bagus. Kenapa Appa baru mempertemukan kami sekarang? Kenapa keluarga Appa─dan Appa sendiri─membohongi kami? Kenapa Umma tidak pernah mengunjungi selama ini? Kemana saja Umma selama ini?<br />Dan setelah itu Appa dan Umma menceritakan semuanya. Dan aku tidak bisa untuk tidak percaya pada mereka, meskipun sangat sulit dipercaya dan, yah, agak menyakitkan. <br />Tapi, ternyata masih ada satu kejutan lagi untukku dan Seohyun.<br />“Besok malam kita akan bertemu dengan Yuri-ah dan Yoona-yah,” kata Umma sambil memandangku dan Seohyun lembut.<br />“Siapa mereka?” tanyaku heran. Aku belum pernah mendengar nama mereka sebelumnya.<br />“Yuri-ah adalah kakak Kalian. Sedangkan Yoona-yah adalah adikmu Sooyoung-ah,” Umma tersenyum lembut padaku, “dan kakakmu, Seohyun-ah.”<br />Aku ternganga lagi.<br />“Bagaimana mungkin? Aku dan Seohyun-ah cuma beda umur dua puluh menit! Bagaimana mungkin ada orang di antara kami!”<br />Umma melirik Appa sambil tersenyum.<br />“Yah, sebenarnya Kalian kembar empat,” katanya lembut.<br />(End Sooyoung’s POV)<br />*******<br />(Yuri’s POV)<br />Aku menggenggam tangan Yoona yang berkeringat. Kami sampai di rumah keluarga Appa lima belas menit yang lalu. Cuma berdua. Kami dijemput oleh supir Appa. Sementara Umma langsung berangkat ke gedung tempat acara resepsi pernikahan Umma dan Appa akan dilaksanakan.<br />Kami duduk di ruang depan seperti orang hilang sementara orang-orang berjalan lalu-lalang keluar masuk untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk acara hari ini.<br />“Akhirnya Umma menikah,” kataku pada Yoona sambil nyengir.<br />Yoona membalas senyumanku dengan senyuman grogi.<br />“Mana Sooyoung-ah dan Seohyun-ah, ya?” tanya Yoona. Dia sudah menanyakan hal itu paling tidak empat kali dari tadi.<br />Aku tadi sudah menelepon Sooyoung, yang tidak diangkat. Lalu aku menelepon Seohyun dan mengatakan bahwa dia akan segera menemui kami. Tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka.<br />Tiba-tiba seorang laki-laki yang berusia sekitar 70 tahun muncul dari dalam. Dia tersenyum melihat kami.<br />“Yang mana Yuri dan yang mana Yoona?” tanyanya.<br />“Aku Yuri dan ini Yoona,” kataku sambil berdiri dan membungkuk. Di sebelahku Yoona buru-buru berdiri juga.<br />Laki-laki itu mendekati kami.<br />“Aku Go Dongwok. Sabong-ah sudah menceritakanku pada Kalian? Atau Yoobin-ah?”<br />“Iya...”<br />Bagaimana aku bisa lupa saat Umma menceritakan seorang laki-laki bernama Go Dongwok yang membuat Umma harus bercerai dengan Appa. Umma sudah menceritakan hal itu sejak aku dan Yoona masih kelas satu sekolah dasar.<br />Bertahun-tahun aku dan Yoona merasa benci pada laki-laki ini meskipun kami tidak pernah bertemu dengannya. Meskipun Umma berkali-kali meyakinkan kami bahwa tidak ada gunanya membencinya. Tapi kami benci pada orang yang membuat kami tidak mengenal ayah kami sendiri. Meskipun dia adalah ayah dari ayah kami sendiri.<br />Tapi, tiga minggu yang lalu Umma berhasil meyakinkan kami bahwa kami harus berhenti membenci kakek kami itu.<br />Waktu itu hari Minggu pagi. Dan kami baru sebulan berada di Seoul setelah pindah dari Paris. Umma memanggilku dan Yoona ke ruang makan saat kami menonton kartun pagi di TV. Aku ingat saat itu Yoona masih mengantuk dan dia hampir tertidur saat Umma baru memulai kata-katanya.<br />Umma berkata, “Nanti malam kita akan bertemu Appa.”<br />Dan Yoona, yang sebelumnya menyandarkan kepalanya di atas meja makan dengan mengantuk, langsung mengangkat kepalanya dengan cepat sekali.<br />Aku memang heran saat Umma tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke Korea sebulan sebelumnya. Bukan berarti aku tidak suka berada di Korea. Aku selalu menyukai Korea karena sejak kecil Umma sudah mengajariku dan Yoona bahasa dan semua kebudayaan Korea meskipun kami belum pernah ke Korea. Tapi keputusan Umma sangat mendadak.<br />“Ini alasan Umma kembali ke Korea?” tanyaku.<br />Tapi sebelum Umma sempat menjawab Yoona sudah berteriak penuh semangat.<br />“Umma sudah bertemu dengan Appa? Di mana? Bagaimana wajahnya? Bagaimana laki-laki Go Dongwok itu?”<br />Umma tersenyum pada Yoona. Umma adalah salah satu orang paling lembut dan penyayang yang pernah aku kenal. <br />“Yuri-ah, Umma kembali ke sini bukan karena Appa. Umma baru bertemu Appa kembali dua hari yang lalu. Dan itu tidak sengaja saat Umma sedang berbelanja di supermarket dan Appa sedang di sana juga. Dan Yoona-yah, Kau lihat saja nanti bagaimana Appa Kalian itu.”<br />Aku merasa agak aneh kami membicarakan Appa seperti itu. Seolah-olah kami hanya berpisah sebulan dengan Appa karena Appa ada tugas keluar kota atau apa. Bukan karena orang tua Appa memisahkan kami dari Appa 18 tahun yang lalu. Yah, memang dari dulu kami sering mengobrol ringan tentang Appa. Dan kami tahu bagaimana bentuk fisik Appa dari foto-foto yang disimpan Umma. Tapi, membicarakan rencana pertemuan dengan Appa setelah 18 tahun terpisah menurutku harus lebih dramatis daripada itu.<br />Aku melihat pada Yoona dan dia terlihat sangat bahagia. Saat kami masih kecil dulu Yoona sering menangis saat diejek oleh teman-temannya karena kami tidak memiliki ayah. Umma tidak mau kencan dengan laki-laki manapun karena dia bilang dia masih mencintai Appa, meskipun menurut aku dan Yoona itu bodoh. Dan sekarang Umma bertemu dengan Appa, dan kami akan bertemu nanti malam, dan Yoona sangat senang. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain ikut bahagia. Apalagi aku melihat wajah Umma dan Yoona sangat cerah dan bahagia.<br />Yoona sedang mengoceh tentang baju apa yang akan dipakainya nanti saat tiba-tiba Umma berkata, “Kalian juga akan bertemu dengan saudara Kalian nanti.”<br />“Saudara? Maksud Umma sepupu?” tanyaku.<br />Umma tersenyum. “Bukan. Saudara kandung Kalian.”<br />Aku dan Yoona bertukar pandang. Setahu kami aku adalah anak sulung dan Yoona adalah anak bungsu. Tidak ada anak Umma dan Appa yang lain. Lagipula, berdasarkan cerita Umma, Umma dan Appa bertemu tiga bulan sebelum mereka menikah di Paris. Dan kami lahir setahun setelah mereka menikah. Kalau diandaikan Umma sudah hamil sebelum menikah, tetap saja waktu 15 bulan tidak cukup untuk melahirkan tiga kali. Kecuali...<br />“Maksud Umma saudara kandung kami itu juga kembar dan juga lahir prematur tujuh bulan seperti kami?” kejarku.<br />Umma mengangguk.<br />Aku mengerang. “Aku tidak pernah tahu bahwa aku punya kakak.”<br />“Bukan kakak. Sooyoung-ah dan Seohyun-ah adalah adikmu.”<br />“Umma jangan bercanda!” kata Yoona. “Bagaimana mungkin kami punya adik? Appa kan kembali ke Seoul waktu kami baru empat bulan. Dan kami akan tahu kalau Umma melahirkan lagi!”<br />Ini aneh. Tapi... Tiba-tiba ada kemungkinan lain yang muncul di kepalaku.<br />“Umma... Jangan bilang Sooyun dan Seohyong itu saudara kembar kami!”<br />Umma terkikik. <br />“Bukan Sooyun dan Seohyong, tapi Sooyoung dan Seohyun. Dan iya, mereka memang saudara kembar Kalian. Sooyoung-ah lebih muda lima belas menit daripada Yuri-ah dan Seohyun-ah lebih muda dua puluh menit daripada Yoona-yah. Dan Sooyoung-ah adalah kembar satu telur dengan Yoona-yah,” Umma menjelaskan dengan tenang seperti sedang menerangkan bagaimana cara naik bis dari rumah kami menuju Seoul University tempat kami akan mulai kuliah bulan depan.<br />Siang itu aku dan Yoona berbaring di kasur Yoona di kamar kami sambil membicarakan kira-kira seperti apa Appa, Sooyoung dan Seohyun itu. Kami masih shock dengan fakta bahwa kami punya dua orang saudara kembar lagi. Kami kembar empat! Kembar empat! Kembar empat bukanlah hal normal yang ada dalam setiap keluarga.<br />Dan malam itu aku menyetir KIA Elisabeth keluarga kami yang dibeli ibu dari teman SMA-nya ke sebuah restoran mahal di dekat Menara 101. Jujur saja, saat itu aku agak merasa minder karena semua mobil di tempat parkir itu paling tidak berharga lima kali lipat daripada mobil kami.<br />Saat kami mengikuti Umma ke lantai dua, tempat kami akan bertemu Appa dan dua saudara kembarku aku dan Yoona sejenak melupakan rasa grogi kami karena terpesona dengan interior restoran. Dan saat itu aku sadar, Sooyoung dan Seohyun akan berbeda dengan kami.<br />Aku dan Yoona tidak pernah benar-benar hidup sejahtera sejak kecil. Memang Umma tidak pernah membiarkan kami kelaparan dan selalu membelikan baju baru setiap tahun baru dan memasak kalkun panggang yang mahal setiap Natal. Tapi hanya begitu. Di Paris kami tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggir kota. Kami banyak makan pasta dan spagethi instan dan Umma juga jarang memasak untuk kami karena harus bekerja sebagai guru di sebuah sekolah mode kecil dan menulis karya fiksi untuk sebuah tabloid lokal. Kami tidak kaya tapi kami bahagia.<br />Tapi aku tahu. Appa adalah salah satu pengacara paling terkenal di negara ini. Mau tidak mau Sooyoung dan Seohyun pasti akan menjadi anak yang selalu sejahtera. Mungkin mereka membeli baju baru beberapa kali sebulan dan memakan kalkun panggang tidak hanya saat Natal, tapi juga saat Paskah, Thanksgiving, Hari Ayah, Hari Bumi Internasional dan Hari Anti Korupsi Seluruh Dunia. Kami kembar, ya. Tapi kami sangat berbeda.<br />Dan aku mulai takut kalau mereka berdua akan bersikap tidak baik pada Yoona. Meskipun sulit membayangkan saudara kembarmu sendiri akan menghinamu, tapi siapa tahu karena selalu hidup sejahtera Sooyoung dan Seohyun tumbuh menjadi gadis yang sombong, manja dan egois?<br />“Yoobin-ah! Yuri-ah! Yoona-yah!” aku mendengar suara berat seorang laki-laki dari meja yang di pinggir, di dekat jendela.<br />Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan memakai kaos bergambar Simpson Family berdiri dan melambai pada kami. Appa! Aku ingat, itu adalah wajah yang sejak bertahun-tahun yang lalu sering masuk ke dalam mimpiku meskipun aku tidak pernah menceritakannya pada siapapun, bahkan Yoona sekalipun, dengan wajah sedikit lebih tua tentunya. Di sebelahnya ada dua orang gadis yang juga berdiri. Mereka berdua, pasti Sooyoung dan Seohyun, agak tetutup tubuh Appa yang melambai dengan penuh semangat. Mau tidak mau aku tersenyum melihatnya.<br />Kami sampai di meja itu dan Appa langsung memelukku dan Yoona. Umma mencium Sooyoung dan Seohyun. Dan akhirnya Appa mencium Umma. Di bibir! Aku bisa melihat wajah Yoona memerah saat melihatnya.<br />Dan setelah itu, kami diperkenalkan. Aku dan Yoona dengan Appa, Sooyoung dan Seohyun.<br />Pertama kali melihat Appa dengan kaus Simpson Family-nya aku tidak bisa berpikir selain betapa lucunya Appa. Dia bukan tipe seperti yang aku pikirkan selama ini. Yah, Umma memang sering bercerita bahwa Appa adalah orang yang humoris dan baik. Tapi, hampir semua pengacara yang kuketahui─rata-rata adalah pengacara para artis di Prancis dan Hollywood─adalah orang yang selalu serius dengan kening berkerut. Tapi aku senang mengatakan bahwa kening Appa tidak berkerut, bahwa dia sangat periang seperti Umma (aku pikir sekarang aku tahu kenapa mereka berdua saling jatuh cinta), dan bahwa sebentar saja mengenalnya aku langsung merasa dekat dengannya. Aku langsung merasakan feel memiliki seorang ayah yang baik dan penyayang.<br />Dan Sooyoung dan Seohyun. Yah, aku harus mengakui bahwa perkiraanku salah. Mereka sama sekali bukan gadis manja dan egois. <br />Pertama, aku tertukar antara Sooyoung dan Seohyun. Aku melihat wajah mereka berdua memang sangat mirip, kalau tidak bisa dikatakan persis, dengan wajahku dan Yoona (dan itu menolong sekali untuk menghilangkan kecanggungan-awal-perkenalan kami). Salah satu dari mereka memakai tube dress selutut berwarna biru muda. Rambutnya diikat rapi ke belakang. Dan yang satu lagi memakai kaus polo dan celana jeans gombrong sebetis. Rambutnya digerai dan berantakan.<br />Dan karena aku tahu Sooyoung kembar satu telur dengan Yoona, dan karena Yoona adalah tipe yang suka memakai dress, aku langsung berkata, “Sooyoung-ah...” saat memeluk yang memakai mini dress.<br />Yang memakai kaus polo langsung tertawa, “Hahaha, tujuh bulan bersama di perut Umma tidak membuat Kau bisa membedakan kami, ya? Aku Sooyoung dan dia Seohyun.”<br />Aku agak terkejut karena setahuku kembar satu telur sangat mirip dan tidak jarang mereka tidak mau berpisah rumah bahkan setelah masing-masing menikah. Tapi, terpisah 18 tahun bisa membuat kembar satu telurpun berbeda sekali.<br />Sooyoung adalah gadis yang sangat ceria. Sepanjang makan malam kami dia sering mendominasi pembicaraan. Dia juga sering mengeluarkan lelucon-lelucon lucu. Dan dia agak cablak untuk ukuran seorang gadis seperti kami. Aku tahu dari cara berbicaranya dan cara dia mengomentari gaya pelayan restoran yang mengantarkan makanan kami. Dan dia juga agak cuek jika dilihat dari pakaiannya yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah putri dari salah satu pengacara paling sukses di Korea Selatan.<br />Sebaliknya, Seohyun agak pendiam. Dia makan dengan tenang dan banyak tersenyum mendengar pembicaraan kami.<br />-bersambung-Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-78222195778322249752010-05-13T22:35:00.001+07:002010-05-13T22:49:50.292+07:00One Shot SooHyun (Sooyoung-Jonghyun)<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun baru keluar dari toilet di MBC saat melihat dua sosok yang sangat dikenalnya berjalan beriringan. Dia memperhatikan mereka dan melihat mereka berhenti di belakang sebuah pot besar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun mengendap-endap dan melihat Kyuhyun berdiri bersandar ke dinding. Di depannya berdiri seorang gadis tinggi. Sooyoung! Mata Jonghyun melebar melihat mereka berdua berdiri berhadap-hadapan dengan jarak sangat dekat.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Oppa pasti bisa!” dia bisa mendengar Sooyoung berkata lembut.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Aku tidak tahu, Sooyoungie. Kau tahu, aku maknae dan selalu menjadi bulan-bulanan member yang lain. Dan yang akan aku gantikan adalah Hankyung-hyung,” dia mendengar Kyuhyun berkata pelan. Suaranya terdengar putus asa.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Tapi aku percaya Oppa pasti bisa. Cho Kyuhyun pasti bisa</span></span><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> menjadi leader Suju-M</span></span><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">. Oppa kan salah satu member Super Junior yang terbaik...” Sooyoung berkata lagi, masih dengan suara lembut yang belum pernah Jonghyun dengar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Mmm, yah, aku pikir aku akan berusaha...”<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun melihat Sooyoung memegang pipi Kyuhyun dengan kedua tangannya. Dadanya berdebar. Ini bukan tindakan yang biasa dilakukan Sooyoung pada member male-idol manapun.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Mmm... Sooyoung</span></span><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">ie</span></span><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">, bisakah Kau memelukku? Aku ingin mendapat kekuatan darimu...” Jonghyun bisa melihat Kyuhyun agak grogi saat mengatakannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Tapi Sooyoung langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Kyuhyun dan menyandarkan badannya ke badan Kyuhyun. Jonghyun menelan ludah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Sooyoung melepaskan pelukannya, “Merasa lebih baik?”<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Jauh lebih baik,” Kyuhyun menjawab sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Tiba-tiba, tanpa peringatan apapun, Sooyoung mengecup bibir Kyuhyun. Jonghyun membelalak. Apa ini?<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Dia bisa melihat awalnya Kyuhyun terkejut. Tapi setelah itu Kyuhyun melingkarkan tangannya di pinggang kecil Sooyoung dengan erat, mendorong Sooyoung agar lebih rapat ke tubuhnya, dan membalas ciumannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Setelah rasanya berjam-jam bagi Jonghyun, Sooyoung dan Kyuhyun memisahkan diri. Jonghyun bisa melihat senyuman di wajah Kyuhyun. Dan dia tahu dia tidak suka dengan senyuman itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Kita ke depan sekarang?” kata Sooyoung manis. Terlalu manis. Dan Jonghyun belum pernah mendengar Sooyoung berkata seperti itu padanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun buru-buru </span></span><span style="line-height:115%;Comic Sans MS";mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">bersembunyi di balik pot besar</span></span><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> di sebelahnya. Dia mendengar langkah mereka melewatinya dan dia mengintip lagi. Dia melihat Kyuhyun dan Sooyoung berjalan ke depan. Tangan kanan Kyuhyun melingkar di pinggang Sooyoung.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun merasa matanya panas. Dia teringat lagi apa yang terjadi dua minggu yang lalu, ketika Sooyoung menyatakan perasaan sukanya pada Jonghyun.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Noona, Kau harus cari laki-laki yang lebih tua darimu! Aku TIDAK SUKA perempuan electra-complex!” Jonghyun berteriak pada Sooyoung.<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Sooyoung memandangnya dengan mata berkaca-kaca.<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Apa kata orang-orang kalau aku pacaran denganMU? Apa kata orang-orang kalau aku pacaran dengan gadis yang lebih tua dariku?”<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Tapi... Jonghyun-ah, aku hanya lebih tua dua bulan...”<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Tetap saja lebih tua, BODOH!” Jonghyun memotong ucapan Sooyoung dengan kasar. “Dan yang paling penting, aku tidak dan tidak akan pernah menyukaimu. Jadi lupakan saja bahwa Kau menyukaiku.”<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Sooyoung menghapus air matanya.<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><i><span lang="IN" style=" line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">“Oke. Maafkan aku.”<o:p></o:p></span></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Setelah itu Sooyoung pergi dan mereka belum pernah bertemu lagi sampai hari ini.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Yang membuat Jonghyun sangat merana adalah fakta bahwa dia tidak bisa melupakan Sooyoung sejak malam pada hari dia menolaknya itu. Dia terus memikirkan Sooyoung dan membeku setiap kali Key atau Taemin menyebut-nyebut ‘Sooyoung-noona’. Dan hari ini dia berniat akan meminta maaf dan mengatakan bahwa dia juga suka pada Sooyoung, bahwa tidak masalah bahwa Sooyoung lebih tua dari padanya. Toh hanya dua bulan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Tapi, ternyata... Dia sama sekali tidak menyangka Sooyoung akan secepat ini menemukan laki-laki lain. Menemukan orang yang bisa dipanggil “Oppa” dan memanggilnya “Sooyoung</span></span><span style="line-height:115%;Comic Sans MS";mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">ie</span></span><span lang="IN" style="line-height:115%;Comic Sans MS"font-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">” dan bukannya “Sooyoung-noona.”</span></span><span style="line-height: 115%;Comic Sans MS";mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jonghyun merasa dadanya sakit. Dia jelas telah kalah. Dan salah. Dia salah karena selama ini tidak mengakui perasaannya pada Sooyoung.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><o:p><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> </span></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">-TAMAT-</span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span style="line-height:115%;Comic Sans MS"; mso-ansi-language:EN-USfont-family:";font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-51480516166461685952010-05-13T13:34:00.001+07:002010-05-13T22:04:39.811+07:00The Royal Family Part 2<div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri termangu di depan nisan kedua orang tuanya. Sudah lebih tiga jam dia duduk diam di sini. Hanya diam, meskipun di otaknya berpusar banyak sekali pertanyaan.</span></span></span></span></div><span><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Kemarin adalah hari ulang tahunnya yang ke-18. Seharusnya itu menjadi hari yang sangat menyenangkan. Hari itu akan menjadi hari peresmiannya sebagai Putri Mahkota Kerajaan. Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat bersama ibunya tiga belas tahun lalu, saat dia berumur lima tahun. Karena itu, setelah kakeknya yang menjadi raja sekarang mangkat, dialah yang akan langsung naik tahta.</span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tapi semuanya berubah saat sebuah surat peninggalan ayahnya, yang memang diminta untuk dibacakan pada ulang tahun Yuri yang ke-18, dibacakan tadi malam. Selama ini surat itu tersimpan di dalam lemari di ruang kerja Raja Lee Minyoung, kakeknya. Dan selama ini Yuri mengira isinya cuma ucapan selamat bahwa dia diangkat menjadi Putri Mahkota. Atau berisi petuah-petuah dan nasihat-nasihat agar bisa menjadi ratu yang baik. Tapi ternyata dugaannya salah. Salah besar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sepupu tertuanya, Leeteuk terdiam lama saat mencapai bagian tengah surat itu. Orang-orang memintanya segera melanjutkan bacaan suratnya. Dan setelah memandang mata Yuri lama, Leeteuk melanjutkan dengan suara bergetar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“.... Yuri-ah, sebenarnya Kau memiliki seorang saudara. Saudara tiri. Dia tinggal di Incheon. Ayah menikah dengan ibunya dua tahun sebelum Kau lahir. Ayah merasa sangat bersalah pada Kalian semua karena telah menyembunyikannya selama ini. Padamu. Pada ibumu. Pada seluruh keluarga besar kita. Dan pada seluruh Korea.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tapi ayah ingin Taeyeon-ah, saudaramu itu, tinggal si istana bersamamu. Kalian akan menjadi sepasang saudara yang hebat. Dia hanya lebih tua sembilan bulan daripadamu. Karena itu, ayah minta, tolong jemput dia ke Incheon. Dia tinggal di desa Parknam. Ibunya bernama Park Heejing. Dan tolong sampaikan permintaan maaf ayah karena tidak pernah menjenguknya setelah dia lahir.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Ayah sangat berharap Kalian berdua bisa hidup rukun dan bahagia. Kalian adalah masa depan Korea. Lakukan yang terbaik untuk kerajaan ini.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Ayah selalu mencintaimu, dan Taeyeon-ah (tolong sampaikan padanya).”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Seluruh tamu undangan malam itu terdiam mendengar isi surat itu. Awal surat itu biasa saja. Seperti surat wasiat lain yang dibuat jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada pembuatnya. Berisi kenangan ayah Yuri saat Yuri masih bayi. Tapi lanjutannya, sungguh, tidak seorang pun mengira akan begitu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tapi tentu saja tidak ada yang seterkejut Yuri. Lebih dari fakta bahwa sekarang dia bukanlah satu-satunya Putri Mahkota, dia sangat terkejut saat tahu ayahnya punya istri dan anak lain. Dia merasa dikhianati. Kenapa? Sepertinya hubungan ayah dan ibunya baik-baik saja. Tapi, apa dia memang tidak menyadarinya? Mungkin karena Yuri saat itu masih terlalu kecil untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan hubungan ayah dan ibunya sehingga ayahnya menikah dengan wanita lain.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri ingin marah pada ayahnya. Tapi dia tidak bisa. Isi surat itu menunjukkan bahwa ayahnya merasa sangat bersalah. Bukan hanya pada Yuri dan ibunya. Tapi juga pada Taeyeon dan ibunya. Dan ayahnya mengatakan bahwa dia tidak pernah mengunjungi Taeyeon sejak dia lahir? Paling tidak Yuri menghabiskan saat-saat indah bersama ayahnya sejak lahir hingga ayahnya meninggal. Tapi Taeyeon itu? Mungkin dia tidak tahu bahwa dia adalah anak seorang Putra Mahkota kerajaan. Kalau dia tahu, pasti sudah dari dulu dia datang ke istana.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Pesta ulang tahunnya tadi malam langsung dihentikan. Para undangan dengan sopan dipersilakan pulang. Raja dengan ketiga anaknya yang lain langsung mengadakan rapat. Dan Yuri langsung kembali ke kamarnya dalam keadaan terguncang, didampingi dua sepupunya, Sooyoung dan Victoria.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri tidak menangis. Dia merasa tidak perlu menangisi hal ini. Malah Victoria yang terisak-isak di kasurnya. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri tersadar dari lamunannya saat mendengar langkah kaki di belakangnya. Dia menoleh. Leeteuk dan Hankyung berjalan ke arahnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Yuri-ah, ayo pulang. Kau belum makan dari pagi, kan?” kata Hankyung sambil memeluk lengannya. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri menurut saja saat Hankyung menggandengnya ke mobil. Mereka kembali ke Istana Induk.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon duduk di kursi pesawat dengan wajah pias. Dia baru pertama kali naik pesawat. Tapi, setahunya di pesawat tidak ada ruang santai. Tapi jelas sekali ruang santai tempatnya duduk sekarang berada dalam pesawat. Tadi dia yakin naik tangga pesawat. Dan dia juga mendengar deru pesawat. Dan dari jendela kecil di sebelahnya dia juga bisa melihat awan.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Yang Mulia, ada yang Anda butuhkan?” seorang pelayan wanita yang cantik muncul. Ini sudah yang ketiga kalinya dia menanyakan hal itu sejak Taeyeon naik ke pesawat sekitar setengah jam yang lalu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Tidak, terima kasih.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yang Taeyeon butuhkan sekarang adalah penjelasan sejelas-jelasnya yang bisa menghilangkan semua kebingungannya. Tadi, setelah dua laki-laki berjas hitam itu berhasil meyakinkannya bahwa dia memang benar-benar seorang cucu raja, Taeyeon cuma sempat mengumpulkan beberapa barang-barang pentingnya─ foto ibunya, jaket yang dibelinya dari uang hasil tabungannya bertahun-tahun, ransel yang biasa dipakainya ke sekolah, dan jam tangan peninggalan ibunya. Setelah itu dia langsung dibawa dengan mobil ke bandara.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Saat dia pergi, Bibi Nayoung, Paman Dongyup dan Hyuna memandangnya dari depan pintu rumah mereka dengan tatapan nelangsa. Taeyeon tahu, mereka sedih karena harus kehilangan orang yang bisa disuruh-suruh melakukan semua pekerjaan rumah. Dan Hyuna juga mungkin sangat iri padanya karena akhirnya dia bisa ke Seoul, bahkan ke istana raja.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sekarang Taeyeon duduk di sebuah sofa berlengan besar yang empuk dengan sandaran kaki di ujungnya. Di depannya ada TV yang menayangkan sebuah film barat. Lantai di bawahnya dilapisi karpet tebal. Di sebelah kirinya ada sebuah meja rendah. Di atas meja itu ada tiga toples berisi kue yang terlihat sangat lezat dan segelas jus yang sepertinya jus jeruk. Tapi Taeyeon sedang tidak ingin makan ataupun minum. Perutnya terasa mual dan kepalanya agak pusing.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Dia menoleh ke sekelilingnya. Di belakang dan depannya ada semacam pintu. Hanya dia sendiri yang berada di ruangan ini. Pria-pria berjas hitam tadi sudah tidak ada lagi. Cuma pelayan wanita cantik tadi yang beberapa kali masuk dari belakang untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Tapi sekarang dia juga tidak terlihat.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Setelah turun dari pesawat tadi, Taeyeon segera masuk mobil sedan hitam lagi. Dan sekitar dua puluh menit kemudian mobil itu berbelok masuk ke pekarangan yang sangat luas dan indah. Istana! Taeyeon membuka jendela mobil agar bisa memandang istana yang sangat indah itu dengan lebih jelas.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Mereka melalui berlapis-lapis pengawal dan petugas keamanan hingga akhirnya sampai di depan teras besar. Mobil itu berhenti di sana. Laki-laki yang tadi menjemput Taeyeon di rumah Bibi Nayoung turun dari tempat duduk di sebelah supir dan membukakan pintu belakang.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Silakan, Yang Mulia,” katanya sambil membungkuk.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon ragu-ragu turun dari mobil. Tiba-tiba pintu besar di ujung teras itu terbuka. Seorang laki-laki separuh baya keluar diikuti dua orang wanita berpakaian seperti pelayan perempuan cantik di pesawat tadi. Siapa dia? Apakah itu raja? Taeyeon belum pernah melihat raja karena setiap dia akan menonton TV, Bibi Nayoung pasti menyuruhnya melakukan sesuatu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Laki-laki itu menyongsong Taeyeon sambil tersenyum.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Selamat datang di istana, Yang Mulia,” katanya membungkuk, diikuti kedua pelayan di belakangnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Saya adalah Jung Hangeul, Kepala Pelayan Istana. Saya akan mengantarkan Anda ke dalam,” katanya penuh hormat. “Silakan Yang Mulia.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon berjalan mengikuti laki-laki itu. Kedua pelayan perempuan itu mengikuti di belakangnya. Kaki Taeyeon terasa bukan seperti kaki. Dia merasa ingin sekaligus tidak ingin masuk ke dalam istana.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Saat sampai di dalam, Taeyeon tidak menemukan mahligai Raja seperti yang pernah dilihatnya dalam buku pelajarannya. Pintu itu menuju sebuah ruangan sangat besar dengan dua tangga melingkar di sisi yang berhadapan dengan pintu. Di dindingnya ada banyak lukisan. Sebagian lukisan berciri Korea dan sebagian lagi Eropa. Ada foto besar seorang laki-laki dan perempuan yang sudah agak tua di antara kedua tangga melingkar. Raja Lee Minyoung dan Ratu Kim Soojung, Taeyeon membaca tulisan di bawahnya. Sambil terus berjalan, Taeyeon memandang wajah raja, kakeknya, baik-baik. Sepertinya beliau adalah orang yang keras dan galak.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Pelayan itu berbelok ke kiri, ke sebuah koridor terang. Di kanan kiri itu ada lebih banyak foto. Ada foto raja, ratu dan sepertinya anak-anak, menantu-menantu dan cucu-cucu mereka. Ada foto dua gadis kecil yang mungkin berusia lima tahun memakai gaun kembar. Wajah keduanya sangat mirip. Ada foto raja yang terlihat lebih muda beberapa tahun dengan seorang anak laki-laki di depan Gedung Putih.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Silakan masuk Yang Mulia!” pelayan bernama Jung Hangeul itu mempersilakan Taeyeon masuk ke sebuah ruangan. Seorang pengawal menahan salah satu dari pintu ganda berat menuju ruangan itu. Tiba-tiba kaki Taeyeon terasa berat. Apa yang menunggunya di balik pintu itu?</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Dia melangkahkan kakinya dan akhirnya dia melihat bagian dalam ruangan itu. Ruangan itu luas dan sangat terang karena salah satu sisinya merupakan kaca besar yang menunjukkan sebuah taman dengan air mancur indah.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Seorang wanita duduk di sofa. Di belakangnya berdiri dua orang pelayan wanita.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Permisi,” kata Taeyeon. Dia mendengar suaranya tidak seperti biasanya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Wanita itu tersenyum dan berdiri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Taeyeon-ah! Selamat datang!”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon cuma mengangguk. Dia sama sekali tidak tahu siapa wanita ini.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Aku Lee Hyori, adik bungsu ayahmu,” katanya. “Senang bertemu denganmu.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Senyum wanita itu ramah. Tapi dia bersikap sangat formal sehingga Taeyeon merasa berada pada tempat yang salah. Dengan gugup dia duduk di sofa yang berhadapan dengan wanita itu. Mereka dipisahkan sebuah meja kaca bulat.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Bagaimana perjalananmu?” tanya wanita itu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Eh, baik,” Taeyeon merasa jawabannya terdengar bodoh. Tiba-tiba dia ingin bersikap seperti seorang putri raja meskipun masih sangat sulit untuk percaya bahwa dia adalah seorang putri raja.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Yang Mulia, Putri Taeyeon sudah datang,” Yuri mendengar Kyuhyun, pelayan pribadinya, berkata dari belakangnya. Yuri sedang duduk di depan pintu ruang tengah Istana Apsajang yang membuka ke taman.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri menoleh. Aneh sekali mendengar orang lain dipanggi “Putri”. Selama ini dia hanya mendengar “Putri Yuri”, “Putri Sooyoung”, “Putri Victoria” dan “Putri Amber”.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Di mana dia?” tanya Yuri. Dia menyadari suaranya agak aneh.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Putri Taeyeon baru masuk dari pintu depan. Yang Mulia Lee Hyori-sshi meminta Anda ke Istana Induk sekarang.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri bangkit dan merapikan rambutnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Sooyoung-ah mana? Dia ikut menemuinya?”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Putri Sooyoung sedang berada di rumah keluarga Choi. Beliau akan kembali ke istana dua hari lagi,” kata Kyuhyun sambil membungkuk.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri mendecak sebal. Kenapa Sooyoung harus pergi saat dia membutuhkannya?</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Diikuti Kyuhyun, Yuri berjalan keluar dari Istana Apsajang tempat dia tinggal. Jarak dari Istana Apsajang ke Istana Induk sebenarnya dekat. Tapi ada taman besar dengan jalan berbelit-belit yang membatasi keduanya sehingga para keluarga kerajaan yang ingin pergi dari Istana Apsajang ke Istana Induk atau sebaliknya biasanya menggunakan lift bawah tanah yang menghabiskan waktu lima kali lipat kalau melewati taman. Sejauh ini, setahu Yuri, baru Sooyoung saja anggota keluarga kerajaan yang pernah menyeberangi taman itu saat pergi ke Istana Induk dari Istana Apsajang.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Pintu lift membuka dan Yuri keluar di sebuah koridor di sisi barat Istana Induk. Dia langsung melangkah ke ruang tamu kerajaan di sebelah kanan koridor.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Maaf Yang Mulia, Putri Taeyeon akan diterima di ruang keluarga kerajaan,” kata Kyuhyun.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri langsung berbalik ke bagian belakang istana. Ruang keluarga? Ah ya, dia baru ingat. Taeyeon kan anggota keluarga.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tiba-tiba Yuri memikirkan bagaimana Taeyeon itu. Apakah dia cantik? Apakah dia tinggi? Yuri dan semua sepupunya tinggi kecuali Leeteuk. Apakah dia suka pelajaran matematika? Dari dulu Yuri tidak pernah suka pelajaran berhitung. Dan dia hampir selalu mencontek jawaban Sooyoung setiap ujian. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Isi surat ayahnya mengatakan bahwa Taeyeon lebih tua sembilan bulan daripada Yuri. Berarti dia lebih muda tepat setahun daripada Victoria dan lebih tua tepat setahun daripada Sooyoung. Yuri jadi sibuk mengira-ngira bagaimana Taeyeon itu. Dia takut kalau Taeyeon tiba-tiba menuntutnya atas semua haknya yang hilang selama ini. Ah, kenapa tiba-tiba kehidupannya menjadi seperti cerita drama yang sering ditonton Victoria itu?</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Di depan pintu ruang keluarga berdiri Hangeul-ahjussi. Dia membungkuk saat Yuri masuk ke dalam. Yuri menangkap ekspresi prihatin dan simpati pada wajahnya. Apakah semua orang begitu? Apakah semua orang berpikir Yuri terpukul dengan kenyataan ini? Oke, dia memang sedih dan agak terpukul. Tapi dia tidak lemah.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri masuk dan melihat Bibi Hyorinya sedang mengobrol dengan seorang gadis. Gadis itu duduk membelakangi pintu masuk sehingga Yuri tidak bisa melihat wajahnya. Tapi dia bisa melihat bahwa tubuh gadis itu kecil. Sangat kecil malah kalau dibandingkan dengan tubuhnya, Sooyoung, Victoria dan Amber yang tinggi.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Ah, Yuri-ah! Ayo ke sini. Taeyeon-ah sudah datang!” kata Bibi Hyori tersenyum.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri berjalan ke sofa tempat Bibi Hyori duduk. Dan gadis itu, Taeyeon, menoleh padanya. Untuk pertama kalinya Yuri memandang wajah saudara seayahnya. Taeyeon tersenyum gugup padanya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Selamat siang! Aku Yuri,” kata Yuri membungkuk. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon terlihat agak terkejut dan Yuri benci sikap kaku dirinya pada orang yang baru pertama kali ditemuinya. Taeyeon berdiri dan ikut membungkuk.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Aku Taeyeon.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri mengangkat wajahnya dan melihat Bibi Hyori memandang mereka berdua sambil tersenyum geli.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Kalian bersikap seolah-olah Kalian bukan saudara saja,” katanya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri dan Taeyeon sama-sama tidak menjawab. Yuri masih menyesali sifatnya yang sangat kaku pada orang asing atau orang yang bari ditemuinya. Dia selalu mengandalkan Sooyoung pada setiap pertemuan dengan orang asing. Sooyoung bisa akrab bahkan dengan orang yang baru dikenalnya semenit. Tapi kali ini Sooyoung sedang berada di rumah kakeknya dari pihak ayahnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Baiklah, Kalian berdua, aku harus pergi. Kalian mengobrol-ngobrol dulu saja ya! Yuri-ah, Kau juga antarkan Taeyeon-ah ke kamarnya,” kata Bibi Hyori sambil berdiri dari sofanya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Bibi mau kemana?” tanya Yuri panik. Dia jelas akan kehilangan bahan pembicaraan kalau ditinggalkan berdua saja dengan Taeyeon.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Kemarin Tiffany datang dari Los Angeles. Dan malam ini keluarga Choi akan merayakan kelulusan Hankyung-ah dan Siwon-ah,” kata Bibi Hyori sambil tersenyum.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Aku juga ingin merayakan kelulusan Hankyung-oppa,” kata Yuri protes. Dua minggu yang lalu dia dan Victoria sudah membelikan sebuah jaket kulit keren sebagai hadiah kelulusan Hankyung.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Sepupu di sini bisa merayakannya besok-besok. Malam ini hanya untuk keluarga Choi,” kata Bibi Hyori sambil tersenyum.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Dia tersenyum saat melewati Yuri dan Taeyeon yang masih berdiri berhadapan, lalu menghilang di balik pintu diikuti kedua pelayannya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri tiba-tiba merasa semakin kaku. Kalian mengobrol-ngobrol dulu saja, kata Bibi Hyori. Mengobrol apa? Yuri sama sekali tidak punya bahan pembicaraan. Dan kalaupun ada, dia merasa sangat tidak nyaman berada bersama orang yang tiba-tiba muncul ke dalam kehidupannya sebagai saudara tirinya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon juga terlihat agak gugup. Dia terus menunduk. Yuri menggunakan kesempatan ini untuk memandangnya lakat-lekat. Taeyeon termasuk rendah untuk ukuran gadis seusianya. Rambutnya panjang seperti Yuri, tapi lurus seperti Sooyoung. Kulitnya lebih putih seperti Victoria. Dan matanya lebih sipit seperti Amber.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tidak seperti yang Yuri takutkan, Taeyeon sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan. Dia tampak agak malu-malu dan sangat canggung. Yuri tahu, terbiasa hidup di desa kecil sejak lahir, dan tiba-tiba sekarang berada di tempat paling prestisius di Korea, pasti membuatnya bingung.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Mmm, kita langsung ke kamarmu saja, ya,” akhirnya Yuri berkata.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Mmm, kita langsung ke kamarmu saja, ya,” kata Yuri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Suaranya terdengar agak canggung. Taeyeon agak heran seorang putri mahkota, yang sudah tinggal di istana dari lahir, penuh dengan kemewahan dan kekuasaan, bisa canggung saat bertemu dengan orang desa sepertinya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri keluar. Taeyeon mengikutinya sambil menggendong ranselnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Bisa saya bantu, Yang Mulia?” kata seorang laki-laki yang dari tadi berdiri di belakang Yuri, mengulurkan tangannya untuk membawakan tas Taeyeon.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Mmm,” Taeyeon bingung.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Berikan saja padanya,” kata Yuri sambil lalu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon menyerahkan ranselnya pada laki-laki itu dan berjalan mengikuti Yuri. Mereka keluar dari koridor terang tadi dan muncul di sebuah ruangan kecil. Ada pintu metal ganda yang dijaga seorang pengawal, yang langsung membungkuk hormat saat melihat mereka, di ujungnya. Pengawal itu menekan sebuah tombol di sebelah pintu itu dan pintu itu terbuka. Yuri masuk dan Taeyeon dan laki-laki tadi mengikutinya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Pintu itu kembali menutup dan Taeyeon sangat terkejut ketika tiba-tiba lantai yang diinjaknya turun. Dia langsung memegang tangan Yuri, yang juga terkejut dengan reaksi Taeyeon.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Kau kenapa?”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Mata Taeyeon melotot dan dia baru sadar bahwa ruangan kecil ini adalah apa yang disebut lift. Hyuna pernah bercerita bahwa dia pernah menaikinya di salah satu mall di kota.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Tidak apa-apa,” kata Taeyeon dan dia tahu bahwa mukanya memerah.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Lift itu turun sekitar lima belas detik, lalu berjalan mendatar. Taeyeon baru tahu bahwa ada lift yang berjalan mendatar. Setelah beberapa puluh detik lagi, lift itu mulai naik. Lalu pintu lift terbuka dan mereka keluar di sebuah ruangan yang lebih terlihat seperti rumah daripada yang tadi. Di ruangan itu ada beberapa sofa berlengan yang empuk, TV flat 39” dan sebuah lemari besar berisi benda-benda pajangan yang sepertinya terbuat dari kristal.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri berbelok ke kiri dan mereka masuk ke ruangan yang lebih kecil. Di ruangan itu ada seorang cowok yang sedang membaca buku di sebuah meja tegak. Dan di tiga sisi dindingnya ada lemari tinggi yang mencapai langit-langit, penuh berisi buku.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Cowok itu menoleh saat mereka lewat. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Amber-ah,” sapa Yuri datar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Cowok itu mengangguk tanpa ekspresi.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Selamat siang Putri Amber!” kata laki-laki yang dari tadi mengikuti Yuri dan Taeyeon.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sebelum dia sadar, Taeyeon sudah menoleh kembali ke belakang, ke arah cowok itu. Putri? Taeyeon melihat wajah cowok itu, dan dandanannya. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia perempuan. Dan namanya juga aneh. Amber? Dia belum pernah mendengar nama orang seperti itu.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tapi Taeyeon segera sadar bahwa dia telah bersikap tidak sopan, jadi dia kembali menghadap ke depan dan ikut belok ke kanan mengikuti Yuri. Mereka kembali sampai di koridor lain. Koridor ini panjang dan sejauh yang Taeyeon lihat, ada banyak beberapa pintu di kiri kanannya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri berhenti di depan sebuah pintu dan laki-laki yang dari tadi mengikuti mereka maju dan membukakannya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri masuk. Dengan ragu-ragu Taeyeon juga masuk.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Ini kamarmu,” kata Yuri datar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya melihat kamar barunya. Ini sangat luar biasa! Kamar ini bahkan lebih besar daripada rumah Bibi Nayoung. Dan tempat tidurnya bukanlah kasur lipat tipis seperti yang Taeyeon tiduri selama ini. Kasurnya tebal, empuk dan terletak di atas sebuah dipan kayu besar yang diukir sangat indah. Alas kasurnya berwarna krem lembut dengan renda-renda halus di ujung-ujungnya. Ada empat bantal dan dua guling, semuanya memakai sarung yang sama seperti alas kasur. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Di sebelah kanan tempat tidur ada sebuah meja rendah. Di atasnya ada lampu tidur dengan tutup berwarna krem, sewarna dengan alas kasur. Ada lemari besar yang menempel ke dinding. Lemari ini sangat panjang hingga menutupi seluruh sisi dinding bagian kiri. Dan juga ada sebuah kulkas kecil. Bahkan juga ada satu set sofa empuk berwarna merah marun. Juga ada TV flat 30’, DVD Player dan satu set lengkap peralatan karaoke.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“I-ini kamarku? Kamarku se-sendiri?” tanya Taeyeon terbata-bata.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri mengangguk. Tampak agak heran dengan reaksi Taeyeon.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Terima kasih.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">******</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sooyoung sedang merayakan kelulusan kakak dan sepupunya di rumah kakeknya dari pihak ayahnya. Keluarga ibunya adalah keluarga kerajaan. Sedangkan ayahnya berasal dari salah satu keluarga bangsawan kaya. Sebenarnya taraf hidup keluarga ayah dan ibunya hampir sama, tapi Sooyoung merasakan perbedaan yang besar saat bersama-sama dengan sepupunya dari pihak ayah dan sepupunya dari pihak ibu. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sepupu-sepupunya dari pihak ibu adalah orang-orang yang mempunyai selera sangat tinggi dan gaya hidup sangat jetset. Mereka bisa keluar negeri beberapa kali sebulan, kadang hanya untuk membeli sebuah tas yang mereka lihat di internet. Masing-masing sepupunya itu sejak kecil sudah memiliki pelayan pribadi. Mereka terbiasa dipanggil “Putri”, “Pangeran” atau “Yang Mulia”, selalu dituruti keinginan mereka, dihormati bahkan cenderung dipuja dan agak ditakuti. Kemana-mana mereka selalu diantar supir dengan mobil mewah. Kalau keluar negeri, mereka tinggal menelepon pilot dan memilih salah pesawat jet pribadi kakek mereka. Sejak kecil, mereka sudah diajari cara menghindari paparazzi dan bagaimana menjawab pertanyaan wartawan dengan bijak.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Victoria, salah satu sepupunya, minimal satu kali ke Paris atau Milan dalam sebulan, hanya untuk mengunjungi butik Dior, Channelle, Dona Karan atau Mademoiselle. Taekyon, sepupunya yang sedang kuliah di New York University dibelikan sebuah jet pribadi oleh kakek mereka begitu dia lulus di sana sehingga New York-Seoul baginya hanya seperti Apjugong-Ilsan. Dan Yuri si Putri Mahkota, yang ─tidak seperti yang lain─ tidak bebas keluar negeri sekehendak hatinya, selalu mempunyai penggemar yang banyak, yang memuja-mujanya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sepupu-sepupu dari pihak ayahnya adalah kebalikannya. Sejauh yang Sooyoung ingat, Stephanie dan Jaejoong, sepupunya yang kakak-beradik, dulu sangat suka belanja di kaki lima di sepanjang jalan di dekat sekolah mereka. Shindong dan Tiffany, yang juga kakak beradik, pernah tinggal di Amerika. Dan di sana Shindong pernah menjadi loper koran untuk menambah uang sakunya agar bisa membeli game. Tidak seorang pun sepupunya dari pihak ayah yang mempunyai pelayan pribadi. Dan tidak seorang pun dari mereka yang dikejar-kejar paparazzi.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Dan mereka adalah orang yang sangat rendah hati meskipun bisa melakukan apa yang dilakukan sepupu-sepupunya dari pihak ibu. Sepupunya dari pihak ayah yang sering keluar negeri hanya Jaejoong dan Sunny. Dan Jaejoong keluar negeri untuk mengurus bisnis keluarga . Sedangkan Sunny, juga ke Prancis dan Milan, tapi hanya sekali sebulan, dan dengan penerbangan komersial.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tapi, bagaimanapun, Sooyoung sangat menyayangi semua sepupunya. Sama seperti mereka menyayanginya. Meskipun sepupu-sepupunya dari pihak ayah suka meledek dan saling menjaili, meskipun sepupu dari pihak ibunya agak terkesan angkuh dan eksklusif, Sooyoung selalu merasa senang saat bersama mereka. Tidak peduli saat berada di istana atau di rumah besar kakeknya dari pihak ayah, dia selalu merasa berada di rumah sendiri dan merasa senang.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Sooyoung-ah, sini! Kita foto-foto!” panggil Shindong.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sambil tersenyum Sooyoung berjalan ke tempat para sepupunya yang sedang berkumpul di depan fotografer. Salah satu kelebihan berada di antara sepupunya dari pihak ayah adalah: dia punya kesempatan untuk bercanda dan tertawa bersama. Di istana, dia hanya biasa bercanda dengan Leeteuk. itupun sebelum Leeteuk menikah dan pindah ke apartemennya sendiri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri baru saja menunjukkan kamar mandi, dan─ setelah Taeyeon dengan malu-malu meminta dijelaskan cara menyalakan shower atau mengisi bath tub dengan keran busa─ menjelaskan semua fungsi benda di dalamnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Sekarang Yuri berdiri di dekat jendela lebar yang menghadap ke taman bunga samping, kehabisan bahan pembicaraan. Taeyeon berdiri di dekat tempat tidur sambil mengelus-elus alas kasurnya. Meskipun menurut Yuri itu agak terlalu norak, dia merasa agak terharu melihat Taeyeon sangat mengagumi kamarnya. Padahal kamar ini termasuk yang tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengan kamar Yuri, Sooyoung, Victoria dan yang lainnya. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Mmm, besok aku harus menghadiri sebuah acara peragaan busana untuk amal. Kau ikut ya?” katanya akhirnya.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon mengangkat wajahnya dan memandang Yuri agak bingung. </span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Nanti malam aku akan membawakan gaun yang akan Kau pakai. Siap-siap saja besok pagi sebelum jam 7.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Aku permisi dulu. Kalau Kau memerlukan sesuatu, Kau tinggal keluar kamar dan berjalan ke ujung koridor. Di setiap ujung koridor ada pengawal. Kau minta kepada mereka saja atau suruh mereka memanggil pelayan.”</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Taeyeon mengangguk lagi. Lalu Yuri dan Kyuhyun keluar kamar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">*****</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Malam itu Taeyeon sedang berbaring menelungkup di atas kasur empuknya. Seumur hidupnya dia baru sekali ini tidur di kasur yang seempuk ini. Dulu dia pernah menginap sekali di rumah temannya yang merupakan anak seorang tuan tanah di desa mereka. Kasurnya empuk, apalagi bagi Taeyeon yang waktu itu kasurnya hanyalah sebuah kasur busa tipis yang bisa dilipat. Tapi, dibandingkan kasur di rumah temannya itu, kasur di kamarnya yang baru ini berkali-kali lipat lebih empuk dan nyaman.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Di tangan Taeyeon ada remote TV. Dia dari tadi hanya menukar-nukar channel TV. TV itu terletak bertentangan dengan kasur. Sebenarnya di depan TV itu ada sebuah sofa bersandaran tinggi. Tapi Taeyeon ingin menonton TV sambil tidur-tiduran.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka. Taeyeon cepat-cepat duduk, merasa tidak enak menonton TV sambil tiduran dengan santainya, meskipun dia sadar bahwa itu adalah haknya di kamarnya sendiri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Yuri melangkah masuk diikuti pelayannya tadi.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Ini gaun yang akan Kau pakai besok,” kata Yuri langsung.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Pelayannya menunjukkan sebuah gaun berwarna merah muda yang sangat indah. Gaun itu banyak pitanya dan sangat feminim. Jauh lebih indah daripada gaun Hyuna yang terindah sekalipun.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Oh, iya. Terima kasih,” jawab Taeyeon gugup. Dia berdiri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Tiba-tiba Yuri tersenyum.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Kau tidak perlu bersikap formal begitu. Biasa saja. Kita kan saudara,” katanya dengan suara yang jauh lebih ramah daripada tadi.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">“Sekarang kita makan malam, ya! Cuma kita berdua karena yang lain sedang berada di luar. Semuanya ada acara keluarga. Dan kita keluarga, kan?” kata Yuri sambil menggandeng tangan Taeyeon keluar.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">Dengan lega, sangat lega, Taeyeon berjalan di sebelah Yuri.</span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;"><br /></span></span></span></div><span><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="color:#FFCCFF;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:verdana;">bersambung...</span></span></span></span></div></span></span>Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3941987964141417054.post-42121597717031680372010-05-06T18:50:00.000+07:002010-05-11T12:27:39.360+07:00The Royal Family Part 1<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Taeyeon-ah, cepat ambilkan air di sumur! Hyuna-yah mau mandi!”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon yang belum sampai lima menit tertidur terbangun seketika saat bibinya menggedor pintu kamarnya─kalau itu bisa disebut kamar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon mengangkat bantalnya─satu-satunya bantalnya─dan menutupkannya ke telinganya. Berusaha tidur lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Taeyeon-ah! Kau mendengarku? Cepat ambil air di sumur!” gedoran makin keras.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Dengan kesal Taeyeon duduk, lalu langsung berdiri. Kepalanya hampir membentur langit-langit kamarnya─sekali lagi, kalau itu bisa disebut kamar─ kalau dia tidak buru-buru menunduk. Tiga bulan lagi dia genap 19 tahun dan sudah semakin tinggi, walaupun sebenarnya tingginya di bawah rata-rata gadis seumurnya. Tapi jelas loteng sempit berlangit-langit rendah ini tidak bisa lagi dijadikan kamarnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Taeyeon-ah! Kalau Kau tidak keluar sekarang aku tidak akan memberimu makan selama satu minggu. Cepatlah! Hyuna-yah harus segera pergi dengan teman-temannya ke pasar malam. Ambilkan air untuk mandinya!”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kenapa dia tidak mengambil sendiri saja?” Taeyeon balas berteriak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kau melawanku, hah? Harusnya Kau berterima kasih sudah aku biarkan tinggal di rumahku dan kuberi makan. Kau jangan kurang ajar begitu. Salahkan ibumu kalau Kau tidak puas! Kalau aku tahu siapa ayahmu aku akan....”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Omelan Bibi Nayoung terhenti saat Taeyeon membuka pintu tingkap kamarnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Cepat ke sumur! Jangan membantah! Setelah itu masak makanan untuk makan malam!” Bibi Nayoung lalu berbalik dan menuruni tangga sempit menuju dapur.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon menghela nafas panjang, lalu dengan sebal turun ke dapur untuk mengambil ember. Sumur tempat mereka mengambil air berjarak sekitar 500 m dari rumah Bibi Nayoung. Dan selalu, yang mendapat tugas mengambil air adalah Taeyeon. Padahal tadi pagi dia sudah memenuhkan bak mandi setelah bolak-balik tiga kali dengan sepeda butut pamannya. Pasti Hyuna sudah menghabiskan air itu untuk menyiram taman bunganya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Setelah selesai cepat kembali. Masak untuk makan malam!” kata Bibi Nayoung ketus saat Taeyeon melewatinya yang sedang menonton TV 14 inch dari meja makan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon menggantungkan dua ember di bagian belakang sepeda butut itu. Lalu mulai mengayuh sepedanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Sejak dia tingal di rumah bibi Nayoung, dia tidak pernah punya cukup waktu untuk tidur siang. Bibinya, pamannya, dan anak tunggal mereka, Hyuna, selalu punya sederet tugas untuk Taeyeon kerjakan. Dan kalau Taeyeon menolak, mereka selalu mengungkit-ungkit bahwa Taeyeon adalah anak yatim piatu yang mereka besarkan, bahwa ibu Taeyeon hanya bisa memberatkan mereka dengan adanya Taeyeon, dan bahwa ayah Taeyeon adalah orang brengsek yang meninggalkan istrinya yang sedang hamil.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Ibu Taeyeon meninggal saat dia berumur enam tahun. Sebelumnya mereka berdua tinggal di sebuah rumah kecil, di desa tetangga tempat bibinya tinggal. Ibunya bekerja sebagai penjaga sebuah rumah makan kecil. Mereka miskin, tapi bisa hidup bahagia. Bahkan tanpa seorang ayah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon tidak ingat dia pernah bertanya tentang ayahnya pada ibunya. Baginya yang sejak kecil tidak pernah mengenal ayah, ibunya sudah cukup dan itu sangat membahagiakannya. Karena itu, saat ibunya tiba-tiba meninggal dan dia harus tinggal di rumah bibinya yang cerewet, Taeyeon merasa sangat terpukul. Apalagi sekitar lima kali sehari bibinya akan menyumpahi ibunya yang dianggap hanya meninggalkan Taeyeon sebagai beban keluarganya, dan mengatakan bahwa ayahnya adalah orang yang tidak bertanggung jawab. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon memenuhi kedua ember itu dengan air, lalu memasang tutupnya seerat mungkin. Hyuna selalu membutuhkan air dua kali lebih banyak daripada orang lain untuk mandi. Dan kalau air ini tidak cukup, berarti dia harus kembali ke sumur ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Setelah sampai di rumah, Taeyeon harus mengisikan air itu ke dalam bak mandi. Dan setelah itu dia harus memasak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Dari pagi sampai malam dia bekerja untuk rumah tangga bibinya. Dan itu sangat melelahkan. Bukannya Taeyeon tidak pernah melawan. Pertama kali dia menolak suruhan bibinya adalah saat dia berumur delapan tahun. Saat itu dia disuruh membereskan mainan Hyuna dan teman-temannya. Taeyeon kecil berpendapat itu adalah kewajiban Hyuna dan teman-temannya karena mereka yang bermain. Dia tidak mau disuruh. Dan saat itu bibinya menamparnya di depan teman-teman Hyuna. Dan berikutnya, tidak hanya tamparan, dia juga menerima pukulan, tendangan dan jambakan setiap kali dia menolak melakukan suruhan ibunya. Tapi siksaan favorit bibinya, sekaligus yang paling dibenci Taeyeon, adalah dengan menjelek-jelekkan ibu dan ayahnya. Jadi Taeyeon terpaksa melakukan semua yang disuruh padanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Memotongnya yang benar! Jangan terlalu besar. Nanti Hyuna-yah susah memakannya,” kata Bibi Nayoung saat Taeyeon memotong wortel.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Bibi Nayoung sangat memanjakan Hyuna. Hyuna sama sekali tidak pernah disuruh bekerja. Dan meskipun Hyuna hanya lebih muda setahun daripada Taeyeon, dia selalu diperlakukan seperti anak kecil yang harus selalu dimanja dan dituruti keinginannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Ah, Kau sudah selesai! Jam berapa Wonbin akan menjemputmu?” suara bibi Nayoung tiba-tiba menjadi lembut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon melirik. Hyuna sudah selesai berdandan. Dia memakai gaun pink yang sangat bagus. Keluarga bibinya memang sangat miskin, seperti hampir semua keluarga di desa ini. Tapi Bibi Nayoung selalu berusaha memenuhi semua permintaan Hyuna.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Oppa akan datang jam 5. Setelah itu kami akan jalan-jalan di pasar malam,” jawab Hyuna dengan gaya aegyo. Taeyeon mencibir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kenapa Kau mencibir begitu?” kata Hyuna ketus pada Taeyeon. Dia tidak pernah memanggil Taeyeon “Unnie” meskipun lebih muda.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon tidak menjawab.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Biarkan saja dia!” kata Bibi Nayoung pada Hyuna. “Kau sangat cantik! Seperti Tuan Putri!”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiba-tiba Taeyeon ingat masa kecilnya. Ibunya selalu memanggilnya “ Tuan Putri Taeyeon”. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Dan waktu Taeyeon bertanya kenapa dia dipanggil begitu, ibunya mengatakan bahwa pada suatu hari nanti dia akan menjadi putri. Waktu itu Taeyeon sangat senang dikatakan seperti itu. Tapi sekarang dia tahu itu hanya salah satu cara ibunya untuk menghiburnya. Tidak mungkin dia menjadi istri raja. Bukan hanya karena dia adalah gadis desa, tapi karena satu-satunya anak putra mahkota kerajaan yang meninggal tiga belas tahun yang lalu adalah perempuan. Tidak ada Putra Mahkota di Korea saat ini, yang ada hanya Putri Mahkota. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">******<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany keluar dari<span style="mso-spacerun:yes"> </span>terminal kedatangan sambil mendorong trolinya yang penuh dengan koper dan kotak oleh-oleh. Perjalanan LA-Seoul sudah menguras energinya. Apalagi tadi di bandara LA dia sempat tertahan sebentar di imigrasi karena membawa tanaman di dalam pot yang dia jinjing di dalam kantong. Tanaman itu, yang diberi nama Little Turtle, adalah tanaman kesayangannya yang diberi oleh Bill, mantan pacarnya. Dia tidak mau Little Turtle diletakkan di bagasi di bawah sehingga menentengnya hingga ke dalam pesawat. Tapi di pintu imigrasi seorang petugas menghalangi jalannya dan mengatakan bahwa dia tidak boleh membawa tanaman itu masuk ke kabin penumpang. Yang lebih menyebalkan, petugas itu berbicara seolah-olah Tiffany adalah seorang imigran gelap atau sejenisnya yang tidak bisa berbahasa Inggris. Saking sebalnya, Tiffany sampai menelepon pamannya yang bekerja di federal AS untuk membelanya. Meskipun pada akhirnya dia tetap tidak diizinkan membawa Little Turtle masuk dengan alasan kesehatan udara kabin penumpang, dia puas karena berhasil membuat petugas imigrasi itu meminta maaf dengan memohon-mohon padanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Fany!” dia mendengar seseorang memanggilnya dengan panggilannya di Korea. Hanya keluarga ibunya di Korea yang memanggilnya Fany. Keluarga dan teman-temannya di Los Angles memanggilnya Tiffany atau Tif.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany membalikkan badan dan melihat Shindong dan Jonghyun, kakak dan sepupunya, melambai padanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Oppa! Jonghyun-ah!” kata Tiffany ceria. Dia berlari ke arah mereka, lalu memeluk mereka satu persatu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kenapa Noona tambah gemuk?” kata Jonghyun sambil memperhatikan tubuh Tiffany dari atas ke bawah. “Lama-lama Noona akan sama seperti Shindong-hyung.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Ah, Kau jangan bilang begitu. Aku sedang dalam masa diet,” kata Tiffany manja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Di antara keempat sepupu laki-lakinya, dia memang paling dekat dengan Jonghyun. Dengan Siwon dia hampir tidak pernah bisa akur karena Siwon adalah orang yang sangat emosional. Tidak jarang dia bertengkar dengan Siwon. Lain lagi dengan Jaejoong. Dari dulu Jaejoong adalah orang yang sangat sibuk. Saat masih kecil dia sibuk belajar dan meraih prestasi. Sekarang, setelah mulai bekerja di perusahaan keluarga mereka, Jaejoong nyaris tidak punya waktu untuk bersantai di rumah karena sibuk bekerja. Sedangkan Hankyung sangat memenuhi kualifikasi sebagai sepupu favorit kalau saja dia bukanlah cucu Raja Korea saat ini. Ibu Hankyung adalah putri bungsu Raja Lee Minyoung. Karena itu, meskipun sangat baik, humoris dan penyayang, Hankyung jarang bisa bertemu Tiffany saat Tiffany ke Seoul. Hankyung selalu sibuk dengan kegiatan istana. Karena itulah, selain pada Shindong, Tiffany cuma bisa bermanja-manja pada Jonghyun meskipun Jonghyun lebih muda setahun darinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Bagaimana kabar Dad?” tanya Shindong sambil mendorong troli ke tempat parkir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Masih seperti dulu. Tapi sekarang sepertinya Dad serius dengan Leanne,” jawab Tiffany sambil membuka minuman kaleng yang dibawakan Jonghyun dari rumah. Jonghyun masih ingat saja minuman favoritnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Leanne? Siapa itu?” tanya Shindong terlihat bingung.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Oppa pernah bertemu dengannya tahun baru yang lalu. Tapi waktu itu Dad belum mulai pacaran dengannya. Dia bekerja di perusahaan Granpa,” jelas Tiffany.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Bagus. Setidaknya dia bukan pelayan bar seperti Anne,” komentar Shindong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Anna, bukan Anne,” koreksi Tiffany. Shindong sering sekali lupa dengan pacar-pacar ayah mereka. “Yah, aku belum pernah melihatnya mabuk atau apa. Mereka biasanya kencan di restoran atau di rumah. Bagus juga untuk Dad, sekarang dia jadi rajin belajar masak.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Mereka sampai di tempat parkir. Shindong dan Jonghyun memasukkan koper-koper dan kotak-kotak Tiffany ke bagasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kita ke<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kampus Sunny-ah dulu ya. Dia minta dijemput. Katanya dia rindu denganmu,” kata Shindong sambil masuk ke tempat pengemudi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS""><span style="mso-spacerun:yes"> </span>“Oh ya? Bagaimana kabar keluarga di sini?” tanya Tiffany sambil duduk di belakang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Mobil mulai berjalan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Yah, tidak ada yang berubah. Kakek dan nenek masih seperti dulu, sibuk bersosialisasi, melakukan pekerjaan amal. Jaejoong-hyung sekarang sudah menjadi manajer di perusahaan pusat. Aku tidak ingat kapan terakhir kali bertemu dengannya. Dia sangat sibuk sekarang. Hankyung-hyung baru saja lulus dari Universitas Seoul. Sebenarnya Paman Sangbong ingin dia langsung mengambil gelar master ke Harvard, tapi istana melarangnya jauh-jauh dari Seoul. Siwon-ah sudah dua minggu di Jerman, ikut Dongbae-ahjussi membuka perusahaan baru di sana. Dia sekarang sudah berhenti mengeluh kuliah di bidang<span style="mso-spacerun:yes"> </span>manajemen. Yah, dia memang sudah lulus, mau bagaimana lagi? Tapi menurutku dia ingin seperti Jaejoong-hyung”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Wah, si Mr. Emo itu juga bisa bekerja?” tanya Tiffany takjub. Seingatnya dulu Siwon ngotot ingin menjadi pilot dan ogah-ogahan menyelesaikan kuliahnya di Boston.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Ya, setelah dia kenal dengan Yoona-sshi,” kata Shindong sambil bertukar seringai dengan Jonghyun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Siapa itu Yoona?” tanya Tiffany. Dia belum pernah mendengar nama itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Anak keluarga Kim. Kau ingat Heechul-sshi? Nah, Yoona-sshi itu sepupunya. Dan sekarang Siwon-ah naksir dia,” jelas Shindong sambil terus mengemudi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Wah, berarti dia sangat cantik. Pasti Yoona itu sangat spesial. Kalau tidak Siwon-oppa tidak akan menyukainya.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Yah, aku akui dia memang sangat manis. Wajahnya juga sangat cantik. Tapi yang paling disukai Siwon-ah tentangnya adalah sikapnya yang sangat aegyo.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Lebih aegyo dari Sunny-ah?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Shindong tertawa, “Tidak ada yang mengalahkan aegyonya Sunny-ah. Sebenarnya Yoona-sshi tidak terlalu aegyo. Lebih tepat dikatakan sopan dan manis. Dia berbicara sangat sopan dan banyak tertawa, tidak membantah satu pun kata-kata Siwon-ah. Kau tahu kan, itu yang disuki Siwon-ah.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany mengangguk-angguk. Hal yang paling tidak disukainya dari Siwon sekaligus hal yang paling sering membuat Siwon bermasalah dengan orang lain adalah sifat merasa benar sendiri itu. Siwon selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar dan tidak mau kalah dengan orang lain. Dia selalu marah kalau disanggah. Mungkin itu karena jarak umurnya dengan Seohyun, adiknya, agak jauh. Siwon dulu sangat dimanja dan selalu dituruti keinginannya oleh kedua orang tuanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Bagaimana dengan Sooyoung-ah? Tanya Tiffany sambil tiduran di jok tengah, dia merasa sangat lelah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Tidak ada yang berubah. Sooyoung-noona masih sama menyebalkannya seperti dulu,” jawab Jonghyun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany tertawa. Dia tahu Jonghyun bercanda. Sooyoung adalah adik Hankyung. Dan karena dia adalah anak bungsu dari anak bungsu raja, dia akan menjadi Pemegang Kunci Istana. Posisi kedua tertinggi setelah Raja atau Ratu yang sedang menjabat. Sama seperti Hankyung, Sooyoung tetap rendah hati dan sederhana meskipun akan mewarisi Istana Apsajang yang sangat indah itu. Terakhir kali Tiffany ke Korea setahun yang lalu Sooyoung mengajaknya belanja ke pasar loak, meskipun akhirnya mereka tidak jadi membeli apa-apa karena entah kenapa paparazzi mengetahui keberadaan mereka dan langsung berkerumun di pasar itu untuk mengambil gambar mereka menawar vas bunga tua.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Bagaimana hubungan Jaejoong-oppa dengan Hyoyeon-ie?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Sebelum Tiffany kembali ke LA pada kunjungan terakhirnya ke Korea yang lalu Jaejoong baru saja menjalin hubungan dengan Hyoyeon. Agak mengagetkan mengingat selama ini sepertinya Jaejoong tidak memedulikan apa pun kecuali sekolah, kuliah atau pekerjaannya. Menurut kabar, ibu Jaejoong dan ibu Hyoyeonlah yang sengaja memperkenalkan mereka dan berusaha membuat keduanya saling menyukai.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Entahlah. Jaejoong-hyung hampir bisa dikatakan berpacaran dengan pekerjaannya dan Hyoyeon-noona pacaran dengan Sunny-noona. Setiap Hyoyeon-noona ke rumah dia selalu mencari Sunny-noona, bukan Jaejoong-hyung,” cerita Jonghyun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany bisa mengerti. Dia sendiri menyukai Hyoyeon. Hyoyeon adalah anak keluarga Han yang sangat dekat dengan keluarga mereka karena sama-sama keluarga konglomerat. Hyoyeon adalah gadis yang sangat baik dan manis. Tiffany selalu kagum dengan kharisma yang dimiliki Hyoyeon.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Wah, kampusnya bagus juga!” seru Tiffany kagum saat mobil Shindong berbelok masuk ke dalam gerbang<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kampus Sunny. Dia duduk agar bisa melihat lebih jelas. Tiffany belum pernah melihat kampus Sunny.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Tentu saja adik kecil! Korea sekarang sudah hampir sama dengan Amerika Serikat. Bedanya, di sini tidak ada Miss Liberty, itu saja,” kata Jonghyun tertawa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Sunny sudah menunggu di dekat gerbang. Dia melambai pada mereka saat mobil Shindong menepi ke dekatnya. Sunny masih seperti yang Tiffany ingat. Selalu stylish dan tidak lupa memakai berbagai aksesoris. “Toko perhiasan berjalan”, begitu julukan Sooyoung untuknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Fany-ah!” teriak Sunny keras sambil membuka pintu mobil. Dia masuk lalu langsung memeluk Tiffany dengan hangat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Keenam sepupu perempuan Tiffany memiliki sifat sangat berbeda. Namun keenamnya sangat dekat dengannya. Kalau Sooyoung sangat slebor dan sederhana, maka Sunny adalah kebalikannya. Sunny sangat feminim dan selalu mengikuti perkembangan mode. Dia mengoleksi berbagai gaun dan perhiasan berlian. Sedangkan Stephanie adalah orang yang sangat cerewet dan selalu ceria. Dia sangat suka bergosip dan mengomentari segala sesuatu. Sulli, adik Sunny dan Jonghyun, agak mirip dengan Sooyoung. Dia heboh, lucu dan suka menjadi pusat perhatian. Sedangkan Seohyun adalah Jaejoong dalam versi perempuan. Beberapa minggu yang lalu, saat tahu Tiffany akan pulang dan kembali tinggal di Korea, Sunny meneleponnya untuk mengajak bersekongkol mempengaruhi Seohyun agar menjadi gadis─seperti yang dikatakan Sunny─normal, manis dan bisa menikmati hidup. Sedangkan si bungsu dalam keluarga besar mereka, Jiyoung, adalah gadis yang sangat manja. Dia memanfaatkan statusnya sebagai maknae untuk bersikap manja dan merajuk kalau tidak diperhatikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Sunny-ah! Apa kabar?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Baik dan cantik, seperti biasa!” jawab Sunny ceria. “Kau terlihat lebih gemuk,” komentarnya sambil menusuk lemak di perut Tiffany dengan telunjuknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kau sama saja dengan adikmu!” kata Tiffany merengut. Sunny tertawa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Bagaimana kabar Gura?” tanya Tiffany. Seingatnya waktu Sunny menelepon dua bulan yang lalu dia mengatakan bahwa pacarnya adalah Gura.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Jonghyun tertawa di depan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Setelah dengan Gura-hyung unnie sudah pacaran dua kali lagi sebelum pacaran dengan yang sekarang.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Benarkah?” tanya Tiffany. Dari dulu Sunny memang sangat sering gonta-ganti pacar. Dia memang tipe gadis yang disukai cowok-cowok. Selain cantik, feminim dan pandai berdandan, dia juga sangat aegyo. Sifat aegyonya itulah yang membuat banyak cowok menyukainya. Karena itu Sunny tidak pernah lama sendiri. Bahkan dia pernah putus dengan pacarnya pada suatu pagi dan langsung pacaran dengan cowok lain sorenya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Sungmin-oppa bukan pacarku,” kata Sunny. Meskipun dia mengatakannya dengan wajah tidak peduli, Tiffany bisa melihat wajahnya perlahan memerah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Hahaha! Wajahmu merah! Tidak perlu berbohong,” kata Tiffany tertawa. Sunny cemberut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Siapa itu Sungmin?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kakak Hyoyeon-ah,” jawab Shindong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Ya, paling tidak, kalau Jaejoong-oppa tidak jadi dengan Hyoyeon-ah, Kau dan Sungmin-oppa itu jadi,” kata Tiffany masih tertawa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Tapi aku ingin bertemu dengan laki-laki mapan yang rajin bekerja,” kata Sunny. Matanya menerawang dan bibirnya menyunggingkan senyum lembut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tiffany tertawa melihatnya. Sangat jarang Sunny bisa berekspresi seperti itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">*****<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon heran saat pulang sekolah melihat tiga mobil sedan hitam di depan rumah bibinya. Hyuna yang pulang bersamanya juga langsung takjub.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Wah, siapa yang ke rumah kita? Sepertinya konglomerat, ya!” katanya girang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Saat masuk ke pekarangan rumah, mereka melihat empat orang laki-laki berpakaian hitam-hitam berdiri di depan pintu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon takut. Mereka terlihat seperti intel atau gerombolan mafia. Apa Bibi Nayoung melakukan suatu hal yang melanggar hukum? Atau jangan-jangan Paman Dongyup ikut sebuah organisasi mafia?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Hyuna masuk sambil tersenyum takut-takut pada orang-orang di pintu. Taeyeon mengikutinya sambil menunduk.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Itu dia,” suara Bibi Nayoung terdengar saat Taeyeon masuk.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon melihat di ruang tamu ada dua orang memakai jas hitam duduk bersama paman dan bibinya. Dan bibinya menunjuk<i style="mso-bidi-font-style:normal">nya</i>, menunjuk <i style="mso-bidi-font-style:normal">Taeyeon</i>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon berdiri mematung. Apa bibinya memfitnahnya melakukan sesuatu yang dilakukannya? Selama ini dia sudah cukup bersabar, tapi dia tidak akan diam saja kalau bibi dan pamannya memfitnahnya melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Apalagi kalau hal itu sebegitu beratnya sehingga berhubungan dengan intel atau mafia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tapi, di luar perkiraan, kedua orang itu berdiri dan membungkuk hormat pada Taeyeon.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Selamat siang Yang Mulia!”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon mengangkat alis. Lelucon apa pula ini? Dia ragu bibi dan pamannya akan membuang-buang waktu untuk mengerjainya. Tapi ini benar-benar tidak mungkin. Tidak mungkin ada orang yang memanggilnya “Yang Mulia” sementara bertahun-tahun Bibi Nayoung dan Hyuna memanggilnya “Jelek” atau “Ayam” atau “Pelayan”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Silakan duduk Yang Mulia,” salah satu laki-laki itu mempersilakan Taeyeon duduk di tempatnya duduk tadi. Mereka berdua sekarang berdiri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Karena takut dan masih terkejut, Taeyeon sama sekali tidak bergerak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Kau tidak dengar? Mereka menyuruhmu duduk!” kata Bibi Nayoung keras. Wajahnya lebih terlihat takut daripada marah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Nyonya, jangan membentak Tuan Putri!” kata laki-laki yang tadi bicara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Tuan Putri?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Silakan duduk Yang Mulia!” katanya pada Taeyeon dengan lebih lembut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Dengan ragu Taeyeon duduk. Hyuna duduk bersempit-sempit di antara ayah dan ibunya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Yang Mulia,” laki-laki yang satu lagi membungkuk hormat, “Kami diminta untuk menjemput Anda ke sini dan membawa Anda ke istana.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Is-istana?” Taeyeon tergagap.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Kenapa pula dia harus dibawa ke istana? Dan kenapa kedua orang aneh ini selalu memanggilnya dengan sebutan “Yang Mulia”? Dan tadi mereka bilang apa? Tuan Putri?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Iya. Kami ditugaskan langsung oleh Yang Mulia Raja Lee Minyoung-sshi untuk menjemput Anda.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Tapi... tapi kenapa?” kali ini Hyuna yang bertanya bingung.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Maafkan kami, kami belum menjelaskan pada Anda,” kata laki-laki itu lagi pada Taeyeon. “Anda adalah putri dari almarhum Putra Mahkota Lee Hanbok-sshi.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Taeyeon sekarang yakin bahwa ini hanyalah lelucon. Tapi Hyuna bereaksi lebih cepat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Tidak mungkin! Putri Lee Hanbok-sshi kan, Yang Mulia Putri Yuri!”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">Laki-laki itu menoleh pada Hyuna.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">“Ibu Putri Taeyeon adalah istri kedua almarhum Putra Mahkota Lee Hanbok-sshi.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:35.45pt"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Comic Sans MS"">*****<o:p></o:p></span></p>Lovesoshihttp://www.blogger.com/profile/09530373137860345747noreply@blogger.com2