Minggu, 25 Juli 2010

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Between Two Maknaes part 2

(Sooyoung’s POV)
Aaaahhhh, akhirnya konser ini selesai sudah! Konser penutupan SM Tour Concert. Rangkaian konser kali ini sedikit lebih melelahkan daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin karena fans SNSD mulai lebih banyak sehingga part kami di setiap konser juga lebih banyak.
Aku dan kedelapan memberku yang lain sedang duduk santai di ruang tunggu kami. Untunglah kali ini ruang tunggu kami semua dipisah, karena, bagaimanapun, aku merasa agak risih harus seruangan dengan member-member DBSK, Super Junior dan SHINee. Memang kami tidak ganti baju di ruang itu, tapi aku tetap saja tidak merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan. Misalnya seperti sekarang ini, tidur telentang dengan tangan terentang di sofa. Bayangkan kalau Kyuhyun-oppa melihatku sedang seperti ini! Yeah, memang sepertinya aku hanya risih pada Kyuhyun-oppa. Kalau sekarang dipikir-pikir, sepertinya aku tidak keberatan kalau Onew atau Eunhyuk-oppa atau Yoochun-oppa yang melihatku seperti ini.
Aku tersenyum membayangkan liburan tiga hari yang sudah di depan mata. Aku memang pintar! Aku sengaja minta libur tiga hari pada manajer-oppa setelah konser ini untuk mengembalikan tenagaku. Yah, memang sepertinya beberapa tugas kuliahku juga sudah antri untuk dikerjakan.
Sementara itu, Hyoyeon dan Yuri sedang meributkan model baju apa yang cocok mereka pakai untuk datang ke syuting Star Golden Bell besok di sebelahku. Dasar mereka itu! Mereka pasti tahu nanti saat akan syuting mereka harus memakai seragam peserta. Aku tahu mereka memikirkan akan memakai apa hanya agar yakin terlihat cantik di depan member-member 2PM yang juga akan jadi bintang tamu.
Saat Hyoyeon dengan penuh semangat menyarankan memakai one-piece pendek warna emasnya Seungwo-oppa, salah satu manajer kami, masuk ke ruangan itu. Aku cuek saja. Biar saja dia melihatku dalam posisi yang jelas-jelas tidak feminim ini. Yang penting bukan Kyuhyun-oppa saja.
“Girls! Mohon perhatiannya!” dia berteriak.
Seperti biasa, hanya Tiffany dan Seohyun yang mendengarkan. Yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing: Yuri dan Hyoyeon berdebat makin panas karena Yuri baru saja mengatakan selera Hyoyeon sangat fashion-terorist-like (aku setuju denganmu, Yul!); Yoona sibuk dengan ponselnya, menelepon PD acara-entah-apa lagi yang akan dibintanginya; Sunny, seperti biasa, tidak lepas dari PSP-nya; Jessica dan Taeyeon sedang mengobrol tentang konser tadi.
Aku memejamkan mataku karena kalau Seungwo-oppa datang untuk mengatakan ada sebuah tawaran untuk hadir di Star King atau Kamshinjang, aku akan pura-pura sedang tidur lelap saja. Tapi ternyata Seungwo-oppa tidak akan mengatakan itu.
“Selamat ya!” katanya ceria. “Penampilan Kalian sangat bagus tadi. Ada banyak hadiah dari fans. Oppa sudah memasukkannya ke bus dan membaginya menurut masing-masing member.”
Aku membuka mataku sedikit karena Hyoyeon dan Yuri sangat berisik sehingga agak sulit berkonsentrasi mendengar suara Seungwo-oppa.
“Nah, untuk merayakannya, minggu depan manajemen akan mengadakan pesta dansa untuk seluruh artis SM yang ikut konser ini.”
“Mengadakan apa?” tanya Taeyeon. Perhatiannya seluruhnya teralih ke berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa,” ulang Seungwo-oppa sabar.
Segera saja semua member, termasuk aku, memusatkan perhatian pada berita mengejutkan ini.
“Pesta dansa?” ulang Tiffany dengan nada tidak percaya.
“Iya Fany-ah,” kata Seungwo-oppa sambil melambaikan tangannya lelah. “Untuk itu, Kalian bersiap-siap saja. Kalian bisa menentukan gaun dan aksesoris apa yang Kalian pakai dari sekarang. Kalian siapkan sendiri. Tapi terserah kalau Kalian ingin konsultasi ke Coordy-nim”
“Jadi, kami harus bawa pasangan?” tanya Yuri antusias.
“Itu terserah Kalian. Ini kan sebenarnya hanya pesta perayaan. Oppa pikir Kalian juga tidak wajib berdansa dan memiliki pasangan.”
“Tapi aku ingin membawa pasanganku sendiri!” jerit Yuri gembira.
“Memangnya Unni punya?” tanya Yoona sambil mencibir.
“Tentu saja.”
“Siapa?” tanya Seohyun.
“Taeyang-ssi,” jawab Yuri dengan mata berbinar.
“Taeyang-ssi?”
Member-member lain langsung berkumpul di sekeliling Yuri, menuntutnya menceritakan kisahnya dengan Taeyang-ssi.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Kalau saja moodku sedang baik, pasti aku akan membantu Sica dan Sunny untuk mencubit Yuri karena tidak menceritakan dari dulu tentang hubungannya dengan Taeyang-ssi. Tidak, mereka tidak pacaran. Tapi, menurut Yuri, mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat.
Aku memejamkan mataku dan mulai berkhayal. Kalau saja Kyuhyun-oppa tidak menolakku, pasti kami sudah pacaran sekarang. Dan pasti aku akan berangkat ke pesta dansa bersama dengannya. Dan kami akan berdansa berdua. Pasti sangat romantis. Aku bisa membayangkan dia memeluk pinggangku. Aaahhhh... membayangkannya saja sudah membuatku senang.
Tidak! Tidak Choi Sooyoung! Kau tidak boleh berkhyal terlampau tinggi. Itu hanya akan membuamu lebih sakit hati.
Aku menghela nafas. Pasti tampangku sekarang sangat merana. Yah, tidak ada harapan untuk menjadi pasangan Kyuhyun-oppa untuk pesta dansa ini. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku pakai saja. Sepertinya gaun putih yang dibelikan Tiffany dan Siwon-oppa dua bulan yang lalu cukup cocok untukku.
“Girls!” Kibum-oppa, manajer kami yang lain masuk. “Ayo makan malam dulu. Kita ditraktir Lee Sooman-sunsaenim di Century!”
“Asyiiiiik!!!” kami bersembilan langsung bangkit dengan penuh semangat.
(End of Sooyoung’s POV)
(Changmin’s PO)
Saat itu kami sedang makan malam di meja makan besar di lantai dua Restoran Century untuk merayakan kesuksesan konser tahunan SM Town. Aku sengaja menyuruh Key pindah dari sebelah Sooyoung. Tentu saja dia menurut. Haha, itu untungnya menjadi sunbae.
Sooyoung saat itu sedang sibuk menasihati Sulli yang hampir jatuh by accident saat tampil tadi. Dia tidak sadar bahwa tempat Key sudah digantikan olehku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Sesuatu yang langsung muncul di kepalaku setelah mendengar pengumuman dari manager-hyung tadi. Tapi, segera aku tidak hanya ingin mengatakan sesuatu saat tanganku tidak sengaja memegang tangan Sooyoung saat kami sama-sama akan mengambil kimbab. Yah, bukan berarti aku tidak mau melakukannya, tapi aku terlalu grogi, mengingat aku akan mengajak seorang gadis pergi ke pesta dansa, untuk memikirkan hal lain seperti pura-pura tidak sengaja memegang tangannya saat dia akan mengambil kimbab. Jadi, itu benar-benar tidak sengaja.
Normalnya, yang lain akan bersuit-suit dan meledek kami kalau ada adegan seperti ini. Tapi, karena status kami, Dana-noona yang duduk di hadapanku langsung berkomentar,
“Jangan berebutan! Masih ada banyak kok!”
“Iya! Dasar shiksin!” Leeteuk-hyung ikut-ikutan sambil tertawa.
Aku tidak tahu harus lega atau kecewa karena tidak ada yang ingat untuk meledek kami hanya karena kami shiksin. Tapi, saat aku menoleh pada Sooyoung untuk meminta maaf, aku melihat ada semburat pink di pipinya. Cute sekali!
Setelah insiden kecil itu, semuanya kembali ke obrolan masing-masing. Dana-noona kembali mengobrol tentang butik kukunya dengan Yuri (“Sebenarnya modalnya tidak perlu besar. Dan keuntungannya juga cukup besar untuk mengembalikan modal dalam waktu singkat.”) Leeteuk-hyung memberi tahu siapa saja yang mau mendengarkan tentang MP5 baru yang dibelinya (“Memorinya sangat besar. Kita bisa menyimpan semua episode Boys Before Flower, Full House dan Nodame ditambah Desperate Housewife dan Sex and the City.”). Sulli mengobrol tentang konser mereka tadi dengan Luna.
Aku melirik Sooyoung yang sekarang sibuk dengan kimbabnya. Beranikah aku?
“Mmm, Sooyoungie?!”
Damn! Aku benci mengawali kata-kataku dengan ‘Mmm’. Kesannya ragu-ragu dan tidak tegas. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku memang BENAR-BENAR grogi sekarang.
Sooyoung menoleh padaku. “Ne, Oppa?”
Aku menarik nafas, berusaha tenang.
“Kau tahu minggu depan ada pesta dansa, kan?”
Sooyoung mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi. Dan aku setengah berharap dia memerah seperti tadi lagi karena dia sangat cute kalau begitu.
“Mmm...” oh tidak, kenapa akau ber’mmm’ lagi? “Kau mau pergi?”
“Iya. Kami bersembilan sudah berjanji akan datang bersama,” katanya polos.
“Kau akan berpasangan dengan siapa?”
“Oh,” Sooyoung mendesah pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya ingin datang. Aku belum memikirkan tentang pasanganku. Memangnya kenapa, Oppa?”
Aku agak tercekat. Ayo! Aku harus bisa!
“Bagaimana kalau kita pergi bersama? Maksudku, Kau berpasangan dengan Oppa...”
Sooyoung terdiam cukup lama sampai aku berpikir bahwa dia sedang memikirkan bagaimana cara terbaik menolakku tanpa menyakitiku. Tapi, setelah itu dia tertawa.
“Apa yang lucu?” tanyaku bingung.
“Hahaha. Pasti Oppa mengajakku untuk menjadi pasangan Oppa agar Oppa tidak perlu berdansa, kan? Agar Oppa bisa tetap duduk di meja dan memakan semua yang bisa dimakan, kan?”
Aku terkesiap. Bahkan Sooyoung pun sangat terpengaruh dengan gelar ‘Shiksin’ku.
Pelan aku mengangguk. Biar saja. Yang penting Sooyoung pergi denganku.
“Oke! Aku mau! Kita bisa menghabiskan semua makanan selama yang lain berdansa,” katanya dengan nada bersekongkol.
(End of Changmin’s POV)
**********
(Sooyoung’s POV)
Changmin-oppa mengajakku ke pesta dansa bersama! Well, bukan benar-benar pergi bersama. Maksudnya, Changmin-oppa mengajakku menjadi pasangannya. Hehehe, aku bukannya tidak tahu. Changmin-oppa sengaja mengajakku karena aku satu-satunya gadis yang tidak mempermasalahkan makanan apa (dan seberapa banyak) yang masuk ke mulutku. Selain Yoona tentunya, tapi siapapun tahu Yoona akan susah didapatkan. Maksudku, cowok mana sih yang tidak mau menjadi pasangan Yoona? Dan aku menerima ajakan Changmin-oppa itu. Maksudku, jelas aku tidak punya harapan untuk bisa pergi dengan Kyuhyun-oppa. Dan prospek makan bersama Changmin-oppa cukup menghibur bagiku.
Ngomong-ngomong, makanan malam ini enak sekali. Apalagi kimbabnya. Ohya, tadi aku dan Changmin-oppa sempat rebutan kimbab. Bukan benar-benar rebutan. Jadi, waktu aku mau mengambil kimbab dia juga mau mengambil. Jadinya tangan kami beradu. Aku jadi malu sendiri. Itu kan jelas-jelas menunjukkan ke’shikhin’an kami. Apalagi Kyuhyun-oppa mungkin saja melihatku. Ah, sudah cukup banyak hal memalukan yang aku alami di depan Kyuhyun-oppa tanpa harus rebutan KIMBAB dengan Changmin-oppa.
Tapi... tunggu! Bukannya tadi yang duduk di sebelahku Key ya? Kenapa sekarang jadi Changmin-oppa?
Aku memandang sekeliling meja, dan itu dia! Duduk di antara Kangin-oppa yang semangat mengobrol tentang SOJU dengan Heechul-oppa, dan Jessica yang sedang mengatakan sesuatu (sebenarnya lebih terlihat seperti mengomel) kepada Krystal. Ha, kenapa dia memilih tempat duduk yang tidak strategis seperti itu? Lebih baik dia tetap di sini. Paling tidak aku tidak akan berlama-lama memberi saran untuk memilih high heel pada Sulli, dan lalu aku akan mengobrol dengannya.
“Sooyoungie...?” panggil Changmin-oppa. Aku menoleh padanya.
“Bagaimana show tadi?”
Aku mengangkat alis. Sejak kapan Changmin-oppa menanyakan hal-hal seperti ini? Kalau Yunho-oppa memang biasa menanyakan “Bagaimana konser tadi? Bagus? Kalian oke? Bagaimana respon penonton? Dancenya susah tidak? Kostumnya nyaman?”. Tapi tidak dengan Changmin-oppa. Sejauh yang aku ingat, Changmin-oppa hanya bertanya hal-hal seperti “Di mana restoran sushi paling enak di Ilsan?” atau “Di mana Kau membeli pancake kemarin?” padaku.
“Mmm, bagus...” aku tidak tahu jawaban seperti apa yang diharapkannya.
“Tadi dancemu bagus sekali,” katanya sambil tersenyum.
Mataku melebar, “Oppa menonton kami? Menontonku?”
Dia tertawa. “Memangnya kenapa?”
Aku menggeleng. Cukup aneh. Biasanya artis lain tidak akan membuang waktu untuk menonton artis lain karena harus mempersiapkan penampilan mereka sendiri.
Aku meneruskan makanku. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh dan melihat Changmin-oppa memandangku sambil tersenyum.
Aku mengelus pipiku dengan tidak nyaman.
“Mmm, Oppa, ada sesuatu di wajahku?”
Changmin-oppa terlihat terkejut dan cepat-cepat menggeleng.
Aku menggembungkan pipiku. Sebal. Sepertinya Changmin-oppa melihat sesuatu yang tidak ingin aku ketahui. Tiba-tiba Changmin-oppa mencolek pipiku sambil tertawa.
Aku meliriknya. Apa yang lucu?
“Pipimu...” katanya sambil tertawa. Oke, sekarang dia bisa membaca pikiranku?
“Pipimu lucu sekali!” katanya sambil mencubit pipiku.
“Oppa!” teriakku.
Enak saja mencubit-cubit pipiku. Ini kan aset berhargaku. Banyak orang yang menyukaiku gara-gara pipiku. Yah, memang lebih banyak yang menyukaiku gara-gara kakiku (uh yeah, aku si Long-legged Sooyoung), tapi aku merasa pipi lebih bermartabat untuk disukai daripada kaki. Dan pipiku yang malang ini sudah terlalu sering dicubit Sungmin-oppa selama malam-malam siaran Chunji Radio kami dulu.
“Ah, miane Sooyoungie,” kata Changmin-oppa. Wajahnya merah karena tertawa. Aku mendelik padanya.
(End of Sooyoung’s POV)

Sabtu, 24 Juli 2010

Between Two Maknaes

(Sooyoung’s POV)
“Yah, Maknae!” suaraku yang sangat keras mengalahkan segala hiruk pikuk di ruang tunggu yang luas itu─termasuk jeritan Sulli yang memarahi Jonghyun yang terus mencolek-colek pipinya dan suara Junsu-oppa yang menyanyikan I Will Survive-nya Cake dengan (sangat mengherankan untuk seorang Junsu-oppa) fals dan suara gitar Sungmin-oppa yang sedang memamerkan lagu ciptaan barunya pada Sunny.
“Ya?” kata Changmin-oppa sambil berdiri dari sisi lain ruangan.
Kyuhyun-oppa yang sedang mengobrol dengan Hankyung-oppa langsung menoleh padaku.
“Ada apa Noona?” teriak Taemin dari seberang ruangan yang terjauh dariku.
“Yow! What’s up Sis?” teriak Stephanie-unni yang hanya berjarak dua meter dariku, yang tadi sibuk mengajarkan popping pada Key.
Sementara itu Krystal berusaha menyingkarkan Onew dari depan wajahnya untuk bisa melihatku lebih jelas.
“Ah, Sooyoungie. Kau memanggilku?” kata Ryeowook-oppa sambil tersenyum.
Dan mereka berenam melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan. Luar biasa!
“Umm, Unni, sepertinya mereka mengira Unni memanggil mereka...” kata Seohyun hampir berbisik.
Aku memandang para Maknae lain dengan tampang meminta maaf.
“Mianeyo! Aku berteriak padanya,” kataku sambil menunjuk Seohyun yang duduk di sebelahku.
Bukan salahku kalau mereka mengira mereka yang dipanggil. Maksudku, yang berteriak kan aku, SNSD, bukan Jaejoong-oppa, Sunday-oneechan, Heechul-oppa, Jonghyun atau Vick-unni. Seharusnya mereka tahu aku berteriak pada Seohyun, maknaeku sendiri.
“Yah, Shiksin! Kau jangan memanggil ‘Maknae’ di sini!” Stephanie-unni berteriak.
“Iya Noona! Kau membuat bingung saja!” kata Taemin.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Tadi aku berteriak pada Seohyun karena dia terus-terusan meledekku suka pada Kyuhyun sepanjang hari ini. Dan itu sangat mengganggu. Apalagi karena orangnya, Kyuhyun-oppa, ada di ruangan ini bersama kami.
Oke, aku memang suka pada Kyuhyun-oppa. Dan Seohyun memang benar, aku memang sering meliriknya. Tapi dia tidak tahu aku baru saja ditolak Kyuhyun-oppa seminggu yang lalu. Dan mendengar gosip Kau menyukai orang yang memang Kau sukai, yang baru saja menolakmu seminggu yang lalu, jelas bukan hal yang diinginkan seorang gadis 20 tahun sepertiku.
“Unni, Kyuhyun-oppa tadi melihat ke arahmu!” bisik Seohyun.
Aku memukul lengannya pelan. Sebal sekali. Sejak kapan maknae ini menjadi iseng begini? Biasanya dia tidak mau mencari masalah, apalagi untuk orang yang tergolong kejam seperti aku. Tidak, jangan bandingkan aku dengan Tiffany atau Sunday-oneechan. Mereka berdua jelas sangat lembut. Bandingkan aku dengan Kangin-oppa. Kekejaman kami cuma berbeda tipis.
Aku memutuskan sudah saatnya meninggalkan Seohyun. Jadi aku bangkit dan menuju ke tempat Luna, Dana-unni dan Lina-unni sedang bergosip. Setidaknya tidak satupun dari mereka yang tahu tentang gosip itu.
*****
“Maknae! Aku akan membunuhmu!” aku berteriak di koridor.
Aku melihat punggung Seohyun menghilang ke dalam ruang ganti SNSD. Pasti dia mencari perlindungan pada Hyoyeon dan Taeyeon yang selalu membelanya. Tidak adil! Maksudku, aku memang tidak mau dianggap kecil meskipun aku maknae ke-3 di SNSD. Tapi bukan berarti harus SELALU Seohyun yang dibela dan aku dimarahi kan? Apalagi kali ini jelas-jelas dia yang salah.
Aku tidak peduli akan ada yang marah atau protes dengan keberisikanku. Aku hanya ingin menangkap maknae jelek itu, mengikatnya dan membuangnya ke Sungai Han. Dia sudah keterlaluan sekali. Bayangkan, tadi saat sarapan dia berkata pada Kyuhyun-oppa begini: “Oppa, Sooyoung-unni ingin membicarakan sesuatu dengan Oppa.”
Aku yakin tadi wajahku langsung merah saat mendengarnya. Dan Kyuhyun-oppa memandangku dengan tatapan terganggu, sebal, marah, jijik dan entahlah apalagi. Oke, aku tahu dia tidak menyukaiku, dan aku masih ingat dia berkata, “Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu” dan aku juga sadar bahwa memang aku dan dia tidak cocok, dan aku juga sedang berada dalam masa-masa berusaha melupakan bahwa aku menyukainya seperti yang disuruhnya. Tapi TIDAK PERLU BERTAMPANG SEPERTI AKU ADALAH PEMBUNUH begitu!
Aku memutuskan untuk tidak jadi memburu Seohyun ke dalam ruang ganti SNSD karena itu hanya akan membuat yang lain bertanya, “Kenapa Kau mengejar Seobaby?”. Dan jelas aku tidak bisa menjawab, “Karena dia baru saja mengatakan pada Kyuhyun-oppa bahwa aku ingin berbicara padanya” karena kalau aku mengatakannya yang lain pasti akan bertanya lagi “Kenapa Seohyun-ah mengatakan itu?”. Dan aku tahu Seohyun akan menjawab dengan tampang polosnya, “Karena Sooyoung-unni menyukainya”, dan aku tahu setelah itu aku akan menjadi bulan-bulanan ledekan member-member yang lain.
Aku membalikkan badan, memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan di ruang SHINee. Mereka satu-satunya idol-grup SM yang SEMUA membernya tidak mencemaskan berat badan dan makanan. Ayolah, aku paham bagaimana CSJH, f(x) dan member-memberku yang lain berusaha menjaga pola makan dan memperhatikan semua yang masuk ke mulut mereka. Tapi aku tidak paham dengan DBSK dan Super Junior. Maksudku, MEREKA KAN LAKI-LAKI! Kenapa mereka harus memperhatikan berat badan dan segala macamnya itu? Menurutku Shindong-oppa saja sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa cowok gendut disukai juga oleh para gadis. Ohya, dan tidak hanya cowok gendut. Cewek gendut juga. Buktinya Shinyoung-unni yang fansnya hampir menyamai fans Kangin-oppa.
“Noona!” teriak Key saat melihatku. “Lihat jaket baruku? Bagus, kan?”
Dia berdiri di hadapanku sambil bergaya seolah-olah sedang pemotretan dengan jaket berumbai-rumbainya. Aku mengangkat alis.
“Tidak bagus ya?” katanya dengan bibir mencebik.
Aku tertawa dan mengacak-acak rambutnya. “Bagus kok! Tapi Kau tidak perlu berpose seperti itu.”
Key tersenyum dan memelukku.
“Gomawoyo, Noona!”
Aku berjalan ke tempat Onew duduk sambil makan ramen.
“Jinki-ah...” aku berusaha membuatnya sadar bahwa aku mau mencicipi ramennya.
Mencicipi? Oke. Aku juga mau satu tub besar ramen seperti itu.
“Ne?” dia bertanya sambil menyedot ramennya yang masih mengepulkan asap itu. Wah, sepertinya enak sekali!
“Aku mau itu,” kataku memohon.
“Katakan baik-baik!”
Aku mendengus sebal. Itu adalah salah satu hal yang aku sebali dari member-member SHINee. Mereka selalu mencari kesempatan untuk membalas semua kesemena-menaan kami (para sunbae) pada mereka saat kami membutuhkan mereka.
“Onew yang ganteng, aku mau ramen!” kataku se-aegyo mungkin. Yah, memang tidak seperti Sunny tentu saja. Tapi menurutku lebih baik daripada aegyo Kibum-oppa yang aku lihat di TV minggu lalu.
“Kau harus memangilku ‘Oppa’ dulu,” kata Onew sambil tersenyum licik.
“Yah! Kenapa aku harus memanggilmu ‘Oppa’?!” kataku galak.
“Sooyoungie,” Onew menolehkan kepalanya padaku, wajahnya berkeringat karena ramen yang panas dan terlihat sangat sedap itu. “... kalau Kau lupa, aku akan mengingatkanmu. Aku lebih tua daripadamu.”
Hal itu lagi! Apa aku tidak bisa menikmati menjadi Noona? Maksudku, sebelum ada SHINee dan f(x), aku adalah salah satu artis SM termuda dan karena itu sering ‘dikecilkan’ oleh yang lain. Dan saat muncul SHINee dan f(x) untuk pertama kalinya aku menjadi sunbae dan dipanggil ‘Noona’ oleh member-member SHINee. Tapi si Onew ini selalu minta dipanggil ‘Oppa’. Aku merasa menjadi terlalu muda kalau harus memanggil ‘Oppa’ pada hobbaeku sendiri.
“Kau cuma lebih tua dua bulan daripadaku!”
“Tapi tahun lahir kita sudah berbeda, Sooyoungie...”
Aku mendecakkan bibir.
“Tapi itu cuma dua bulan. Paling tidak Kau harus lebih tua enam bulan daripadaku agar aku bisa memanggilmu ‘Oppa’!”
“Yah! Sooyoung-ah!” seseorang menepuk bahuku dari sisi lainku. Aku menoleh dan melihat Jonghyun tersenyum padaku. Dan aku tahu itu adalah jenis senyuman yang tidak terlalu baik.
“Kenapa Kau memanggilku ‘Sooyoung-ah. Panggil aku ‘Noona’!” kataku galak.
Jonghyun menyeringai. “Kau hanya lebih muda dua bulan daripadaku. Setidaknya Kau harus lebih....” dia mengulang kata-kataku dengan sama persis.
Dengan kesal aku meninggalkan mereka dan keluar dari ruangan ini.
Keluar dari sana aku bingung mau kemana. Bingung dan kesal. Satu-satunya alasan aku menjauhi ruangan SHINee hanyalah Jonghyun. Onew, yah dia memang menyebalkan kalau sedang sok tua, tapi dia selalu baik dan seru kalau bercanda. Dan ketiga maknae selalu dengan manjanya memanggilku ‘Noona’. Sementara Jonghyun, dia selalu punya seribu satu macam tingkah yang bisa membuatku ingin mengikatnya dengan Seohyun berdua, lalu melemparkan mereka ke Sungai Han. Oh tidak, kalau perlu ke Sungai Yang Tse Kiang saja yang lebih jauh agar mereka tidak tahu jalan pulang.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Jonghyun ‘menawar’ untuk tidak memanggilku ‘Noona’. Tapi jelas aku tetap tidak mau. Oke, Onew memang lebih tua sehingga aku tidak bisa memaksanya memanggilku ‘Noona’. Aku tahu Shinee World tidak kejam, tapi siapa tahu mereka mau memutilasi kalau aku ketahuan memaksa leader idola mereka memanggilku ‘Noona’. Dan, ohya, aku tidak suka dipanggil ‘Sunbaenim’. Aku tidak keberatan memanggil sunbaeku ‘Sunbaenim’, tapi aku tidak suka kalau aku yang dipanggil begitu.
“Sooyoungie! Kau mau kemana?” Jaejoong-oppa berjalan dari arah sebalikku.
“Mmm, mencari sesuatu yang bisa dimakan,” kataku agak malu. Tentu saja. Karena aku tahu Jaejoong-oppa menghitung berapa kimchi dan menimbang setiap nasi yang akan dimakannya.
Dia tertawa.
“Ke ruang DBSK saja. Tadi aku lihat Changmin-ah membawa banyak sekali coklat dan aku tidak mau dia kekenyangan dan tidak bisa tampil nanti malam.”
Kami mengucapkan “See you” dan aku berjalan dengan penuh suka cita ke lift, menuju lantai tiga, ke ruangan DBSK.
Tapi, saat pintu lift terbuka, aku ternganga melihat siapa yang ada di sana. KYUHYUN-OPPA!
Lebih daripada Jonghyun, lebih daripada Onew yang sedang sok tua, lebih daripada si kecil Seohyun, bahkan lebih daripada mereka bertiga dijadikan satu, aku BENAR-BENAR tidak ingin bertemu denganNYA. Tidak saat suasana hatiku sedang bahagia karena akan makan (banyak) coklat. Sepertinya... rasanya... menurutku bertemu Kyuhyun-oppa bagiku sekarang hampir sama seperti mimpi buruk.
“Sooyoung-ssi, lupakan saja bahwa Kau menyukaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu.” Aku masih ingat setiap kata yang diucapkannya dengan dingin, tanpa emosi, padaku sepuluh hari yang lalu.
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku tidak suka padanya...
Aku suka padanya...
Sekeras apapun aku berusaha melupakan Kyuhyun-oppa. Sekeras apapun aku berusaha bersikap seolah-olah aku tidak menyukainya. Dan seberapa pedihnyapun hatiku saat dia menolakku, aku tetap belum bisa BENAR-BENAR tidak menyukainya. Tidak, saat aku harus melihatnya dengan kaus polo biru muda dan celana jins hitam keren seperti ini. Maksudku, dia benar-benar keren! Bahkan saat diam seperti ini! Apalagi saat dia menyanyi. Suaranya benar-benar membuatku meleleh.
“Ah, sunbaenim! Anyonghaseyoo!” kataku sambil membungkuk sedikit saat masuk. Dia menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah lain.
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku memanggil member Super Junior ‘sunbaenim’. Itu hanya terjadi di awal debut SNSD. Bahkan sebelumnya, saat kami masih training, aku sudah memanggil mereka ‘Oppa’. Tapi, menurutku ‘Oppa’ agak terlalu pribadi untuk Kyuhyun-oppa pada saat ini. Paling tidak untuk diucapkan langsung pada orangnya.
Aku sangat bersyukur saat lift berhenti di lantai tiga. Aku cepat-cepat keluar tanpa mengucapkan apapun.
Dan aku langsung berbelok masuk ke ruangan DBSK. Ada Junsu-oppa, Yoochun-oppa dan Changmin-oppa (dan coklat-coklatnya) di dalam.
“Hai Sooyong-ie!” sapa Junsu-oppa ceria. Yoochun-oppa melambai dengan masih memegang stick PS3-nya.
Dan Changmin-oppa, tebak dia bilang apa!
“Sooyoungie, tadi Cassie memberiku coklat banyak sekali. Ayo sini! Kau mau kan?”
Hehehe. Changmin-oppa jjang!!!


Bersambung...